4. KESAYANGAN

9.7K 813 24
                                    

***

Aurora sedang duduk selonjoran di rumput Jepang yang ada di taman belakang rumahnya. Ia memangku kaleng berisi keripik kentang yang baru saja ia beli kemarin.

Matanya menatap kedua abangnya yang sedang adu jotos. Eits, maksudnya itu sedang latihan bela diri. Abitzar dan Aaron memang sangat mahir beladiri, makanya tak heran kalau Aurora juga mahir beladiri, sekalipun dirinya perempuan.

"ABANG! UDAH! DUDUK DULU! NGGAK CAPEK APA?!" teriaknya keras. Ia sesekali memekik saat salah satu dari keduanya terkena tonjokan.

Oke, Aurora memang sering berantem, tapi bukan berarti dia nggak merasa ngeri melihat orang yang baku hantam seperti itu. Bagaimanapun juga, ia tetep perempuan yang punya sisi sensitif.

Abitzar menoleh. Ia mengacungkan jempolnya, setelah itu merangkul bahu adik laki-lakinya untuk mendekati Aurora.

"Abang, yaAllah! Latihan sih latihan! Tapi jangan keras-keras dong! Sakit itu pasti!" omel Aurora sembari berjalan masuk rumah, mengambil kotak P3K.

Setelah selesai, Aurora langsung mendudukkan dirinya di tengah-tengah kedua abangnya. Ia mengeluarkan obat-obatan di dalam sana lalu langsung mengobati keduanya barengan.

Sesuai perjanjian, kalau Abitzar dan Aaron terluka, Aurora tak boleh mementingkan salah satu dari mereka, mau separah apapun keadaannya. Aurora harus adil, dengan cara mengobatinya bebarengan. Katakan saja mereka lebay, karena memang itu kenyataannya.

Aurora bahkan tak habis pikir dengan kedua abangnya itu. Kalau diluar rumah aja mirip singa kelaparan, giliran pas dirumah udah kek kucing haus belaian, menggemaskan.

Setelah selesai mengobati, Aurora lantas membereskan kotaknya, lalu menuangkan sirup ke gelas masing-masing abangnya.

"Terimakasih cantik," ucap Aaron.

"Terimakasih cinta," ucap Abitzar.

Aurora terkekeh. "Baper nih aku." ejeknya.

Langsung saja, secara serempak Aaron dan Abitzar memeluk Aurora dengan gemas.

"ASSALAMU'ALAIKUM CANTIK!"

"ASSALAMU'ALAIKUM HONEY!"

"ASSALAMU'ALAIKUM SWEETIE!"

"ASSALAMU'ALAIKUM BABE!"

Aurora, Aaron dan Abitzar saling pandang. Tak lama, Abitzar dan Aaron menghela nafas dengan kasar. Sepertinya acara manja-manjaan mereka dengan Aurora akan diganggu oleh empat tamu tak diundang itu, menyebalkan.

Aurora berdiri, ia merentangkan tangannya tanda meminta pelukan.

Pertama, Arcturus Putra Darmawangsa. Laki-laki berambut sedikit pirang serta tatapan mata tajam, namun terkadang ramah di saat-saat tertentu. Satu tahun lebih tua dari Aurora, namun sering bertingkah seperti anak kecil saat bersama Aurora.

Arcturus, laki-laki penyayang kesayangan Aurora. Punya banyak ekspresi yang mampu membuat mood Aurora meningkat secara mendadak.

"Kangen..." rengek Arcturus sembari menghirup rakus aroma tubuh sepupunya itu.

Aurora terkekeh kecil. Ia mengusap rambut sepupunya itu dengan gemas. "Aku juga kangen, Arus." balasnya.

Arcturus memang lebih tua dari Aurora, tapi ia sendiri yang meminta Aurora memanggilnya nama tanpa embel-embel 'kak', katanya biar lebih akrab.

Bruk!

"Aduh, pantat gue..." rintih Arcturus saat ia didorong Baron dari belakang.

Yang kedua, Baron Aiden Mattew. Laki-laki dingin, mirip kulkas 30 pintu, datar, nggak punya ekspresi, pendiam, dan juga menakutkan. Tapi semua sifat itu akan lenyap saat bersama Aurora. Yang tersisa hanyalah senyuman manis serta raut wajah ekspresif yang mampu membuat anak gadis orang kejang-kejang.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin