22. KUNJUNGAN KE RUMAH CAMER (2)

4.2K 388 11
                                    

***

Arya menatap Aurora dengan pandangan menelisik. Beberapa waktu lalu, Meisa sudah memberitahukan dirinya tentang bagaimana wajah Aurora. Jujur, ada sedikit rasa tak suka di hatinya saat menatap Aurora. Karena Aurora, punya darah yang sama dengan Reval. Seseorang yang pernah menjadi objek kecemburuannya.

Aurora yang ditatap, tentu saja kikuk sendiri. Hei, apa pria didepannya ini tak tau, kalau tatapannya bisa membuat anak orang pingsan?

"Sayang, jangan kayak gitu natap anak aku dong," protes Meisa kesal. Netranya melotot tajam pada sang suami.

"Mom, siapa yang Mom panggil 'anak Mom'?!" balas At sembari menatap Aurora galak. Aura permusuhan yang sangat kental ia keluarkan. Mulai saat ini, Aurora adalah musuhnya.

Aurora meringis. Oke, sepertinya ini adalah pertemuan pertamanya dengan At, tapi kenapa sejak awal, At seolah mengibarkan bendera perang padanya?

Meisa mengumpat dalam hati saat melihat tatapan putra ketiganya itu. Kok serem ya...

"Baby boy-ekhem...maksudku, son...Mom pernah cerita kalau kamu pernah berteman dengan Aurora waktu kecil bukan? Lagi, Aurora juga anak dari sahabat Mom, dan Mom sudah menganggap Aurora seperti anak Mom sendiri." Meisa mencoba memberikan pengertian kepada anak terakhirnya itu. Jujur, At terkadang seperti bocah tk yang kemauannya tidak dapat ditafsirkan dengan mudah.

At melengos malas. Ia tak membalas sama sekali. Saat ini ia malah membuka ponselnya lalu menyetel lagu yang sering menjadi backsound film suara hati istri dengan keras. Tak peduli akan komentar Aurora setelahnya. Sudah At beritahu kan? At hanya akan peduli dengan Meisa.

Aurora menahan tawa mendengar lagu yang disetel oleh Atalarik. Oke, apa ini keseharian laki-laki kulkas didepannya? Kenapa wajah marah At sangat menggemaskan?

Sedangkan Alastair dan Arya, hanya mendengus dalam diam. Kenapa At suka sekali mencari perhatian? Ingin menendang Atalarik, tapi sadar kalau At itu anak kesayangan Meisa. Bukan menendang At, yang ada malah mereka yang ditendang sama Meisa.

"At, kamu nggak malu? Ada Aurora disini lho." ujar Meisa mengingatkan. Kelakuan putra ketiganya itu memang kadang tak masuk akal. Buat apa coba si At nyetel lagu ku menangis? Mau cosplay jadi korban tersakiti? Ngadi-ngadi.

"Terus kenapa? Mom tau bukan, di dunia ini cuma Mom yang aku pedulikan." jawab At dengan ketus. "Lagian buat apa malu? Aku nggak kenal dia, nggak peduli juga sama komentar dia." lanjutnya dengan melirik Aurora sinis.

Drama banget idup adek gue woy! Batin Alastair malas.

Oke, At sepertinya memang sangat tak suka dengan kehadiran Aurora. T-tapi, apa salahnya? Ia bahkan tak berani menjawab ucapan At. Apa Aurora pernah membuat At menderita di masa lalu?

"At, yaAllah..." Meisa meraup wajahnya frustasi. Kenapa putranya itu kekanak-kanakan sekali? Pengen marah, tapi At anak kesayangannya, mana sanggup.

"Terserah," setelahnya At berlalu menaiki tangga dengan menghentakkan kakinya.

BRAK!!

Pintu kamarnya ia banting keras membuat empat manusia lainnya beserta seluruh asisten rumah tangga terlonjak kaget.

Ditempatnya, Arya menutup wajahnya menggunakan majalah yang berada di atas meja. Sumpah demi apapun, dirinya benar-benar malu setengah mampus. Mau ditaruh dimana harga dirinya kalau sampai ada yang tau kelakuan Atalarik yang kelewat childish itu? Apalagi saat ini ada Aurora didepannya. Sial, jangan sampai titisan Reval itu mengejeknya dalam hati.

"Ekhem..." Arya berdehem keras. Membuat Aurora, Meisa, dan Alastair memusatkan pandangan pada Arya. "Kau..." Arya menunjuk Aurora dengan jari telunjuknya. "Jangan pernah mengejek putraku, bahkan dalam batinmu sekalipun!" lanjutnya masih dengan menatap Aurora sambil melotot.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ