52. UNTUK KAMU, AURORA

2.4K 279 16
                                    

Ciee yang udah sekolah offline. Semangat, yaa<3

***

5 bulan kemudian...

Jerman, Pondok Pesantren Al Akbar.

"Kamu yakin mau pulang sekarang, Al?" Alif memasuki kamar Alastair, setelah mengetuk pintu.

Melihat Alastair yang tampak sibuk mengemasi barang-barangnya, tentu Alif langsung mengutarakan pertanyaan.

Alastair mengangguk, kemudian menjawab. "Ya."

"Sudah larut, Al. Kamu bisa menunggu penerbangan sampai besok pagi. Lagipula, cuaca sedang mendung. Kamu tidak mungkin berniat melawan cuaca, kan, Al?"

Alastair mendongak menatap Alif. Sosok laki-laki yang umurnya lebih tua darinya. Netra hitam pekat yang biasanya menatap lawannya begitu tajam, sekarang tampak berbeda. Memang masih datar, tapi bila diteliti lebih lanjut, kalian akan menemukan sorot lembut di baliknya.

"Sudah enam bulan, Lif." Alastair membalas tak nyambung.

"Hm?"

"Janjiku pada Aurora, hanya enam bulan. Tidak lebih, apalagi kurang."

Alif tertegun. "Kalaupun lebih, kamu hanya melewati satu hari, Al."

Alastair mengulas senyum tipis. "Biarpun satu hari, aku tetap akan dianggap sebagai laki-laki yang ingkar janji, karena ucapanku tidak sesuai dengan aksiku."

Alif kehilangan kata-kata. Semakin lama, sikap Alastair semakin sempurna. Ia kadang sampai heran, bagaimana bisa lelaki itu berubah dalam waktu singkat?

"Tapi tetap saja. Penerbangan tidak akan dilaksanakan kalau cuacanya masih belum stabil."

"Siapa yang akan naik pesawat umum?" Alastair bertanya dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Hah?"

"Aku sudah menghubungi Daddy untuk mengirim salah satu jet pribadinya kesini. Kemungkinan, satu jam lagi dia sampai."

"APA?!" Alif melototkan mata.

"Kenapa?"

"Al, kamu benar-benar cari mati, ya?" Alif memicingkan mata penuh selidik.

"Cari mati?" Alastair mengernyit. "Tidak, tuh," sahutnya dengan kalem.

"Tapi, naik jet di cuaca seperti ini juga berbahaya, Al." Alif mengeluarkan nasehat. "Aku tau kamu tidak ingin ingkar janji pada Aurora, tapi keselamatan kamu juga yang utama!"

"Lif, kalau memang nyawaku diambil besok, tanpa perlu naik pesawat ataupun jet, aku akan tetap mati," kata Alastair. "Dan mau cuaca gelap sekalipun, kalau besok bukan ajalku, aku akan tetap selamat."

Seketika, Alif bungkam.

"Dulu aku yang mengajarimu, tapi sekarang malah kamu yang mengajariku." Alif menggerutu sebal.

"Tentu saja. Karena hidup itu berputar," jawab Alastair diiringi tawa kecil.

"Oh iya, ngomong-ngomong, syarat dari Kyai Besar sudah terlaksana semua, kan?" Alif mengganti topik. Lelaki itu memang selalu antusias saat membahas tentang perjuangan Alastair selama ini.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang