39. ALASTAIR DAN CEMBURU BUTANYA

3.7K 306 21
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

***

"Mom, ikut Dewa ke Jerman, ya?" pinta Alastair pada Meisa. Ia kini duduk bersimpuh di kaki Meisa, memasang tampang memelas, supaya Meisa luluh padanya.

"Yang mau nikahin Aurora, kamu atau Mommy, hm?" tanya Meisa lalu mendengus geli.

"Dewa lah! Tapi Mom, nanti kalau Dewa lapar, siapa yang ambilin?" oceh Alastair lagi.

An yang kebetulan duduk di depan Alastair, memutar bola matanya malas. "Nggak usah drama Bang, lo punya sepasang tangan yang sehat walafiat, apa gunanya?" celetuknya jengah. Sebenarnya gerah, karena sejak tadi Alastair terus saja mengekor pada Meisa dengan dalih cowok itu akan pergi jauh.

Halah, padahal cuma Jakarta Jerman doang, cuma enam bulan juga. Gayanya kayak yang mau pergi ke alam baka. An tentu saja tak terima, heh sekarang jatahnya dirinya bermanja-manja dengan Meisa. Tapi kenapa makhluk satu itu gemar mengacau?!

Alastair menoleh tajam pada An. Adiknya ini memang kurang ajar. "Nggak usah ikut campur, lo!" gertaknya galak.

Alis Antariksa menukik tajam. "Gimana nggak ikut campur?! Sekarang jatah gue sama Mommy! Dan lo dengan seenak jidatnya ngeganggu acara kita?! Lo mau baku hantam dimana hah?!" balasnya membentak.

Alastair bangkit, ia langsung saja mencengkram kerah kemeja adiknya kasar. Netranya menatap An nyalang. Dalam urusan mencari perhatian Meisa, tidak ada arti saudara diantara keduanya. "JAGA OMONGAN LO! KALAU BUKAN KARENA GUE, LO NGGAK BAKAL ADA DI DUNIA INI!"

Wait. K--Kok rada ambigu ya?

Arya yang baru saja masuk rumah mengerutkan keningnya mendengar ucapan Alastair. "Apa maksud kamu Alastair? Disini yang berperan penting itu Daddy. Tidak ada kamu sekalipun, Antariksa akan tetap jadi," ujarnya langsung tanpa bertele-tele.

Meisa melotot mendengar ucapan Arya. Pria itu apa tak tau kalau ucapannya mampu mengotori otak putra-putranya? Yaa walaupun sejak awal udah kotor sih...

Alastair berdecih pelan. "Tapi kalau Dewa nggak butuh temen main waktu itu, Mommy juga nggak bakal mau punya anak lagi, dan Antariksa nggak bakal lahir, begitu juga dengan Atalarik."

"Bangga lo ngomong kayak gitu? Jadi maksud lo, gue anak yang nggak diharapkan?!" balas An tajam.

Meisa menggeleng brutal. Anak yang nggak diharapkan katanya? Ngadi-ngadi ini Antariksa. "An, bukan gitu mak---"

"Udahlah Mom, biarin dia tau yang sebenarnya. Antariksa sama Atalarik memang anak yang nggak diharapkan," potong Alastair cepat.

"Cih, childish!" At tiba-tiba masuk dan berujar demikian. Lalu setelahnya, ia memeluk Meisa dari belakang. Menaruh dagunya di pundak kiri Meisa lalu menatap Alastair tajam.

Alastair menatap Atalarik tajam. "Ck, terserah apa kata lo. Tapi yang jelas, gue bakal ajak Mommy ke Jerman nanti."

Rahang At, An, dan Arya mengeras bersamaan, membuat Meisa meringis dalam hati. Alastair kayaknya emang suka cari masalah, ya?

"Kau tidak bisa membawa istriku, Alastair Dewa Smith." tekan Arya dengan raut wajah datar.

"Betul, lo yang berniat nikahin Aurora, lo yang harus berjuang. Mommy nggak ikut andil disini," imbuh Antariksa sinis.

"Mom will stay at here with me, bastard!" desis Atalarik dengan suara berat. Meisa merinding, ini bocah ngomongnya jangan di telinganya, bisa nggak?

Alastair mengepalkan tangannya. Sial, dirinya kalah telak. Tak ada cara lain, ia harus melakukan ini...

"Mom...nggak sayang sama Dewa huaaaaa..."

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt