36. KEDATANGAN MAHMUD REDRICK

3.2K 338 7
                                    

[ HAPPY READING ]

***

Iqbal melongo saat melihat seorang laki-laki tua yang duduk santai di ruang tamu. Ia yang baru saja pulang kuliah, tentu saja kaget dengan kedatangan lelaki tua itu.

Ia lantas berjalan pelan, dan berkata. "Kakek udah lama dateng?" dilanjut dengan menyalimi tangannya sopan.

Mahmud Redrick. Ayah mertua Reval, sekaligus kakeknya Iqbal dari pihak ayahnya. Seorang lelaki berumur nyaris 70 tahun itu baru saja datang dari Jerman. Memang, disana ia tinggal sendiri, tepatnya di pesantren peninggalan keluarganya.

Kakek Mahmud menggeleng. "Baru aja sampai," jawabnya singkat.

Iqbal tentu saja langsung duduk di depan kakeknya. "Kakek ada perlu apa kesini? Mana nggak bilang-bilang lagi." tanyanya sopan. Raut wajahnya tampak kebingungan dengan situasi ini. Salah Mahmud yang datang tiba-tiba.

"Kakek dengar, cucu kesayangan kakek ada yang melamar, benar?"

DEG!

Iqbal tentu saja terkejut. Ia tak mampu menahan wajah kakunya didepan sang kakek. Lidahnya kelu untuk sekedar berbicara. Sekedar informasi, Kakek Mahmud begitu menyayangi Aurora. Lelaki tua itu bahkan tak pernah mengijinkan satu orang pun santrinya untuk mendekati Aurora saat Aurora masih di Jerman. Padahal, santri disana begitu sopan dan juga idaman. Lalu, bagaimana tanggapan kakek Mahmud kalau tau, lelaki yang melamar Aurora adalah anak geng motor?!

"K---Kek..."

Kakek Mahmud menghembuskan nafasnya. "Telpon Reval, suruh dia pulang sekarang!" titahnya mutlak.

"Baik Kek, Iqbal permisi sebentar."

"Hm."

Setelahnya, Iqbal menjauh dan mulai mendial nomor ponsel Reval.

"Hm?"

"Assalamu'alaikum Yah."

"Waalaikumsalam."

"Yah, pulang sekarang. Ada kakek di rumah."

"APA?! Iqbal kamu bercanda?!"

"Aku serius Yah, waktu aku pulang kampus, kakek udah ada di ruang tamu!"

"Ada urusan apa kakekmu datang?"

"Mana Iqbal tau Yah!"

"Yaudah, Ayah pulang sekarang. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Tut.

"Kek, Ayah lagi perjalanan pulang. Sambil nunggu, kakek mau minum apa? Atau mau Iqbal buatin makan?" tawar Iqbal beruntun. Lelaki itu saat ini kembali berdiri di depan kakek Mahmud.

"Nasi goreng seafood buatan kamu, bolehlah." Kakek Mahmud nyengir. Membuat Iqbal terkekeh. Sejak dulu, kakeknya ini memang begitu menyukai nasi goreng buatannya.

"Oke Kek. Kakek duduk aja, Iqbal buatin sebentar."

***

"Assalamu'alaikum Rora pul---KAKEK?!" Aurora refleks berteriak saat melihat kakek Mahmud tengah makan di kursi ruang tamu.

Kakek Mahmud mendongak. Seulas senyuman manis langsung tersungging dari bibirnya. "Waalaikumsalam," jawabnya pelan.

Aurora langsung saja berlari menghambur ke pelukan kakeknya. Pelukan hangat seorang lelaki tua yang berstatus sebagai kakeknya. "Kakek kok tiba-tiba dateng nggak ngasih kabar?" tanyanya teredam.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang