42. SIDE EFFECT

2.2K 279 11
                                    

Hai pembaca setia, apakah kalian masih hidup?

***

"Gimana keada---BRENGSEK!!" Revin mengumpat keras saat seseorang yang ia tanyai keadaannya, masih terbaring kaku di ranjang rumah sakit.

Adit masuk, diikuti oleh Antariksa, Megan, Louis, Awan, dan Ezekiel. Adit lantas mematung saat melihat pemandangan didepannya.

Sedangkan Antariksa, memejamkan mata menahan geraman emosi. Sial, calon istri kakaknya itu benar-benar berbahaya. Bisa-bisanya mereka ditipu oleh perempuan itu. "Shit! Seharusnya kita sadar, kalau Bang Arsen nggak mungkin sadar secepet itu, dengan diagnosa koma dari dokter," serunya dengan suara berat.

Louis hanya menyenderkan tubuhnya di pintu masuk. "Emang kitanya aja yang goblok, sampe-sampe ketipu sama ucapannya Kak Aurora," balasnya enteng. Louis memang menyadari kebohongan Aurora sejak awal, tapi ia tak mau repot-repot untuk menjelaskannya pada Adit ataupun yang lainnya, karena ia ingin tau sedahsyat apa ucapan Aurora untuk Adit.

Sesuai tebakan Louis, Aurora punya sesuatu yang membuat Adit dan inti Hades yang lain, menaruh banyak perhatian padanya. Lagian, ini memang tugas Aurora. Mencegah adanya baku hantam antar geng se Jakarta. Dan lagi-lagi, Louis tak mau repot untuk mencegah pekerjaan Aurora.

Alis Megan menaut tak suka seraya menatap Louis. "Maksud lo---" ia dan Ezekiel saling tatap.

"---lo udah tau kalau Kak Aurora bohong?!" pekik keduanya bersamaan.

Louis mengangguk santai.

"Brengsek. Kenapa nggak bilang?!" desis An, geram.

Perdebatan itu hanya dibiarkan oleh Revin dan Adit. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Bagaimana bisa musibah ini datang, bersamaan dengan kepercayaan Alastair dan Betrand?!

"Keluar!" Adit berujar datar.

Keenam lelaki itu saling tatap, kemudian keluar ruangan dengan langkah tak ikhlas.

Setelah semuanya keluar, Adit menghela nafas. Menatap Arsen yang masih menutup mata. Pikirannya tengah bercabang kemana-mana.

"Sorry Al, gue gagal."

Ternyata benar, setangguh apapun seorang wakil, tak akan bisa menandingi kehebatan sang ketua.

Baru beberapa hari ditinggal Alastair saja, Arsen sudah dikeroyok. Bagaimana dengan hari-hari selanjutnya? Adit merasa bersalah pada Alastair karena sudah mengecewakan cowok itu.

Ia merogoh sakunya mengambil ponsel, kemudian mendial sebaris nomor milik Alastair.

"Al."

"Assalamu'alaikum. Ini siapa?"

Adit langsung menegakkan badannya saat mendengar suara asing diseberang sana. "Wa'alaikumussalam. Lo siapa?"

"Ah, kamu temannya Alastair?"

"Hm."

"Maaf. Alastair tidak diijinkan memegang ponsel selama disini. Kalau kamu ada keperluan dengannya, bisa beritahu saya, nanti saya sampaikan pada Alastair."

"Gak."

Tut.

Adit langsung mematikan sambungannya sepihak. Ia kembali menghembuskan nafas. Ponsel Alastair disita, jadi bagaimana caranya Adit memberitahukan hal ini? Kalaupun Adit titip pesan pada orang itu, belum tentu juga Alastair bisa pulang, kan? Adit tak mau membuat Alastair terbebani.

Sepertinya Adit perlu mengambil jalan ini. Meskipun ia pastikan, rencananya akan ditolak mentah-mentah oleh anggotanya, tapi siapa peduli? Yang penting, anak Poseidon terutama Andra, harus merasakan lebih dari yang Arsen rasakan.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon