Bab 25

5.6K 477 25
                                    

Pagi ini Winda bangun dengan suasana berbeda. Di sampingnya, ia melihat anak dan suaminya tidur dengan tenang dan saling memeluk. Pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Hatinya merasa berbunga-bunga. Perasaan bahagia melingkupi dirinya.

Wanita itu duduk dan menatap Praba dan Alindra lama. Wanita itu tersenyum sebelum mencium kening Alindra dan Praba bergantian.

Winda mengangkat kepalanya kembali saat Praba menggeliat dan perlahan membuka matanya. Lelaki itu mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang ditangkap oleh retina.

"Jam berapa, Win?" tanya Praba setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya.

"Jam lima, Mas."

Lelaki itu mengangguk. "Belum salat, 'kan? Bareng aja yuk! Bangunin Alin sekalian ya!"

Winda tersenyum lebar, lalu mengangguk semangat. Hubungan jelas semakin membaik sejak tadi malam. Ia sangat menyadari betapa Praba selalu berusaha memberikan kebahagiaan untuk Winda.

Winda segera membangunkan Alindra. Gadis kecil itu menggeliat dan seperti enggan untuk bamgun. Winda terkekeh dan menusuk-nusuk pipi anak tirinya dan berhasil. Gadis kecil itu membuka matanya.

"Bangun, Sayang! Ayo salat Subuh sama Mama dan Papa!" kata Winda lembut.

Alindra mencoba melebarkan matanya agar ia sadar sepenuhnya. Gadis itu mencoba bangkit dan segera memeluk sang mama. Winda mengusap rambut panjang yang tak tertata rapi itu.

"Bentar ya, Ma Win! Alin masih ngantuk banget."

Winda berdecak, "Ayo bangun, Sayang. Papa udah nunggu."

Winda melepas tangan Alindra dan berdiri. Wanita itu mengajak Alindra untuk ke kamar mandi. Mereka membersihkan diri dan mensucikan diri mereka masing-masing.

Winda meraih mukena dan sajadah yang terlipat di dekat kasurnya. Alindra berlari ke kamarnya untuk mengambil mukena milik gadis kecil itu.

Winda keluar dari kamarnya menuju kamar Alindra untuk mengecek, apakah anaknya itu kesulitan mencari keberadaan mukena. Winda tersenyum di ambang pintu saat melihat Alindra telah menemukan apa yang dia cari, lalu gadis kecil itu menghampiri Winda dan mengajak mama tirinya ke musala yang ada di dalam rumah besar itu.

"Allin seneng, Ma Win. Udah lama kayaknya Alin nggak salat bareng-bareng." Perkataan Alindra membuat Winda tersenyum haru. "Apalagi semalam Alin tidur sama Ma Win dan Papa."

Winda menggenggam tangan Alindra. "Mama juga seneng, Sayang. Makasih ya."

Gadis itu mengangguk riang. Mereka segara memasuki musala yang di dalamnya sudah ada Praba. Mereka menunaikan ibadah dengan khusyuk.

Setelah selesai, Winda masih menyempatkan diri untuk memasak, meskipun hanya masakan sederhana dan mudah dibuat. Praba dan Alindra memilih bersiap-siap untuk berangkat kerja dan sskolah.

Winda menyelesaikan masakannya dan segera bersiap diri. Wanita itu berdandan dengan cukup cepat karena waktunya sudah cukup mepet.

Winda keluar menuju ke meja makan dan dirinya sudah ditunggu sang suami dan anak. Winda segera menghampiri mereka. Wanita itu menatap susu putih yang sudah tersaji di atas meja. Winda beralih menatap suaminya dan melemparkan senyum sebelum meneguk susu yang telah dibuatkan Praba.

"Nanti jangan capek-capek ya, Ma!" peringat Praba yang sudah Winda hafal di luar kepala.

Mereka segera menyelesaikan makanannya dan berangkat bersama dengan mobil Praba seperti biasanya. Sampai di depan sekolah Alindra, Praba menghentikan mobilnya.

Alindra keluar dari mobil Praba, meninggalkan Winda dan Praba berdua di dalamnya. Praba melirik Winda. Wanita itu sedang berkaca dengan kamera ponselnya.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now