37. SYARAT KEDUA | PILIH JANTUNG ATAU HATI?

3.1K 324 4
                                    

[ HAPPY READING ]

***

Malam minggu telah tiba.

Jika biasanya anak Hades akan berkumpul di tempat balap liar, atau club malam, maka malam ini berbeda. Markas Hades dikosongkan oleh Alastair, dan kini, hanya ada Alastair di dalamnya. Yang tengah merenungkan nasibnya setelah pertemuannya dengan kakek Mahmud malam tadi.

Gila. Benar-benar gila. Bagaimana bisa tua bangka itu memberikan Alastair pilihan yang begitu sulit? Aurora atau Hades? Hah, pilihan macam apa itu? Sejak awal, baik Aurora maupun Hades, bukanlah suatu pilihan. Keduanya, punya tempat yang berbeda di hati Alastair.

Alastair tidak mungkin bisa memilih salah satu diantaranya. Aurora itu bagaikan hati, dan Hades sebagai jantungnya. Dua organ itu, penunjang kehidupan manusia. Kalau salah satu diantaranya hilang, otomatis dirinya akan langsung mati. Lantas, bagaimana mungkin ia bisa memilih antara hati dan jantung? Bukankah sama saja? Organ manapun yang ia pilih, ujung-ujungnya tetap sama. Mati.

Alastair mendongak. Netranya menatap bulan serta bintang yang tampak redup, berbeda dari biasanya. Kemudian, ia merogoh sakunya dan mengambil sebatang rokok. Lalu menyalakannya menggunakan korek api yang ada di meja. Ya, Alastair memang perokok. Bukan cuma dirinya, semua anak Hades juga begitu.

Kesan badboy yang melekat di diri Alastair, nyatanya tak mampu ditepis oleh apapun. Seorang badboy, wajar kalau merokok kan?

Alastair menghembuskan asap rokoknya ke udara. Wajahnya benar-benar kusut. Sial, ia tak pernah menyangka, kalau kisah cintanya akan serumit ini. Sebenarnya, kalau Aurora bukanlah cucu dari seorang ustadz terkenal, dirinya tak akan segalau ini.

Nyatanya, insecurity itu benar-benar ada. Alastair insecure, atas kelihaian Aurora dalam urusan agama. Sedangkan dirinya? Sholat wajib saja masih bolong-bolong. Kenyataan kalau dirinya dan Aurora begitu timpang, memang benar. Alastair ingin menampik, tapi tak bisa. Karena kenyataan itu benar-benar nyata. Hah, sebenarnya ujian cinta macam apa yang sedang Alastair jalani saat ini?

"Aurora hati gua, dan Hades itu jantung gua. Gimana bisa gua disuruh milih, sedangkan dua organ itu penting buat gua? Kalau gua milih salah satunya, sama aja gua nyari...mati." gumam Alastair tersenyum pedih. Ia meraup wajahnya frustasi, mencoba menghilangkan rasa sesak di dalam hatinya.

"Kalau lo nggak bisa milih salah satunya, maka lo harus nyoba buat mertahanin dua-duanya."

Celetukan dingin seseorang yang berasal dari belakangnya, sontak membuat Alastair balik badan. Saat ini, berdiri Adit, dengan raut wajah datar seperti biasanya.

"Gimana bisa? Pilihan gue cuma dua, pertahanin Aurora dan lepasin Hades, atau pertahanin Hades dan lepasin Aurora. Nggak ada pilihan yang menyatakan kalau gue bisa mertahanin Aurora, sekaligus Hades secara bersamaan." balas Alastair dengan tajam. Selalu, selalu seperti ini, Alastair butuh masukan, tapi egonya terlalu tinggi untuk menerima masukan dari Adit.

Dan Adit, hanya mampu memutar bola matanya malas mendengar itu. Entahlah harus dengan cara apa untuk mengerti seorang Alastair Dewa Smith. Nyatanya, lelaki yang berstatus sebagai Raja Hades itu begitu sulit dibaca. "Lo yang nggak konsisten sejak awal," ejeknya yang seketika menyulut amarah Alastair.

Alastair berdiri, netranya menatap Adit nyalang. "Ngomong apa lo tadi?!" desisnya dengan suara serak. Sial, apa Adit nyari mati? Ia tengah pusing dengan ini semua, dan sahabatnya itu berniat memancingnya?!

"Lo.plin.plan.Alastair." Adit mengulang ucapannya dengan kalimat yang berbeda. Namun saat ini, ia menekankan tiap kata, seolah mencoba menyadarkan Alastair atas segala pemikiran sempitnya.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Där berättelser lever. Upptäck nu