31. RATU PERSEPHONE (2)

3.9K 345 31
                                    


[ HAPPY READING ]

***

+6289×××××××××
Kamu Komandan Poseidon kan? Selesai acara, temui saya di gedung tempat kamu nyaris 'menyentuh' Aurora.

Dahi Devano mengernyit melihat pesan dari nomor tak dikenal itu. Sejenak ia pikir pesan nyasar, tapi saat sadar kalau orang itu tau apa yang sudah ia lakukan pada Aurora, bukankah orang itu bukan orang sembarangan?

Devano
Siapa? Nggk ush mcm².

+6289×××××××××
Kamu bakal tau nanti, yang jelas, bawa semua inti geng mu itu. Pukul 11 malam okay? Jangan terlambat.

Devano
Hm.

Hanya itu. Lagipula Devano belum yakin bisa pulang secepat itu. Apalagi, ia belum tau siapa sosok Ratu Persephone yang sesungguhnya. Dari yang ia tau, Ratu itu bernama Aura. Tapi masalahnya, hampir seluruh siswi Jakarta sudah ditelusuri datanya oleh Selatan, tapi hasilnya? Nihil.

Hanya ada tiga nama yang didapatkan oleh Selatan.

Aura yang pertama. Perempuan bermake-up tebal yang berprofesi sebagai Model Majalah Dewasa yang tinggal di perumahan elite sekitar Jakarta Barat. Dari hasil pencarian itu, Aura yang ini tidak masuk ke pihak yang dicurigai. Alasannya, Ratu Persephone tak mungkin punya pekerjaan semenjijikkan itu kan? Huh, Devano saja ngeri.

Aura yang kedua. Seorang anak panti yang baru saja berumur 14 tahun. Menurut penelusuran, perempuan itu baru saja kelas sepuluh SMA. Sedangkan aturan mutlak untuk menjadi Ratu Persephone, harus kelas sebelas SMA. Jadi, Aura yang ini juga bukan pihak yang patut dicurigai.

Aura yang ketiga. Seorang nerd yang bersekolah di SMA paling elite se Jakarta (bacanya SMA paling buruk di Jakarta). Sedangkan melihat bagaimana badassnya anak-anak Persephone, tak mungkin bocah udik itu menjadi Ratu kan?

Mengingat hal itu membuat kepala Devano pusing. Sial, sebenarnya siapa sih Ratu baru itu?! Harusnya Devano tak perlu pusing seperti ini, tapi melihat bagaimana susahnya Ratu ini di 'cari' latar belakangnya, membuat Devano cemas. Devano rasa, Ratu baru ini akan membawa banyak ancaman untuknya, bahkan mungkin juga untuk geng-geng yang lain.

"Lo kenapa sih Dev?" tanya Indra sambil memberikan sekaleng minuman soda pada Devano.

Devano menerimanya, lalu meneguknya dengan rakus. Indra geleng-geleng kepala melihat itu. Apa Komandannya tengah kehausan?

Setelah menenggak minumannya, Devano menghembuskan nafasnya kasar. "Hah,"

Alis Indra semakin mengkerut. "Heh? Mabok lo?"

"Gue bingung," jawab Devano lesu.

Seketika, Indra tertawa. Bingung? Sejak kapan Komandannya itu bisa bingung? Hah, membingungkan. "Bingung? Gue pikir lo nggak bisa bingung," cetusnya masih dengan tawa.

Devano melotot pada Indra, refleks ia melempar kaleng bekas minumannya pada Indra.

Tak!

Kening Indra memerah setelah dilempari oleh Devano. Memang ya, Devano itu kurang ajarnya kebangetan! Masa jidat se-handsome ini dilemparin kaleng sih?!

"SAKIT BANGSAT!" teriaknya spontan.

"Coba ulang," pinta Devano dingin. Asal kalian tau, Devano paling tak suka kalau ada orang yang berani teriak didepannya, apalagi disertai dengan umpatan. Indra benar-benar cari mati.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Where stories live. Discover now