Bab 14 : Ulat Sagu

63 36 123
                                    

💚🌹💚🌹💚🌹💚
__________________
Bab 14: Ulat Sagu.
__________________

Felix Alexa ketakutan saat melihat mahluk itu terbang ke arahnya dengan mata merah dan tangan gemetar.

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Felix dengan bibir gemetar, ia pun pasrah menutup mata.

Tanpa ia duga, mahluk itu membantu Felix untuk berdiri, lalu ia memeluk Felix dan menangis sesenggukan.

"Maaf, aku bukan tidak berperikemahlukkan, tetapi aku tidak mengerti posisi kalian tadi," ucapnya dengan isak tangis.

Felix membuka mata dan terkejut mendengar hal itu, "Memang kamu pikir, posisi kami seperti apa?"

Mahluk itu pun menjawab spontan, "Kalian seperti ingin membuat jenis mahluk baru."

Felix mencerna baik-baik ucapan mahluk bersayap tipis itu, "Tunggu dulu, maksudmu kami ..." Felix menggelengkan kepala dan memukul kepala mahluk itu dengan sebal.

Pipi gadis remaja itu pun merona membayangkan maksud dari ucapan mahluk aneh bersayap tipis.

"Uw, kamu mahluk sejenis apa sih? sihirmu membuat kepalaku benjol," ujar mahluk berkelamin laki-laki itu sembari mengusap kepalanya sendiri.

"Dia manusia," Fano menjawab dari arah belakang.

"Apa? Ma-manusia?" mahluk itu pun bersembunyi di belakang tubuh kokoh Fano.

Felix berdiri dan menatap nanar kepada mahluk itu, "Jangan bilang, kamu takut denganku?"

"A-aku tidak takut," jawabnya yang kini berwajah pucat, bak melihat hantu mengerikan yang berlumuran darah.

"Sudahlah Fel, kamu membuat Afron ketakutan," ujar Fano dengan nada peringatan.

"Jadi, nama mahluk itu Afron?" Felix bertanya dan menatap mahluk itu dengan sinis.

Fano pun menjawab, "Afron adalah sejenis kaum Dryad yang sering berkeliaran di luar wilayahnya untuk berbuat jail dengan mahluk peri lain."

"Oh," Felix nampak acuh tak acuh, sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Ayo, kita lanjutkan perjalanan menuju kaum Dryad," titah Fano, ia pun menjewer telinga kiri Afron dengan tangan kanannya.

"Fano! lepaskan telingaku!" Afron memohon kepada mahluk berkulit putih pucat itu.

Fano terus berjalan beriringan dengan Felix yang berjalan pincang, tanpa mempedulikan Afron yang terus memohon.

Sekitar empat meter berjalan, akhirnya mereka sampai di wilayah kaum Dryad. Kaum Dryad tinggal di dalam Pohon Oak. Mereka adalah jiwa kehidupan bagi setiap Pohon Oak. Maka tak heran jika mereka pergi dari wilayahnya, Pohon Oak akan layu sampai mati.

Sesampainya di wilayah Dryad, Afron berhasil melepaskan diri dan terbang ke arah Pohon Oak miliknya. Sementara Felix mengikuti Fano yang berjalan menuju Pohon Oak tua yang sudah mati.

"Apa kali ini, kita diizinkan untuk masuk?" Felix nampak gelisah, ia takut kejadian di wilayah elf terulang kembali.

Fano pun memegang tangan Felix, lalu menjawab, "Kali ini tidak akan seperti itu, aku tinggal bersama Kaum Dryad."

Beberapa Kaum Dryad yang berpapasan dengan Fano dan Felix hanya tersenyum tipis, hingga mereka sampai di depan Pohon Oak tua.

Pohon Oak tua itu memiliki pintu, dua jendela, satu tempat tidur beralaskan daun besar dengan bantal terbuat dari benang ulat sutra dan lemari kecil dari tanah liat.

"Wah, ini menakjubkan," ucap Felix spontan saat melihat kediaman Fano yang nampak sederhana. Namun, indah dengan hiasan bunga mawar yang menggantung di setiap temboknya.

Felix And The FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang