15. Bukti cinta

21 4 0
                                    

~Seseorang yang selama ini tak pernah ku sebut dalam doa, tak pernah ku rasakan cintanya tapi yang aku cari tanpa misi ternyata dialah bukti cinta yang aku sebutkan namanya dalam kalam Qobiltu~

♤♤♤

Tuan Darwin duduk termenung di pojok dinding. Sendiri menatap kesunyian. Bayangan wajah Imaz terekam dalam memorinya. Menyesali rencana yang susah payah dibuat harus gagal total. Seandainya berhasil, ia bisa merasakan memimpin pesantren saat ini.

"Bapak, ditunggu tamunya di ruang kunjung." Seorang polisi membukakan sel tahanan. Robet, Ningrum, dan Yati sudah duduk di sana.

Terpaku pada kedatangan Ningrum. Setelah Tuan Darwin di penjara, Robet memutuskan Ningrum tinggal di pesantren bermaksud untuk mengumpulkan informasi tentang Imaz.
Tuan Darwin duduk di depan mereka. Nampak raut muka enggan untuk bertemu.

"Darwin, bagaimana kabarmu?" Tanya Yati dengan lembut. Bibir Tuan Darwin dikatup rapat. Sengaja mengunci mulut karena malas berbicara.

"Tuan, ini bekal untuk sarapan Tuan." Ningrum menyerahkan rantang makanan dengan senyum merekah. Tuan Darwin menatap penuh arti senyuman itu.

"Tuan..." kelembutan ucapan Ningrum menegunkan hatinya, "kita semua tahu bukan kau pelakunya. Tapi kau di penjara bukan atas pembunuhan Kiyai Abdul melainkan kematian rakyatmu."

"Kita semua juga sudah tau asal usul alasanmu berbuat jahat seperti itu. Bukankah orang jahat berasal dari orang baik yang selalu tersakiti? Kau harus berjuang untuk ikhlas. Menerima kenyataan. Meskipun kita tahu itu semua karena ketidakadilan ibumu."

Tiga puluh empat menit yang lalu sebelum berangkat ke kantor polisi, Yati mengungkapkan segalanya di kantor madrasah bersama rekan kerja Robet.

Yati tak pernah terpikir kejadian berakhir seperti itu. Ia memiliki dua anak laki-laki yang berbeda Ayah. Anak pertama hasil pernikahannya dengan pengusaha ternama dan melahirkan bayi mungil bernama Darwis Danuarta. Ayahnya meninggal saat Darwis sudah remaja. Darwis tak patah semangat. Ia selalu rajin belajar sampai istiqomah dapat peringkat pertama. Lulus SD, Yati menikah lagi dengan pria biasa yang hanya berjualan bakso.

Mereka dikarunia bayi laki-laki bernama Darwin Danuarta. Namun, semua yang terlihat sempurna harus terpecah pondasi rumah tangga mereka. Perceraian ditetapkan saat Darwin masih kanak-kanak atas penghianatan suaminya.

Pertengkaran yang paling menguras emosi mengenai tentang harta gono-gini. Suaminya memang tidak berhak mendapatkan asalkan Darwin ada dalam asuhannya. Yati tak terima. Dan sudah jelas hakim menetapkan Yatilah yang mendapatkan hak asuh anak.

"Ayah, Darwin mau ikut Ayah." Darwin merengek di hadapan Ayahnya setelah sidang perceraian ditetapkan.

"Darwin, kau pasti baik-baik saja bersama ibu." Ayah menyentuh kedua bahunya penuh kasih sayang, "jangan nakal ya? Kau sayangkan sama Ayah? Kalau sayang, hafalkan tiga puluh juz untuk Ayah ya?"

"Darwin janji Yah."

Ayahnya pergi. Darwin menangis histeris.

Bukan ini yang Darwin inginkan. Demi sayang Ayahnya, tiap hari menghafalkan alquran tanpa lelah. Sampai remaja sudah mendapatkan lima belas juz. Melihat itu, Yati makin benci hingga hal sepele saja dia yang disalahkan.

"Bu, mau goreng kerupuk untuk siapa?" Darwis kakaknya yang baru lulus SMA bertanya dan ia gemar sekali membantu pekerjaan ibunya.

"Untuk kaulah Darwis." Yati menjawab sambil fokus menggoreng kerupuk di atas penggorengan minyak panas.

"Jadi, aku boleh mengambil?"

"Bolehlah. Untuk anak ibu tersayang."

Betapa bahagia Darwis bisa mendapatkan kasih sayang seorang Ibu. Darwin merasa iri melihat pemandangan di depan matanya. Ia meluapkan emosinya dengan memakan kerupuk milik kakaknya.

Misi Bertemu Cinta [REVISI PROSES TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon