Bab 28

5K 463 35
                                    

Weekend ini, Winda izin ke Praba untuk ke rumah kakaknya. Praba memilih mengantar istrinya itu, sekalian mengantar sang anak menemui ibu kandungnya. Setiap Sabtu, jika memang Alindra tidak menolak, dia akan seharian bersama Gistara.

Winda menyiapkan segala keperluan Alindra untuk hari ini sebelum mereka berangkat bersama. Winda membangunkan Alindra dan menyuruh gadis itu bersiap.

"Alin mau ditemani Mbak Ana apa cuma sama Mama Gista aja?" tanya Winda saat gadis itu keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah Winda siapkan tadi.

Alindra tampak berpikir. "Kalau sama Mbak Ana boleh, Ma Win?" Winda tersenyum dan mengangguk. "Sama Mbak Ana aja, kadang aku juga bosan kalau cuma sama Mama aja."

Winda mengusap kepala Alindra. "Ya udah, Mama bilang ke Mbak Ana dulu, ya! Kamu ke ruang makan sama Papa sana!"

Alindra segera berlari menuju ruang makan. Winda berjalan menuju kamar milik Ana. Wanita itu mengetuk pintu kamar Ana. Tak lama, pintu terbuka dan menampilkan sosok Ana yang tersenyum ke arahnya.

"Ada apa ya, Bu?" tanya Ana.

Winda tersenyum. "Mbak Ana, tolong temani Alindra ke tempat Mbak Gista ya!"

Ana mengangguk. "Iya, Bu. Saya siap-siap dulu kalau gitu."

Setelah pamit, Winda berjalan menuju ke ruang makan dan bergabung dengan anak dan suaminya. Wanita itu duduk di samping Alindra dan mulai menyiapkan makanan di piring mereka.

"Dari mana, Ma?" tanya Praba saat wanita itu menyerahkan piring ke hadapan Praba.

"Ke Mbak Ana, Pa. Alin soalnya mau ditemani Mbak Ana." Winda menjawab saat dirinya telah duduk di bangkunya.

Mereka makan sambil sesekali mengobrol. Celotehan Alindra yang mendominasi di meja makan tersebut. Gadis itu menceritakan kegiatannya sehari-hari.

Setelah makan, Praba dan Winda mengantar Ana dan Alindra ke rumah milik Gistara. Setelah keduanya keluar, Praba melajukan lembali mobilnya menuju rumah kakak Winda.

Sesampainya di rumah Argiantara dan Ratih, mereka keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah bergaya minimalis. Tak lama, pintu dibuka dan menampilkan sosok perempuan yang merupakan kakak ipar Winda.

"Winda, akhirnya ke sini juga kamu. Lupa kamu sama Mbak sama masmu?" sapa Ratih, kakak ipar Winda yang langsung mencercanya.

Winda meringis. "Maaf ya, Mbak. Baru sempat hari ini."

Ratih mencebik karena alasan adik iparnya. "Ya udah, ayo masuk!" Ratih menoleh ke arah Praba. "Masuk, Mas!"

Mereka masuk ke rumah dan duduk di sofa ruang tamu. "Mas Ian mana, Mbak?"

"Lagi molor sama Raskha. Itu anak sama ayah sama aja, Win," jawab Ratih sambil menggerutu karena tingkah anak dan suaminya. "Aku bangunin dulu ya. Kamu tunggu dulu!"

Ratih langsung berlalu menuju kamarnya. Winda terkekeh melihat tingkah kakak iparnya. Dia tahu jelas bagaimana kebiasaan kakaknya saat akhir pekan seperti ini. Winda tak menyangka, keponakannya yang masih balita itu juga meniru kebiasaan sang ayah.

Winda mendatangi kakaknya bukan tanpa sebab. Dia ingin sekali mencurahkan apa yang ia alami kepada sang kakak. Meski Argi masih menyimpan kecewanya, tapi lelaki itu tetaplah kakak terbaiknya.

"Kamu yakin mau bilang?" tanya Praba sekali lagi.

Winda mengangguk. "Aku nggak mau nyimpen ini terlalu lama. Aku nggak mau kalau Mbak Rara sama Mas Ian tahu dari lelaki itu, Mas. Biar bagaimanapun, Mas Arka itu teman mereka."

Praba mengusap kepala Winda dengan sayang. Lelaki itu selalu mencoba mengerti Winda.

Suara deheman membuat Praba menjauhkan tangannya. Dari jarak mereka duduk, seorang lelaki berdiri dengan tatapan tajam ke arah tangan Praba.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora