Bab 17

5.2K 458 12
                                    

Sabtu pagi ini keluarga kecil Praba kompak untuk jalan-jalan di sebuah taman yang berada di kawasan dekat rumah mereka. Praba mengajak Winda dan Alindra berolahraga agar tubuh mereka tetap sehat dan bugar. Winda menurut saja meski jiwa malas geraknya itu mendominasi.

Praba memilih mengikuti kemauan istri dan anaknya yang kompak tak mau berlari dan memilih jalan kaki saja. Meski kaki lelaki itu merasa gatal karena ingin berlari dan mencari keringat pagi ini.

"Capek, Pa. Haus juga," kata Winda yang sudah merasa capek meski baru berjalan-jalan mengintari taman dua puluh menit.

"Alin juga haus, Pa," timpal Alindra yang wajahnya memerah karena terpapar sinar matahari pagi hari.

Praba menghela napasnya. Dia belum dapat keringat sama sekali. "Ya udah, kalian tunggu di bangku itu! Papa cari minum buat kalian."

Kedua wanita itu menurut. Praba pergi dari hadapan mereka. Alindra berjalan lebih dahulu, Winda sedang membenarkan tali sepatunya. Wanita itu bangkit dari duduknya dan mengejar langkah Alindra dan menggandeng tangan anak tirinya. Ibu dan anak itu berjalan menuju bangku panjang terdekat dari mereka.

Sampai di dekat bangku, Alinda menggerutu, "Ma Win, papa ke mana sih? Lama banget. Aku haus."

Winda tersenyum. Dia juga merasa sangat haus dan lelah, tapi dia masih bisa menahannya. Wanita itu mengajak Alindra duduk di bangku panjang di hadapan mereka. Mereka tak menyadari keberadaan seseorang yang duduk berjarak beberapa meter di hadapan mereka sedang menatap mereka seksama.

"Papa lagi cari minum, Sayang. Kamu sabar ya!" Winda berujar lembut dan penuh pengertian agar Alindra sedikit bersabar menunggu sang ayah dan menahan sedikit rasa hausnya.

Winda menyadari seseorang berjalan mendekat ke arah mereka dan berdiri tepat di hadapan Alindra yang membuat gadis kecil itu mendongak menatap orang itu dan melabarkan matanya, lalu memeluk Winda seolah meminta perlindungan. Orang itu melemparkan senyum kaku.

Winda terkejut saat mendapati orang itu merendahkan tubuhnya dan berjongkok di hadapan Alindra. Winda mengulas senyumnya sesaat setelah ia bisa mengendalikan rasa terkejutnya.

Orang itu menyapa Alindra, "Halo, Alin." Setelahnya ia mengulurkan botol minum yang ia bawa ke hadapan Alindra. "Kamu haus ya, ini Mama bawa minum."

Orang itu adalah Gistara, ibu kandung Alindra, mantan istri Prabaswara. Sepertinya tadi ia sempat mendengar pembicaraan Winda dan Alindra.

Alindra menatap botol minum yang diulurkan oleh Gista dengan ragu. Winda menyadari ada sorot ketakutan terpancar dari mata Alindra. Winda mengelus rambut panjang Alindra untuk memberikan ketenangan dan menghapus keraguan untuk mengambil botol tersebut.

Alindra menoleh ke arah Winda untuk meyakinkan dirinya, Winda tersenyum lembut. "Ambil, Sayang! Masa diberi Mama nggak diambil. Alindra pasti kangen Mama Gista, 'kan?"

Gista tampak terkejut saat menyadari Winda mengetahui namanya. Mereka padahal belum sempat berkenalan sama sekali. Winda jelas mengetahui wajah Gista dari foto yang pernah ia lihat. Menjadi istri Praba, sudah pasti ia tahu seperti apa wajah mantan istri lelaki itu dari banyaknya orang yang menyodorkan foto seorang Gistara.

Alindra akhirnya mengambil air minum yang diulurkan oleh Gista dengan wajah yang masih menampakkan rasa takutnya. Setelah terambil, Alindra menyerahkan botol itu pada Winda agar dibukakan tutup botolnya.

Winda menerima botolnya dan membukanya. "Bilang apa sama Mama Gista?"

Dengan takut-takut, gadis berusia delapan tahun itu berucap, "Makasih, Ma."

Gista tampak mengangguk dan melebarkan senyum bahagianya. Winda menyerahkan botol pada Alindra dan mengulurkan tangannya.

"Windayu," kata Winda saat uluran tangannya disambut oleh Gista.

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now