Epilog

10.9K 496 56
                                    

Winda dan Praba kini benar-benar berlibur ke Jogja bersama kedua anak mereka serta Ana dan Tya, pengasuh baru untuk Pramatya, yang dibutuhkan untuk membantu menjaga anak mereka. Usia Pramatya kini sudah menginjak kedelapan bulan, sehingga mereka bisa mengajaknya liburan seperti ini.

Winda membuka matanya dan melihat sang suami dan kedua anaknya masih terpejam. Winda tersenyum melihat Praba yang mendekap Alindra dan Pramatya.

Winda mendudukkan dirinya, lalu mencium mereka bertiga secara bergantian. Dia bahagia dengan keberadaan mereka di hidupnya. Mereka yang mengisi hari-hari menyenangkan bagi Winda. Dia tetap bekerja, meski awal-awal cukup berat, apalagi kini Praba sudah kembali mengambil beberapa dinas luar kota, yang sebelumnya, saat Winda hamil, lelaki itu meminta untuk tidak diberi tugas dinas luar kota dan diwakilkan oleh asisten atau wakil yang ia tunjuk, tapi semua akan menjadi ringan saat terbiasa dengan kegiatannya. Dia bekerja, tapi tak melupakan keluarga yang menjadi prioritas.

Praba membuka matanya perlahan. Lelaki itu menyipitkan matanya saat melihat Winda yang baru saja mencium dahinya.

"Udah bangun, Win?" tanya Praba dengan suara serak dan belum sadar sepenuhnya.

Winda terkekeh. "Ya, menurut kamu?"

Praba mendudukkan dirinya dengan hati-hati karena takut membangunkan anak-anaknya. "Hari ini mau liburan ke mana?"

Winda tersenyum. "Pagi ini makan dan nikmati pemandangan di resort ini aja, Mas. Sorenya kita ke pantai Parangtritisnya."

"Cuma di sini aja? Nggak mau ke area Gunungkidul?" tanya Praba yang sedikit tak percaya dengan jawaban Winda.

Winda menggeleng. "Agak jauh kalau ke Gunungkidul. Besok aja ke sana!"

Praba akhirnya mengangguk. Lelaki itu menatap istrinya yang tampak menciumi pipi Alindra dan Pramatya bergantian. Winda tak pernah pilih kasih, dia sangat peduli dengan Alindra dan Pramatya. Alindra juga sangat menyayanginya adiknya.

"Kapan-kapan kita honey moon berdua ya, Win. Ke mana gitu. Ke Bali, Lombok atau terserah kamu," ucap Praba yang membuat Winda menegakkan badannya sebelum mengusap wajah kedua anaknya.

Winda menatap Praba, lalu menggeleng. "Kalau mau liburan, aku maunya sama anak-anak, Mas. Aku nggak bisa ninggalin mereka. Kalau kita liburan berdua dan ninggalin mereka, yang ada kita nggak bisa nikmati liburan karena kepikiran anak-anak terus apalagi nggak dalam jarak yang bisa kita jangkau, misal ada apa-apa, kita juga nggak bisa berbuat apa-apa. Kalau ajak mereka, setidaknya dia dalam pengawasan kita, dalam jangkauan kita, jadi kita nggak perlu khawatir. Lagian, buat apa sih liburan berdua doang, kalau mau mesra-mesraan bisa juga di rumah, nggak perlu jauh-jauh dari anak!"

Praba terdiam. Pikiran Winda membuatnya tersadar. Benar, dia pasti juga akan kepikiran anaknya bila jauh dari mereka. Saat dinas luar kota saja, dia sering kepikiran padahal Winda di samping anak-anaknya, apalagi dia dan Winda sama-sama jauh, pasti pikirannya tak akan tenang.

Praba mengintari kasur dan menghampiri Winda. Lelaki itu segera melabuhkan ciuman di dahi Winda. "Kamu bener. Kita emang nggak bisa liburan tanpa anak-anak, tapi kita bisa mesra-mesraan tanpa anak-anak. Nanti malam mereka titipin ke Mbak Ana dan Mbak Tya nggak pa-pa, 'kan ya? Aku ingin melakukan sesuatu sama kamu."

Winda menepuk lengan besar Praba. "Mesum banget sih!"

Praba terkekeh, lalu menggigit hidung Winda gemas. Winda memekik kesakitan dan hal itu membuat kedua anak mereka menggeliat dalam tidurnya.

"Ma Win kenapa?" tanya Alindra setengah sadar dengan khawatir.

Winda menggeleng. "Nggak apa-apa, Sayang." Winda mengusap rambut Alindra. "Kak Alin sama Adek Pram siap-siap yuk! Kita jalan-jalan sama sarapan!"

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat