35. SATU LANGKAH LEBIH CEPAT

3.2K 333 9
                                    

[ HAPPY READING ]

***

"Apa ini?" tanya Sabrina dengan nada tajam. Tangannya terulur memberikan ponselnya pada Aurora yang tengah duduk di depannya.

Aurora menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. Begitupun dengan Permata dan Brita. "Apa sih?"

"Lihat itu!" titah Sabrina geram. Sejenak Aurora terdiam. Hal apa yang membuat Sabrina begitu marah?

Melihat Aurora yang hanya diam saja, membuat Sabrina semakin marah. "NYAWA LO BUKAN MAINAN AURORA!" bentaknya yang membuat seisi kantin menoleh padanya.

Permata menghela nafas. Ia menatap seisi kantin. "Sorry. Lanjutin aja kegiatan kalian," ujarnya malas, namun tersirat keseriusan didalamnya.

"Kak, lo kenapa sih?!" tanya Brita bingung.

Sabrina berdecih. "Setel itu video!" ujarnya sarkas. Setelahnya, ia kembali duduk dan menatap Aurora datar.

Aurora masih belum paham, akhirnya ia mendekat dan ikut melihat video yang membuat Sabrina marah.

Sedetik kemudian, mata Aurora nyaris keluar dari tempatnya setelah melihat cuplikan video tersebut. Sedangkan Permata dan Brita, saling pandang.

Sial! Kenapa videonya sampe ke Sabrina?! Batin Aurora gelisah.

"Apa maksudnya, Aurora Darmawangsa?!" desis Permata. Gadis itu mengeraskan rahang seraya menggenggam ponsel Sabrina dengan erat.

"A---Aku..."

"Jelasin yang jelas, Aurora!" timpal Brita. Perempuan itu juga menahan geramannya. Takut membuat kantin gaduh.

"Itu namanya trik," ucap Aurora singkat. Jangan harap Aurora akan terintimidasi dengan itu semua. Fakta bahwa Aurora adalah Ratu Persephone, membuat Aurora semakin kebal akan intimidasi seseorang.

"TRIK?!" Sabrina menggeleng miris. Trik yang membuat Aurora nyaris kehilangan nyawa, begitu?

"Lo gila Aurora! Masih banyak trik buat bikin Poseidon tunduk sama kita! Nggak dengan cara ngebahayain nyawa lo sendiri!" tukas Brita tajam, namun pelan. Brita masih cukup waras untuk tak bereaksi lebih, karena disekelilingnya banyak anak-anak.

Aurora menghela nafas pelan. "Lo pikir semudah itu? Posisinya gue terdesak, gue emang tau kalau mereka mau nyulik gue---"

"Apa?! Jadi lo udah tau kalo mau diculik sama mereka?!" ketiga perempuan itu menganga mendengar ucapan Aurora.

"Iya, makanya gue jatohin kalung Persephone itu, biar kalian terkecoh terus---"

"Brengsek. Jadi gue dibegoin sama temen gue sendiri?" gumam Permata pelan namun masih bisa didengar yang lainnya.

Aurora menahan tawa.

Sabrina menatap sekitar, kantin semakin ramai, tak mungkin pembicaraan ini dilanjut disini. "Kita pindah rooftop, disini banyak orang."

***

"Lanjut Ra."

"Gue pikir, mereka cuma mau nyulik gue buat umpan Alastair supaya dateng ke mereka. Gue nggak mikir kalau Devano sampe seniat itu buat ngehancurin Alastair, dengan menggunakan gue sebagai objeknya." jelas Aurora.

"Bangsat. Bisa-bisanya disaat kayak gitu lo malah ngelepas satu-satunya alat yang buat gue bisa ngelacak keberadaan lo!" omel Sabrina.

"Gue mana tau Kak. Yang dipikiran gue waktu itu, kalau gue biarin lo ngelacak keberadaan gue, otomatis anak Hades juga bakal ikut. Dan itu nggak baik buat mereka. Gue jelas tau gimana akhirnya Hades sama Poseidon kalo ditaro di tempat yang sama. Bisa-bisa mereka tawuran lagi!"

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Where stories live. Discover now