Bab 26

5.6K 478 8
                                    

Winda baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Wanita itu segera mengirimkan ke e-mail milik Seira dan Arna, yang meminta tolong padanya untuk mengerjakan tugas tersebut.

"Win, kalau disuruh Seira itu jangan mau! Dia bukan atasan lo, apa lagi itu bukan tugas lo, lo punya tugas sendiri dari Pak Rian," ceramah Intan yang gemas dengan Winda karena mau disuruh mengerjakan tugas milik kedua orang itu.

Orang yang dibicarakan mengangkat kepalanya dan menatap Intan tajam. "Lo nggak usah pengaruhin dia yang jelek-jelek! Kita satu tim, gue ada banyak tugas, dia tugasnya cuma dikit, terus gue minta bantuan dan dia sanggup, kenapa lo yang repot?"

Winda menghela napasnya. Ini sudah mendekati jam istirahat. "Udah, Intan! Bener kata Mbak Seira, tugas aku banyak, selama aku bisa bantu kenapa enggak? Aku juga nggak keberatan."

"Tuh denger baik-baik!" kata Seira sinis ke arah Intan. "Mending lo keluar deh! Inj udah jam istirahat, sumpek gue lihat muka lo."

Intan berdiri dari duduknya. "Siapa juga yang betah lama-lama di sini bareng Mak Lampir? Gue emang mau cari makan."

Intan langsung mengajak Winda keluar dari ruangan, diikuti oleh Fani, Tyo, Edwin, serta Darwin. Mereka berenam memilih makan di luar. Mereka kompak menggunakan mobil milik Tyo yang berkapasitas besar dengan tiga baris jok.

"Lo nggak makan sama suami lo, Win?" tanaya Fani saat di dalam mobil. Mereka duduk di jok tengah.

"Menurut kamu?" tanya Winda retoris. "Dia katanya rapat di luar, jadi sekalian makan."

"Suami Winda kerja di mana emang?" tanya Tyo yang memang belum begitu kenal dengan rekan kerjanya tersebut.

"Di TravelPartner, Mas."

"Oh, masih satu gedung berarti ya?" timpal Edwin yang juga duduk di bangku depan di samping Tyo yang menyetir.

"Pacar lo juga di TravelPartner 'kan, Tan?" tanya Darwin yang duduk bersebelahan dengan Intan di belakang.

Intan memdesis, "Ilham bukan pacar gue!"

"Bukan pacar apaan? Sering pulang bareng, pas libur mai bareng terus," sindir Fani yang membuat Intan menepuk kesal jok yang diduduki wanita itu.

Mereka keluar dari mobil saat mobil sudah terparkir sempurna di restoran. Keenam orang itu segera masuk dan memesan makanan. Mereka mengobrol banyak hal tentang lingkungan kantornya, kehidupan peibadi dan hal-hal lain.

"Jadi Winda beneran istrinya CTO TravelPartner? Ini kalian nggak ngibul, 'kan?" tanya Darwin setengah tak percaya saat sedang berbicara tentang Winda.

"Beneran, gue sama Intan tuh pernah ketemu dan gue tahu dari Intan yang dikasih tahu Ilham," jelas Fani untuk meyakinkan Darwin.

Tyo menunjukkan ponsel yang sedari tadi ia tekuri. "Ini, Win? Prabaswara Mahatma ini?"

Winda terkekeh. "Aduh, kenapa jadi bahas suami aku sih?"

Perbincangan mereka berlangsung seru, sampai mereka terdiam saat sesosok laki-laki dengan kemeja formal dan dasi menghampiri mereka. Lelaki itu menatap lurus Winda hanya hanya bisa tersenyum tak enak pada teman-temannya.

"Win, bisa bicara sebentar nggak?" tanya lelaki itu setelah menyapa pada penghuni meja.

Winda menghela napas. Wanita itu berdiri dari duduknya. "Bisa, Mas." Winda menatap rekan-rakannya. "Bentar ya! Aku mau ngobrol dulu sama temenku. Nanti aku langsung ke sini lagi."

Winda meninggalkan mejanya dan duduk di bangku kosong yang jaraknya lumayan jauh dari meja teman-temannya. Winda menatap lelaki yang pernah menempati hatinya itu dengan datar. Dia sebenarnya malas berurusan dengan lelaki bernama Arka itu, tapi dia tak mungkin menolak saat di hadapan teman-teman yang tak tahu permasalahan hidupnya.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now