Bab 11

5.5K 564 26
                                    

Siang hari ini, Winda sedang bersantai sambil membaca buku yang telah ia beli bersama Meisya beberapa hari lalu. Wanita itu benar-benar berniat memberikan yang terbaik untuk Alindra dan calon anaknya nanti. Winda yang begitu serius membaca apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan pada anak, tak menyadari kehadiran Praba yang kini duduk di sofa samping wanita itu berbaring.

"Baca apa, Win?" tanya Praba untuk mengambil alih perhatian Winda.

Winda segera menoleh cepat dan dengan segera mendudukkan dirinya. "Mas Praba sejak kapan di sini?"

"Sejak tadi. Kamu terlalu asik sendiri, jadi nggak menyadari kedatangan saya," jawab Praba dengan tenang. Lelaki itu berpindah tempat duduk tepat di samping Winda, di sofa panjang sama yang diduduki Winda.

"Kok tumben pulang jam segini, Mas? Ada apa? Mau ambil barang?" tanya Winda yang heran dengan kehadiran Prabaswara di rumah pada siang hari di hari kerja.

Lelaki itu menggeleng. Matanya menatap wajah Winda yang selalu cantik di matanya. Lelaki kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata sejenak untuk mengusir lelahnya.

"Ini jam makan siang. Saya mau ngajak kamu makan siang bareng di luar," jawab Praba dengan mata masih memejam. "Sana kamu siap-siap! Nggak usah lama, waktu saya cuma satu setengah jam!"

"Kamu nggak mau aku ambilin minum dulu, Mas?" tanya Winda yang melihat wajah lelah milik suaminya itu.

Lelaki itu segera menggeleng. "Nanti aja sekalian, Win. Kamu sekarang ganti baju aja!"

Winda hanya bisa menurut. Wanita itu segera bergegas menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Winda terduduk di atas kasurnya. Winda tersenyum. Akhir-akhir ini sikap Praba berubah. Lelaki itu menjadi lebih manis padanya. Winda yakin, dirinya semakin terjerat dalam pesona lelaki yang lebih tua sebelas tahun darinya itu.

Kini seketika Winda merasa takut. Dia takut perasaannya akan bertepuk sebelah tangan lagi. Dia takut saat dirinya sudah benar-benar jatuh nanti, Praba menemukan seseorang yang akan lelaki itu cintai dan berakhir meninggalkan Windayu dalam kubangan luka. Dia sudah merasakan sakit yang begitu hebat saat seluruh pengorbanannya tak terlihat. Dia bertahan dan berusaha, tapi semua sia-sia. Winda patah, remuk dan terluka parah tanpa punya pegangan.

Winda segera bangkit dan berjalan menuju walk in closet untuk mengganti bajunya. Wanita itu segera berjalan menuju meja rias untuk sekadar memberi sedikit polesan pada wajahnya agar tidak terlihat kusam.

Tak sampai lima belas menit, Winda telah selesai dan keluar dari kamarnya. Wanita itu menghampiri Praba yang masih setia dengan posisinya seperti tadi. Winda duduk di samping Praba dan mengamati wajah damai Praba. Sepertinya suaminya itu tertidur.

Winda menghela napasnya, lalu memanggil nama suaminya, "Mas Praba, jadi berangkat nggak?"

Praba sama sekali tak terusik. Winda mengguncang pelan bahu Praba. Praba sedikit menggeliat dan hal itu membuat tangan Winda tak sengaja menyentuh wajah pipi Praba. Winda melebarkan matanya saat tangannya merasakan hangat pada pipi suaminya.

"Udah siap, Win?" tanya Praba dengan wajah sayu dan suara seraknya.

"Kamu sakit, Mas?" tanya Winda setengah panik. Punggung tangannya langsung ia sentuhkan di dahi lelaki itu.

"Enggak. Saya cuma kelelahan sama sedikit stres aja, Win," sangkal Praba yang kini berupaya menegakkan tubuhnya. "Saya benar-benar tidak apa-apa, Win. Ayo, kita berangkat sekarang! Saya harus balik ke kantor juga nanti," ucap Praba yang kini sudah berdiri dengan badan lemahnya.

Winda mengembuskan napasnya. Wanita itu tak beranjak dari tempat duduknya sama sekali. Praba mengulurkan tangannya yang dibalas gelengan oleh Winda.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now