27. FLASHBACK (1)

3.4K 342 14
                                    

[ HAPPY READING ]

***

Dua jam yang lalu...

"Karena Alastair udah perkosa cewek gue."

DEG!

Jantung Aurora rasanya ingin copot mendengar ucapan Jeff yang sarat akan emosi itu. Dirinya benar-benar tak percaya, apa iya Alastair sebrengsek itu?

"Nggak mungkin," kata Aurora sembari menggelengkan kepalanya. Netranya menatap Jeff dengan tajam. Ia tak percaya, mana mungkin laki-laki seperti Alastair berani memperkosa perempuan? Didikan Meisa tak mungkin seperti itu.

Jeff tersenyum remeh. Sudah ia duga, perempuan didepannya ini tak mungkin percaya. Salahkan Alastair yang selalu menampakkan sikap baiknya didepan semua orang.

"Tapi nyatanya emang gitu." kali ini giliran Andra yang berucap.

"Ghea pacar gue, tiga tahun lalu, dia ijin sama gue mau ketemuan sama Alastair karena ada urusan penting. Gue kasih ijin, dia dianter sama Andra kesini, ke gedung ini." Jeff menjeda ucapannya, ia ingin melihat reaksi Aurora.

"Setelah itu, Andra balik. Ghea bilang, kita semua bisa jemput dia dua jam setelahnya. Dan tepat dua jam setelahnya, kita lihat Ghea jatuh dari gedung. Dia jatuh, dan ada Alastair di atas sambil natap Ghea dengan datar." Jeff menahan sesak. Rasanya sakit saat luka lama yang berusaha ia kubur, kembali diungkit.

Mata Jeff berkaca-kaca. Ia menatap Aurora dengan tatapan kosong. "Cewek gue bersimbah darah, dengan keadaan telanjang. Lo pikir, orang mana yang bisa berpikir positif? Saat gue ngeliat keadaan Ghea jatuh dalam keadaan telanjang, dan ada Alastair yang bajunya berantakan. Coba kasih tau gue, gimana caranya gue buat ngadepin masalah ini?"

Aurora diam dengan menahan tangis. Ia menunduk. Ghea, ia memang tak kenal dengan Ghea. Tapi, mendengar cerita Jeff, cukup membuat Aurora paham.

"Kalau gitu, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Aurora dengan mata sembab. Tenaganya sudah habis, tak ada hal lain yang bisa ia lakukan, selain memasrahkan diri.

"Bagus. Gue udah nungguin ucapan lo dari tadi. Lo mau tau apa yang harus lo lakuin?" Devano mendekat, ia menatap Aurora tajam. Seolah-olah Aurora adalah mangsanya yang siap ia cabik-cabik sampai habis.

"Apa?" Aurora mendongak. Menatap Devano pasrah.

Devano tertegun. Mata itu---sama dengan mata Ghea saat Devano marah padanya. Begitu pasrah, dan seolah-olah membiarkan Devano melakukan apapun yang Devano suka.

Tapi Devano mencoba menghiraukan. "Lo harus ngerasain hal yang sama apa yang dirasain sama adik gue."

Aurora mengangguk. "Oke, apa setelah itu, kalian bakal maafin aku dan Alastair?" tanyanya.

"KENAPA DISAAT KAYAK GINI, LO MASIH MIKIRIN SI BRENGSEK ITU HAH?!" teriak Andra tak terima. Dirinya cukup marah saat keadaan Aurora seperti ini, ia masih saja memikirkan Alastair.

"Kak Alastair pernah bawa aku ke orang tuanya, dan bilang kalau dia bakal nikahin aku secepatnya. Otomatis, secara tidak resmi, aku adalah calon istrinya. Bukankah memang sepantasnya, seorang calon istri membantu menyelesaikan masalah calon suaminya?" Aurora mengucapkan hal itu tanpa ragu.

Ya, hari ini juga, Aurora sadar, kalau dirinya sudah jatuh cinta pada Alastair.

Ya Allah, maafkan Aurora karena sudah mencintai hamba-Mu, tanpa izin-Mu. Ya Rasulullah, maaf, karena Aurora sudah menyematkan laki-laki lain dihati Aurora selain engkau. Batin Aurora dengan serius.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Where stories live. Discover now