Bab 31

5.2K 459 32
                                    

Alindra memasang wajah kesalnya saat sang ayah karena melarangnya untuk datang ke pesta ulang tahun salah satu temannya. Winda yang melihat itu, ikut geram dengan sikap suaminya.

"Pa, masa nggak diizinin. Kasian Alin, Pa." Winda mencoba ikut membujuk sang suami agar mengizinkan Alindra untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya besok.

"Nggak ada yang nemenin, Ma. Bahaya. Aku nggak akan biarin kamu nemenin. Kamu lagi hamil gini," kata Praba tetap tak mau berubah pikiran.

Winda membuang napasnya. Praba benar-benar tidak memikirkan perasaan Alindra. Lagi pula, pesta ulang tahun teman Alindra pasti menjadi salah satu hal yang disukai anak-anak.

"Ada Mbak Ana, Pa, kalau aku nggak boleh nemenin."

Praba menggeleng. "Nggak."

Alindra memeluk sang ibu yang membuat Winda ikut merasa kesal dengan suaminya. Hari sudah cukup larut, tapi mereka masih setia berdebat setelah seharian tadi juga berdebat penuh emosi di rumah Argi.

"Papa, aku cuma mau datang, Pa. Itu teman Alin, masa Alin nggak datang?" Alindra mencoba berbicara meski dia sudah kesal.

Praba menghela napasnya. "Bahaya, Sayang. Nggak ada yang ngawasin Alin."

"Kenapa nggak kamu aja yang nganterin, Pa?" tanya Winda yang langsung dibalas delikan oleh Praba.

Praba masih ingat jelas, beberapa bulan yang lalu, saat ia mengantar Alindra untuk ke pesta ulang tahun temannya. Lelaki itu duduk di kursi yang disediakan untuk orang tua anak yang hadir di acara itu. Di kursi dihuni oleh kebanyakan ibu-ibu yang sungguh cerewet. Ibu-ibu itu banyak bertanya pada Praba. Mengorek urusan pribadi Praba yang terpaksa Praba jawab agar terkesan sopan. Selain itu, ibu-ibu juga banyak yang menjodohkannya dengan kenalan mereka. Mereka juga menggoda Praba yang membuat Praba trauma dengan acara pesta anak-anak tidak bermutu itu.

Alindra tertawa mendengar pertanyaan Winda. "Ma Win, Papa nggak suka datang ke acara ulang tahun teman aku. Papa pernah ngomong ke Alin dan kata Papa, Papa nggak akan mau ke sana lagi."

Winda mengerutkan keningnya. "Kenapa emang, Pa?"

Praba berdesis. Kenapa juga anaknya ini malah mengadu seperti itu? Dia tidak mau citra baiknya luntur di depan Winda.

"Nggak pa-pa, aku cuma nggak nyaman di keramaian," jawab Praba setengah berbohong.

Alindra menggeleng cepat. "Bukan! Papa 'kan bilang, katanya mama-mama teman aku pada kepo dan nanya terus."

Winda tertawa. "Kamu digodain ibu-ibu, Pa?"

Praba menutup wajahnya dengan tangan. Sungguh, digoda ibu-ibu salah satu pengalaman paling tidak baik yang dialami Praba, apalagi saat mereka tahu status duda Praba saat itu dan parahnya lagi, ada ibu-ibu yang berstatus istri orang dengan usia jauh di atas Praba turut menyodorkan diri dan siap menjadikan Praba suami keduanya.

"Eh, tapi aku juga nggak rela kalau Papa yang datang terus digodain ibu-ibu lagi," gumam Winda pelan.

"Makanya nggak usah datang! Nggak baik acara kayak gitu," sahut Praba sewot yang membuat Alindra yang mendengar semakin cemberut.

Winda menggeleng. "Ini kalau buat Alin penting, Pa. Kalau Papa nggak bisa datang, mending Alin ditemani Tante Alda kalau nggak sibuk, atau Mama Gista. Mau nggak, Sayang?"

Mata Alindra berbinar-binar mendengar perkataan Winda. Dia tidak akan keberatan jika sang papa dan mama tirinya tak bisa menemani, tapi setidaknya ia bisa tetap datang.

"Tante Alda aja, Ma Win!" pekik Alindra senang.

Winda sedang memainkan ponselnya untuk menghubungi adik iparnya. "Ini Mama coba tanya ke Tante Alda dulu ya, Sayang."

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now