Bab 35

5.7K 442 25
                                    

Desclaimer : Ada adegan flashback di part ini yang akan ditandai dengan garis panjang yang mengapitnya.

Happy reading ❤️
-0-

Alindra sudah masuk ke dalam rumah neneknya terlebih dahulu, sedangkan Praba dan Winda masih di dalam mobil. Wanita itu beberapa kali menghela napasnya untuk meredakan rasa gugupnya. Praba mengusap tangan Winda yang digenggamnya, lalu tersenyum.

"Ayo keluar!" kata Praba yang sudah melepaskan genggamannya dan membuka pintu mobilnya.

Winda mengangguk, lalu membuka pintu di sampingnya dan keluar dari mobil hitam itu. Wanita itu berkali-kali menghela napasnya sambil menatap rumah berlantai dua di hadapannya. Praba yang baru saja keluar dari mobilnya, segera menghampiri Winda dan menggandeng tangan wanita itu.

"Mas, aku beneran takut," ucap Winda saat keduanya berada tepat di depan pintu utama rumah orang tua Praba.

Praba tak menjawab. Lelaki itu memilih memilih membuka pintu dan mengajak Winda masuk. Baru saja masuk, di ruang tamu sudah ada ibu dan ayah Praba yang tersenyum ke arah mereka.

"Lama banget, Pra, Win. Alin aja udah masuk dari tadi dan langsung nyari Alda," ucap sang ibu setelah menyalami Winda dan Praba.

"Iya, Ma. Tadi ngobrol bentar dan Alin udah nggak sabaran masuk," sahut Praba yang kini duduk di samping ayahnya setelah menyalami sang ayah terlebih dahulu.

"Winda gimana kabarnya? Kandungnya baik-baik saja, 'kan?" tanya sang ibu mertua yang membuat Winda gugup setengah mati.

"Alhamdulillah baik, Ma," kata Winda sambil tersenyum canggung.

Prabaswara melirik istrinya. Lelaki itu mengusap bahu sang istri dan melemparkan senyumnya. Dia tahu bagaimana gugupnya diri Winda saat ini berhadapan langsung dengan orang tuanya.

"Kalian ini, kenapa jarang ke sini? Lupa sama orang tua?" tanya sang ayah yang sedari tadi hanya diam.

"Sibuk, Pa. Kerjaan Praba banyak," jawab Praba dengan santainya.

Lelaki tua itu mendengkus. "Hari libur masih aja kerja gitu? Kayak nggak punya hal lain selain kerja aja."

Praba terkekeh mendengar cibiran sang ayah. "Namanya juga nyari duit, Pa. Harus kerja keras buat hidupin anak dan istri."

"Papa nggak kerja ngoyo kayak kamu juga bisa tuh buat kamu sama adik-adikmu hidup layak. Jangan sampai lupa waktu sama keluarga, Pra!" pesan sang ayah yang diangguki oleh Praba.

Winda sendiri tak terlalu mendengarkan obrolan mereka. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia sibuk merancang, bagaimana cara memulai bicara pada mertuanya. Dia benar-benar takut sekarang.

"Ma, Pa, sebenarnya kedatangan kami ke sini tuh, ada yang mau diomongin, penting," kata Praba tiba-tiba yang semakin membuat Winda didera rasa cemas.

Winda meremas roknya dengan erat untuk menyalurkan rasa gugupnya. Dia tak berani sama sekali menatap kedua mertuanya.

Ibu Praba mencibir anaknya. "Ke sini cuma pas mau ada perlu aja. Dasar."

Sang ayah berdehem. "Mau bicara apa?"

Praba melirik Winda yang sedang menunduk. Lelaki itu menghela napasnya. "Soal Winda. Dia ingin menjelaskan sesuatu sama Mama dan Papa."

Kini tatapan beralih pada Winda. Winda mengangkat kepalanya dan menatap sang mertua gugup. Winda melirik sang suami sejenak, dan ia melihat senyum dari lelakinya.

Winda menghela napasnya. "Ma, Pa, maafin Winda. Winda mau bicara soal kehamilan Winda."

Kedua orang tua itu tak menunjukkan reaksi yang berarti. Winda menatap suaminya dengan takut, lalu usapan lembut di tangannya membuatnya memiliki keberanian lebih.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now