16. SOSOK LAKI-LAKI PEMILIK HATI

4.9K 452 15
                                    

***

Disinilah mereka sekarang, duduk berhadap-hadapan di ruangan pribadi milik pemilik yayasan. Jangan tanya kenapa Alastair bisa masuk, alasannya jelas! Karena Meisa adalah pemilik yayasan ini, dan ia anaknya. Jadi, siapa yang berani melarang?

Alastair masih menatap Aurora dengan tajam. Sedang yang ditatap, hanya mampu menunduk sembari memilin jari-jarinya. Takut euy.

"Mau diem sampe kapan?"

Loh? Kok jadi Aurora yang ditanya! Harusnya kan Alastair! Buat apa dia bawa Aurora kesini? Mana ruangannya ketutup lagi.

"Kamu kenapa sih Ra?!" ucap Alastair frustasi. Ia menjambak rambutnya sambil menatap Aurora dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kakak yang kenapa!" balas Aurora dengan takut-takut.

"Aku? Kenapa jadi aku?" Alastair mengernyit, tanda kalau ia tak paham dengan ucapan Aurora.

"Iyalah, aku udah nolak kakak. Tapi kenapa kakak malah ajak aku kesini?" Aurora memberanikan diri mengajukan pertanyaan itu.

Alastair menggertakkan giginya, emosinya meletup-letup, andai Aurora bukan perempuan yang ia cintai, sudah sejak tadi Aurora kena banting olehnya. "KAMU PIKIR AKU MENERIMA PENOLAKAN KAMU, HAH?! JANGAN HARAP!" telaknya dengan berteriak.

Aurora gemetar. Kenapa aura Alastair menakutkan sekali? Kalau seperti ini, rencananya untuk membuat Alastair jauh darinya, bisa gagal. "Lalu mau kakak apa?"

Alastair menyeringai. "Gampang, be mine! Dan kamu akan hidup tentram selamanya. Karena kalau kamu menolakku, aku tidak akan segan untuk merecoki kehidupanmu."

B-be mine?!

Ngadi-ngadi ini cowok. Mana mau Aurora jadi miliknya?!

"Kak cinta nggak bisa dipaksa." protes Aurora. Netranya menatap Alastair dengan tajam. Asal kalian tau, Aurora adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak suka pemaksaan, jadi jangan heran kalau Aurora menolak Alastair dengan terang-terangan.

"Dan aku tidak peduli akan hal itu." cetus Alastair santai.

"Maaf kak, tapi...aku udah jatuh cinta sama laki-laki lain..."

Deg!

Hati Alastair mencelos mendengar ucapan Aurora. Ia merasa, ada ribuan anak panah yang menancap dihatinya, kenapa sakit sekali? Seketika, semua sumpah serapah ia berikan pada laki-laki yang dengan lancangnya membuat Aurora jatuh cinta itu, yaa cuma dalam hati. Mana berani ia mengucap langsung didepan Aurora? Bisa-bisa dirinya kena semprotan ceramah dari sang pujaan hati.

Kenapa setelah sekian lama Alastair tak kenal dengan yang namanya cinta, cinta pertamanya harus semenyedihkan ini? Apa semua cinta pertama memang selalu berakhir tragis? Sial, ingin rasanya Alastair menangis kalau tak ingat ia adalah laki-laki tulen.

"Ra...kamu—bohong kan?" Alastair mencoba menolak semua fakta yang Aurora lontarkan. Netranya menatap Aurora dengan kecewa, lagi, Aurora merasa ada yang salah dengan hatinya. Kenapa hatinya ikut sakit?

"Aku...serius. Aku—udah lama jatuh cinta sama dia." jawab Aurora dengan bergetar. Sial, kenapa Aurora jadi kasihan dengan tatapan Alastair sih?!

"Siapa?"

"..."

"Siapa dia?! Siapa namanya?! JAWAB!" Alastair menuntut jawaban. Ia menatap Aurora dengan bengis. Kekecewaan ini benar-benar nyata, hatinya serasa hancur saat ini.

Aurora menggeleng. "Dia adalah laki-laki paling sholeh yang aku tau. Dia adalah laki-laki paling bijaksana, paling cerdas, dan juga paling lembut."

"...aku nggak pernah ketemu sama dia. Jangankan ketemu, punya fotonya pun enggak. Tapi—dia berhasil membuatku jatuh cinta, hanya dengan mendengar kisah hidupnya dari orang-orang terdekatku. Dia benar-benar idaman," lanjutnya.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Where stories live. Discover now