10. NASIB PARA COGAN

6.8K 597 0
                                    

***

Aurora memasuki rumah dengan santai. Netranya membulat saat melihat enam laki-laki tampan yang merupakan saudara laki-lakinya sedang duduk bersama di ruang keluarga.

Ia lantas berjalan pelan, enggan menimbulkan suara. Tapi rupanya, takdir tak berpihak padanya.

"Dek!" Baron memanggilnya.

Aurora menghentikan langkah tanpa menjawab. Ia juga tidak balik badan.

Ke-enam laki-laki itu mendekat.

"Dek, maafin abang dong," ucap Baron dengan wajah yang dibuat semengenaskan mungkin.

"Iya dek, maafin abang juga," Iqbal ikut-ikutan.

Aaron dan Abitzar menghela nafas saat tak ada jawaban dari bibir mungil Aurora.

"Mau sampai kapan ngambeknya?" tanya Arcturus pelan.

"Kamu nggak kasihan sama kita?" ujar Aaron dan Abitzar kompak.

Aurora masih diam.

"Rara..."

Aurora tertegun.

"Rara maafin abang," ucap keenam laki-laki itu kompak.

"Rara abang minta maaf." mereka berujar lagi.

"Rara jangan diemin Raga..." Gusti merengek sambil menggoyangkan bahu Aurora.

Aurora menghela nafasnya dengan kasar. Diantara semua abang-abangnya, hanya Gusti yang bisa membuat Aurora luluh dalam sekali tatap. Karena kenyataannya, Gusti itu menggemaskan. Apalagi kalau pas matanya nggak keliatan, beuh meresahkan.

Aurora balik badan. Ia menatap satu persatu abangnya yang tengah menatapnya sendu. Ia mengepalkan kedua tangannya saat gejolak itu kembali terasa.

"Kalian..." lidah Aurora kelu. Ia kehilangan kata-kata.

Netranya berkaca-kaca. "Kalian tau kalau aku nggak bisa pakai warna itu. Tapi kenapa kalian masih nekat? Kalian mau buat aku kayak dulu lagi, iya?!" ia melayangkan tatapan kecewa.

Bahu Aurora bergetar. Abitzar berniat memeluknya tapi ia langsung menghindar.

"Aku..."

"Rara, abang minta maaf." Baron kembali mendekat.

"JANGAN DEKET-DEKET!!!"

Semuanya terlonjak. Tak menyangka kalau respon Aurora masih seperti ini.

"RARA!" Baron membentak.

"APA?!" Aurora menatap Baron nyalang.

"APA HAH?!"

"KITA CUMA MAU KAMU MELANGKAH, AURORA! NGGAK STUCK DI MASA LALU! ITU DOANG!" teriak Baron kelepasan.

Aurora tertawa hambar. "Tapi cara abang salah! Abang sama aja mau bunuh aku secara perlahan! Abang nggak tau gimana tersiksanya aku setiap lihat itu! Abang nggak akan pernah tau! Karena abang nggak pernah ngerasain apa yang aku rasain!" ia menekankan setiap kata sambil menatap Baron dengan tajam.

Aaron menangis. "Rara, sini sayang..." tangannya mencoba meraih tangan Aurora.

Aurora langsung menepis tangan Aaron. Ia terduduk di lantai sambil bersandar pada dinding ruang keluarga.

"Seenggaknya, kalau nggak bisa buat aku bahagia jangan buat aku ketakutan, abang....Rora belum sanggup." lirihnya sambil terisak.

Abitzar lantas terduduk dan langsung memeluk Aurora dengan erat. Kaos hitam yang ia kenakan, dicengkeram kuat oleh Aurora. Abitzar menitikkan air matanya, tak sanggup akan keadaan adiknya yang seperti ini.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang