25. REAKSI PARA PAWANG

4.2K 366 15
                                    

***

Brita berkali-kali mengumpat saat nomor telepon Aurora tidak menjawab panggilannya. Bahkan sekarang, ponselnya menjadi tak aktif. Hei, sebenarnya kemana Aurora?

Pertandingan basket dimulai sebentar lagi. Aurora bilang, ia cuma mengantarkan flashdisk milik Aaron. Seharusnya Aurora udah sampe kan? Masa iya nganter flashdisk doang sampe tiga jam.

Karena lelah mencari sendirian, Brita memutuskan untuk mengabari Sabrina. Si mantan Ratu itu pasti langsung gercep kalo menyangkut Aurora.

"SABRINA!!" Brita berteriak lantang saat melihat Sabrina memakai atribut cheerleaders. Ya, Sabrina memang menjabat sebagai ketua cheers. Grupnya ikut meramaikan pertandingan basket yang diadakan dalam rangka out bond setelah UTS.

Sabrina yang hendak memprotes panggilan Brita yang tak sopan, urung. Saat melihat wajah Brita tampak panik. "Kenapa Ta?"

"L---Lo lihat Aurora nggak?" tanya Brita agak takut.

Alis Sabrina mengkerut tak suka. "Lo nanya Aurora sama gue? Sehat lo?" balasnya ketus.

"Kak..." tatapan mata Brita berubah. Membuat Permata yang baru datang dari arah berlawanan, mendekat.

"Kenapa?" tanya Permata.

"Aurora nggak ada." ucap Brita lirih.

"Nggak ada gimana sih anjing? Dia tadi kan berangkat bareng lo!" balas Sabrina agak bingung.

"Aurora tadi bilang sama gue kalo dia mau berangkat agak siangan. Dia nyuruh gue berangkat duluan, karena dia mau nganter flashdisk punya Bang Aaron. Tapi sampe sekarang, dia belum sampe sekolah." jelas Brita dengan cemas.

Permata terdiam sejenak. "Bentar, jam berapa dia nganter flashdisk?"

"Jam tujuh. Tapi sekarang udah jam sembilan. Nggak mungkin nganter flashdisk doang selama itu kan?" jelas Brita lagi.

Sabrina mengeraskan rahangnya. Raut khawatir langsung terpampang di wajahnya. "Sial! Jangan-jangan ada mata-mata yang udah tau siapa Aurora sebenarnya."

Permata menghela nafas. "Mending lo telpon dulu Aaron. Tanya dia tau Aurora apa enggak. Bisa jadi Aurora main dulu sama dia kan? Gue nggak mau kita semua panik, dan akhirnya salah ambil langkah kedepannya." ia mengkode Brita untuk menghubungi Aaron.

Brita mengangguk. Ia langsung saja mendial nomor Aaron. Tapi saat panggilan terhubung, Sabrina langsung merampasnya dengan wajah emosi.

"Halo?"

"Brengsek. Dimana Aurora hah?!" Sabrina tak perlu repot-repot untuk sopan pada Aaron selama tak ada Aurora disampingnya. Biar dikatakan durhaka, bodoamat.

"Sabrina? Kenapa lo ngomong gitu?"

"HEH ANJING! Aurora belum balik sampe sekarang jir. Lo umpetin dimana dia hah?!"

"Belum balik? Shit! Tapi Rara udah pamit sejam yang lalu!"

"Bajingan, terus dimana Aurora sekarang?!"

"Sial. Cek GPS yang ada di kalung Rara!"

Tut.

Setelah Aaron mengeluarkan titah di seberang sana, Sabrina langsung saja berlari menuju kelasnya untuk mengambil laptop.

Tak peduli kalau ia akan tampil sebentar lagi. Heh, memangnya apa pentingnya cheerleaders itu untuknya? Kalau bukan paksaan sang Ayah, Sabrina mana mau.

"Kak, gimana ini?" Brita menatap Permata gusar. Ia bahkan tak peduli akan ponselnya yang masih dibawa Sabrina. Fokusnya saat ini hanya pada Aurora, dan cuma Aurora.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang