54. MASIH TENTANG RESTU

2.5K 309 10
                                    

***

Alastair memasuki rumah megah milik Revalio Darmawangsa dengan hati yang gugup. Entah kenapa, adrenalinnya terpacu. Jantungnya berdegup kencang, seiring dengan tangannya yang tiba-tiba gemetar. Sumpah, suasana ini lebih menyeramkan daripada baku hantam bersama anak-anak jalanan, dulu.

Alastair berkali-kali menghembuskan nafasnya. Mencoba mengatur dirinya agar tak terlihat aneh di mata sang calon mertua, nantinya.

"Jangan gugup, Al. Lo pasti bisa," gumamnya pelan.

"Silahkan duduk terlebih dahulu, Den. Biar saya panggilkan Bapak," ucap seorang pembantu yang tadi membukakan pintu untuk Alastair.

Alastair menoleh sembari tersenyum tipis. "Terimakasih, Bi."

"Sama-sama, Den. Saya permisi dulu," pembantu tersebut lantas pamit.

Sepeninggalnya si pembantu, Alastair mendudukkan dirinya di sebuah sofa. Baru satu detik ia tenang, jantungnya kembali berpacu saat melihat kedatangan Reval. Lengkap beserta buntut-buntutnya.

Oh tidak. Alastair kira, ia hanya akan bertemu dengan Reval. Tapi ternyata? Abitzar, Aaron, Baron, Gusti, Arcturus, dan Iqbal mengikuti Reval dari belakang.

Tidak ada tampang bercanda di raut mereka. Semuanya memasang raut datar, dengan tatapan tajam. Seolah menyuruh Alastair untuk mundur.

Tapi, ini Alastair Dewa Smith. Si putra sulung Arya Derlangga Smith dengan Meisa Rihanna, yang tak kenal kata menyerah. Meskipun gemetar, Alastair tetap tak gentar. Ia harus tetap maju, demi Aurora.

Melihat Reval semakin dekat, Alastair langsung berdiri. "Assalamu'alaikum, Om. Selamat malam," ujarnya sopan, kemudian mengambil tangan kanan Reval dan menyaliminya.

Reval membiarkan itu. Ia dan keenam lelaki di belakangnya membalas kompak. "Wa'alaikumussalam."

Setelah menyalimi Reval, ia beralih berjabat tangan dengan keenam saudara Aurora. Sampai pada saat berjabat tangan dengan Arcturus, ia sedikit meringis saat lelaki itu meremas kencang telapak tangannya.

"Gue Arcturus, sepupu kesayangannya Rara."

Kalimat itu Arcturus ucapkan dengan penuh penekanan, sembari melempar senyum mengejek pada Alastair.

Alastair mencoba menahan raut wajahnya agar tetap ramah. "Gue Alastair, calon suaminya Aurora."

Alastair membalas skakmat ucapan Arcturus.

"Sialan," gumam Arcturus pelan. Merasa kalah omongan dengan Alastair.

"Duduk."

Mereka lantas duduk mendengar titah Reval. Suasana ruang tamu memanas, entah karena apa. Alastair hanya mampu beristighfar dalam hati.

"Apa niat kedatanganmu kali ini?" Reval membuka pembicaraan dengan pertanyaan.

Alastair menegakkan tubuhnya, kemudian menatap Reval. "Masih dengan niat yang sama, enam bulan yang lalu. Yaitu, melamar Aurora untuk menjadi istri saya," jawabnya dengan sangat mantap dan tegas.

"Jangan gila, Aurora masih kecil untuk membina rumah tangga," ujar Abitzar dengan rahang mengeras. Sebagai kakak pertama, Abitzar jelas menentang niat Alastair. Aurora tidak boleh menikah! Setidaknya untuk saat ini.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang