21. KUNJUNGAN KE RUMAH CAMER (1)

4.3K 379 7
                                    

Info: Judulnya request-an dari Alastair yang halunya masuk stadium akhir.

***

alastairdewa: Raa, aku jemput ya? Mom mau ketemu sama kamu.

BYURR!!

PRANG!!

Aurora menyemburkan teh hangat yang tengah ia minum, sekaligus ia juga juga menjatuhkan cangkirnya. Untungnya hari masih sore, Ayahnya juga abang-abangnya masih belum ada yang datang. Sehingga keributan ini tak menggemparkan seluruh orang rumah.

Aurora melotot panik. "Mau ngapain ke rumah dia?!" pekiknya tak tertahan.

alastairdewa: Gimana Ra? Mau kan? Kalau nggak mau sih bodoamat, aku tetep maksa pokoknya.

Dih? Terus buat apa nawarin hah? Ngadi-ngadi ini Alastair.

aurora.drmwngs: Maaf Kak. Aurora lagi sibuk.

alastairdewa: Tapi Mommy maksa, gimana dong?

Aduh. Aurora mengusap wajahnya frustasi. Kalau sudah bawa-bawa nama Meisa, siapa yang bisa nolak? Ibu-ibu muda itu memang menjadi salah satu kelemahan seorang Aurora Darmawangsa.

aurora.drmwngs: YAUDAH, JEMPUT AJA!

Di seberang sana, Alastair terbahak melihat cara ketik Aurora yang terkesan terpaksa itu.

alastairdewa: Oke. Btw, santai aja cantik. Nggak usah ngegas. See you, my future wife ❤

Aurora nyaris muntah-muntah melihat balasan Alastair yang alay bin lebay itu. Sungguh, kenapa Alastair jadi menye-menye begitu sih? Mana Alastair yang galak?! Mana Alastair yang senggol bacok hah?!

(Ih nggak mau nggak suka gelayyy😭)

***

Aurora meringis melihat bangunan megah didepannya. Oke, ini mah namanya bukan rumah, tapi mansion. Aurora emang kaya, tapi bukan berarti Aurora tak tercengang kalau melihat hal-hal mewah yang dimiliki orang kaya lainnya. Kalau kata kerennya sih, norak.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Alastair saat melihat Aurora menganga.

Aurora mengerjab perlahan. Ia menggeleng, lalu berkata, "Nggak papa Kak."

"Seriously?"

"Hm. By the way Kak..."

"Kenapa?"

"Jangan memanggilku dengan panggilan menjijikkan itu. Kakak tau sendiri kalau aku sudah mencintai laki-laki lain bukan?"

Deg!

Iya. Aurora benar. Alastair terlalu menikmati rasa cintanya sampai-sampai lupa pada kenyataan pahit itu. Oh ayolah, Alastair bahkan berharap Aurora terpentok meja atau bahkan tiang listrik, supaya perempuan itu melupakan laki-laki yang belum ia ketahui asal usulnya itu.

"Ra..." Alastair menatap Aurora dengan pandangan tak terbaca.

Aurora memalingkan wajahnya. "Jangan terlalu terpaku pada ekspektasi Kak. Sejujurnya, nggak pernah ada ada realita yang seindah ekspektasi."

Setelah mengatakan itu, Aurora melangkah lebih dulu memasuki rumah Alastair.

Di tempatnya, rahang Alastair mengeras, kepalan tangannya semakin mengerat, buku-buku jarinya juga memutih. Raut wajahnya memerah, tanda kalau ia menahan emosi.

SIALAN!! Batinnya.

Alastair heran, kenapa saat ia jatuh cinta, dirinya tidak bisa memilikinya langsung? Kenapa harus ada nama laki-laki lain yang tersemat di hati Aurora, perempuan yang dicintainya?

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Where stories live. Discover now