60. THE TRUTH : MENGURAI TAKDIR BENANG MERAH (1)

3.7K 246 10
                                    

***

August, 2017.

"OH GOD!!"

"APA YANG LO LAKUIN KE GUE, BRENGSEK?!!"

Andra mengerjapkan mata. Laki-laki yang sebulan lalu resmi menjadi siswa kelas VIII SMP Brawijaya itu, meringis saat mendengar teriakan menggelegar dari perempuan di samping---wait! SAMPING?!!

"WHAT THE HELL ARE YOU DOING, BITCH?!!" Andra membolakan matanya saat melihat ada perempuan asing yang tidur di sebelahnya.

"Gue yang harusnya tanya, anjing! Lo apain gue, sialan?!!" Angela Davishia. Perempuan berdarah Italia itu menatap Andra dengan tatapan marah.

"G---Gue..." Andra tiba-tiba merasa kepalanya pening. Lelaki itu meneguk ludahnya saat ingat sesuatu hal. Secara spontan, ia menyibak selimut yang membungkus tubuh keduanya. Dan alangkah terkejutnya ia saat melihat dirinya dan Angela dalam keadaan telanjang bulat.

"Shit!" Andra memejamkan mata. Berusaha mengontrol emosinya, dan mensugestikan dirinya sendiri, kalau ia tak melakukan apa-apa dengan perempuan di sampingnya. Telanjang bersama bukan berarti mereka telah melakukan sesuatu, kan?

Sedangkan Angela, gadis itu menggigit bibir bawahnya cemas. Ia meremas selimut yang membungkus tubuh polosnya. Bayangan kakaknya tiba-tiba muncul di kepalanya. Bagaimana ini? Bagaimana kalau kakaknya kecewa padanya? Apa yang akan ia lakukan setelah ini?

Andra masih mencoba mengingat hal apa yang ia lakukan semalam. Setaunya, ia hanya datang ke pesta ulang tahun temannya, dan di tengah acara, ada seorang pelayan yang memberikannya sebuah minuman yang katanya lemon juice, tapi setelah ia meminumnya, ia merasa tubuhnya panas, dan kesadarannya mulai menipis.

Di tengah keadaan itu, ada seseorang yang memberikannya kunci kamar yang katanya bisa ia gunakan untuk beristirahat. Dan saat masuk, hal yang pertama ia lihat adalah, Angela yang membelakangi pintu dengan keadaan sedang menaikkan resleting dress miliknya.

Tentu saja ia langsung kehilangan kewarasannya melihat pemandangan itu. Apalagi, kesadarannya semakin menipis. Dan hal terakhir yang ia ingat adalah...

ia menyobek kasar dress yang digunakan oleh Angela.

"Sialan," umpat Andra seraya meraup wajahnya. Laki-laki itu menoleh pada Angela yang mulai menangis. Demi apapun, Andra merasa menjadi laki-laki paling bajingan yang telah merenggut kesucian perempuan. Apalagi, dengan usia yang baru menginjak 14 tahun lebih. Coba pikir, kurang brengsek apa dirinya?

"Maaf."

Andra menundukkan kepala. Mengucapkan satu kata yang tentunya tidak dapat merubah apapun, namun dengan suara yang begitu tulus.

Angela berdecih dengan berlinang air mata. "Lo pikir, kata maaf bisa buat kesucian gue balik? Lo gila, Andra! Kita bahkan baru naik kelas delapan, dan lo udah berani ngerusak anak gadis orang, yang dijaga mati-matian sama orang tuanya?! Otak lo dimana, Andra?!!" Angela memekik dengan suara kencang. Dadanya sesak, saat mengingat kalau sesuatu yang ia jaga mati-matian untuk suaminya, direnggut secara paksa oleh teman sekelasnya sendiri.

"G---Gue...maaf, Angela," suara Andra berubah serak. Biar bagaimanapun, ia tetap laki-laki SMP yang masih labil. Tak ada yang bisa ia ucapkan selain permintaan maaf.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz