Bab 12

5.6K 532 18
                                    

Kenekatan Praba siang tadi untuk tetap balik ke kantor membuat kondisi tubuhnya malam ini semakin parah. Meski siang tadi sudah lebih baik karena obat penurun demam, tapi karena tubuhnya kembali ia forsir untuk bekerja membuat sakitnya semakin menjadi malam ini.

Winda yang melihat kedatangan Praba dengan tubuh kuyunya, membuat wanita itu berdecak. Winda seketika berdiri menghampiri suaminya.

"Kamu nyetir sendiri dengan keadaan seperti ini, Mas?" tanya Winda sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

Winda memapah tubuh lemah Praba menuju kamarnya. Lelaki itu pulang saat penunjuk waktu menunjukkan pukul delapan malam. Praba memang berniat menyiksa dirinya sendiri.

"Saya nggak biasa ninggalin mobil di kantor, Win," jawab lelaki itu dengan suara seraknya. "Lagi pula saya juga nggak ada aplikasi ojek online," jelas lelaki itu yang membuat Winda ingin mengomeli setengah mati.

Winda menyuruh Praba duduk di kasur saat mereka sampai di kamar lelaki itu. "Kamu bisa download, Mas."

Lelaki itu merebahkan dirinya setelah melepas jas dan dasi yang masih melekat di tubuhnya. "Nggak penting buat saya. Saya bisa nyetir sendiri."

Winda menghela napasnya. Dia tahu betul Praba tidak gaptek sama sekali, mengingat di mana dan apa pekerjaan lelaki itu, tapi jalan pikiran Praba ini yang Winda tak mengerti. Menurut Winda, ojek online kini sudah menjadi kebutuhan apa bila berada di posisi mendesak.

"Terserahlah," ujar Winda sambil berjalan menuju lemari yang berada di kamar lelaki itu. Winda mengambil sepasang pakaian untuk Praba. "Kamu ganti baju dulu, aku ambilin makan sama obat!"

Winda segera berlalu dari kamar milik suaminya. Wanita itu menyiapkan makanan yang sudah ia masak serta menyiapkan air hangat untuk mengopres Praba yang masih panas badannya.

Setelah menyiapkan segala kebutuhan Praba, Winda kembali ke kamar Praba. Wanita itu membuka pelan pintu kamar suaminya. Praba sudah berganti pakaian dan kini lelaki itu terbaring di tempat tidur dengan mata terpejam. Winda berjalan mendekat dan menaruh nampan di nakas.

Wanita itu berjalan mengambil pakaian Prabaswara yang dibiarkan tergeletak di lantai dan memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Setelah selesai, Winda kembali menghampiri Praba dan duduk di pinggiran kasur. Wanita itu menatap wajah Praba. Perlahan tangannya bergerak menyentuh wajah suaminya yang membuat sang empu mengerjap dan terbangun.

"Makan dulu, Mas!" ujar Winda pelan yang membuat Praba menarik dirinya untuk duduk.

"Kamu mau nyuapin saya nggak?" tanya Praba dengan suara serak nan lemahnya.

Winda tersenyum, lalu mengambil mangkuk berisi sup jagung buatannya dan menyendokkan ke depan mulut Praba. "Makan, Mas, biar cepat sembuh!"

Lelaki itu melahap makanan yang disuapkan Winda dengan senyum mengembang. Lelaki itu melahap makanannya dengan cepat seperti bukan orang sakit yang malas makan.

"Enak," komentarnya setelah Winda memaruh mangkuk kosong di atas nampan.

Winda mengulurkan air minum dan obat penurun demam yang langsung diterima dengan senang hati oleh Praba. Winda heran dengan binar di mata sayu Praba. Lelaki itu jelas lemah, tapi dia melihat kebahagiaan terpancar di mata lelaki itu, bak anomali.

"Mas, ke dokter ya?" tawar Winda yang langsung disambut gelengan oleh Praba.

"Nggak usah, ini cuma demam biasa, besok juga sembuh, Win," tolak Praba yang membuat Winda hanya bisa pasrah.

"Oke, tapi kalau besok belum baikan, kita ke dokter!" putus final Winda yang diangguki oleh Praba.

Lelaki itu menyerahkan gelas kosongnya pada Winda. Winda menaruhnya di atas nakas, lalu mengambil baskom yang airnya sudah mendingin. Winda membawa baskomnya ke kamar mandi, lalu menggantinya dengan air hangat dari keran kamar mandi Praba.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now