Bab 9

5.6K 492 17
                                    

Kedatangan Meisya pagi ini di kediaman Prabaswara disambut berbeda oleh dua wanita berbeda usia. Yang dewasa menyambut dengan tatapan sumringah seperti mendapatkan lotre, sedang yang kecil menatapnya dengan wajah merengut. Meisya yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Halo ponakan kesayangan Tante, mau ikut jalan-jalan nih?" goda Meisya yang sudah tahu bahwa Alindra enggan ikut jalan-jalan bersamanya dan Winda.

Alindra segera menggeleng tegas. "Nggak. Aku nggak mau sama Tante Meisya."

"Kenapa? Padahal kalau ada Alin 'kan seru. Nanti kalau ada Mbak Kunkun Alindra bisa buat nemenin kalau Mbak Kunkun kesepian," ucap Meisya dengan wajah memelas yang dibuat-buat.

Winda memijat kepalanya saat melihat tingkah teman dan anaknya itu. "Meis, jangan mulai ya!"

"Ma Win, aku nggak mau sama Tante Meses nakal ini," rengek Alindra yang membuat tawa Meisya lepas.

Winda menatap tajam Meisya. Wanita itu kini memeluk Alindra dan mengusap punggungnya. "Katanya mau ke rumah Oma. Mama sama Tante yang antar ya?"

Alindra segera menggeleng. "Nggak mau sama Tante Meses! Sama Ma Win aja."

"Mama 'kan nggak bisa nyetir, Sayang," ucap Winda dengan lembut.

"Iya, Alin. Mama kamu tuh nggak bisa nyetir, sama Tante aja ya, nanti lewat jembatan besar itu kok, jadi Alin bisa ketemu Mbak Kunkun," sahut Meisya yang masih saja senang menggoda ponakannya itu.

Winda menggeram kesal. Wanita itu menyerah. Sepertinya sedikit mengganggu kerja Prabaswara di akhir pekan tak ada salahnya. Memang lebih baik Alindra diantar saja oleh ayahnya.

"Mama panggilin Papa ya, Nak. Kamu mau 'kan diantar sama Papa?" bujuk Winda yang memilih opsi lain karena tidak ada tanda-tanda akur dari Meisya dan Alindra.

"Ikut, Ma. Alin nggak mau di sini sama Tante Meses," kata Alin yang langsung memeluk Winda yang sudah berdiri.

Winda menghela napasnya. "Ya udah. Meis, aku manggil Mas Praba dulu ya."

Meisya mengangguk. Wanita itu mengibaskan tangannya seolah mengusir Winda dan Alindra. Alindra melihat tantenya itu sambi menjulurkan lidah seolah dia menenangkan peperangan.

Winda segera mengajak Alindra berjalan menuju kamar Prabaswara. Winda mengetuk pintu berwarna coklat itu dan mendapat sahutan dari dalam kamar.

"Masuk aja!"

Winda segera menurungkan handel pintu dan membukanya. Netra Winda langsung menangkap sosok Prabaswara yang tampak serius di depan meja komputernya. Winda dan Alindra berjalan mendekat, hal itu membuat Prabaswara menghentikan aktivitasnya dan berbalik menatap Winda dan Alindra.

"Ada apa?" tanya Prabaswara yang telah melepas kaca mata minus yang ia pakai dan meletakkannya di atas meja.

"Ini, Pa. Alindra nggak mau diantar aku sama Tante Meisya," lapor Winda yang mendapat kekehan dari Praba. "Jadi, Papa aja yang antar ke rumah Oma ya?"

Prabaswara mengangguk. "Iya. Lagian Alindra memang nggak pernah akur sama Tante Meisya."

"Nggak ganggu kerjaan 'kan, Pa?"

"Nggak. Ini juga hari Minggu," jawab Praba kalem seolah tak sadar diri dia bekerja di hari Minggu.

Winda mengangguk. "Kalau gitu, aku pamit ya, Pa, Alin," ucap Winda sambil menyalami tangan Praba dilanjut mencium pipi Alindra.

"Iya, hati-hati, Mama," jawab Praba yang kini sudah memangku Alindra.

Winda segera berbalik dan berlari menjauhi mereka. Prabaswara yang melihat itu segera melotot tajam.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now