Bab 21

5.3K 513 21
                                    

Sudah beberapa hari Winda kerja, ia mulai terbiasa dengan perubahan jadwalnya. Sore setelah pulang, ia akan menemani bermain dan belajar Alindra sampai makan malam. Menunggu Praba pulang, juga merupakan rutinitasnya. Lelah sudah pasti, tapi dia masih sanggup mengurus semuanya. Dengan bekerja pula ia kembali merasa harinya lebih produktif.

Meski kadang di kantor Winda mendengar omongan tidak enak dari rekan kerjanya, terutama Seira dan Arna. Dia tidak tuli untuk dapat mendengarkan mereka membicarakan Winda yang sudah hamil besar tapi baru masuk kerja dan sebentar lagi akan ambil cuti, tapi memang untungnya lebih banyak teman yang menyenangkan dibandingkan yang membicarakan.

"Ma Win, capek ya?" tanya Alindra setelah selesai belajar dan menutup bukunya.

Winda tersenyum. "Enggak kok. Siapa bilang, Mama masih semangat nih."

Alindra memeluk Winda dengan erat. "Ma Win beneran nggak capek ya? Dulu Mama kalau pulang kerja bilang capek."

Winda membalas pelukan Alindra dan mengusap kepala anaknya itu. "Beneran, Sayang. Capek Mama tuh hilang kalau udah sampai rumah ketemu Alindra."

Alin melepaskan pelukannya lalu mengecup pipi Winda. "Makasih, Ma Win."

Winda balas mengecup pipi Alindra. "Wah, seru banget, Papa boleh ikut nggak?" seruan terdengar di ambang pintu kamar Alindra membuat Alindra dan Winda menoleh.

Praba yang baru datang itu berjalan mendekat ke arah dua wanita kesayangannya. Lelaki itu ikut duduk di lantai dan menyodorkan pipinya ke arah Alindra.

Alindra mengecup pipi Praba yang membuat lelaki dewasa itu tersenyum senang. Lalu lelaki itu menyodorkan pipinya di depan Winda. Winda segera mengecupnya dengan malu-malu. Praba masih di tempatnya dengan pipi di depan wajah Winda.

"Kok nggak dicium, Ma?" tanya Praba yang membuat Winda mendengkus.

"Tadi udah, Pa." Alindra yang menjawab karena melihat Winda sudah mengecup pipi Praba.

"Kapan? Papa nggak kerasa soalnya," kata Praba dengan wajah dibuat seolah mengingat kapan Winda menciumnya.

Winda menghela napasnya, lalu mencium pipi Praba sedikit lebih lama daripada tadi. Praba tersenyum lebar saat merasakan kecupan lama dari Windayu.

"Nah, ini baru kerasa." Praba menatap Winda sambil tersenyum menggoda. "Capek Papa jadi hilang sekarang."

"Ih, Papa kalah sama Ma Win. Ma Win aja nggak capek padahal udah kerja terus main sama Alin dan ngajarin Alin belajar," ujar Alindra yang membuat Praba menoleh ke arah Winda dengan cepat.

Praba tersenyum ke arah Winda. Dia bisa melihat gurat lelah di wajah Winda. Wanita hebat satu itu memang benar-benar membuatnya kagum. Walau wajahnya menampakkan lelah, tapi senyumnya tak luntur di wajahnya serta kelembutan terus menyertainya. Tak ada kalimat nada tinggi terucap, tak ada keluh terlontar dari bibir manisnya. Winda terlihat jauh lebih dewasa dari usianya.

"Alindra udah makan malam belum?" tanya Praba yang kini memusatkan kembali tatapannya pada sang anak.

Alindra mengangguk. "Tadi udah disuapin Ma Win, Pa, sama tadi masak berdua sama Ma Win."

Praba mengusap rambut anaknya. "Ya udah, sekarang tidur ya, Sayang! Tidur sendiri bisa?"

"Biar aku aja yang nemenin sampai Alin tidur, Pa. Papa mandi dulu sana!" Praba menatap Winda tampak tak enak hati.

"Yakin, Ma?"

Winda mengangguk mantap. "Sudah, Papa mandi terus makan ya!"

"Mama udah makan belum tadi?" tanya Praba pada Alindra yang kini bersiap-siap tidur.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now