Bab 19: Dwarfs

52 30 127
                                    

🍃🌹🍃🌹🍃🌹🍃
__________________
Bab 19: Dwarfs
__________________

Felix dan Fano saling memandang lalu mereka lari sekuat tenaga menjauhi troll besar itu. Fano memegang erat tangan Felix. Ia sudah tidak sanggup lagi melawan troll, karena kekuatan sihirnya melemah dan rambut putihnya berubah menjadi hitam pekat.

"Rambutmu berubah," ujar Felix sambil berlari.

"Itu pertanda, jika kekuatanku melemah," Fano menoleh kebelakang dan melihat troll yang kesulitan menerobos pohon-pohon yang rindang.

"Lalu, apa rencana kita sekarang?" Felix semakin panik dan ikut menoleh ke belakang hingga kakinya tersandung batu.

BRUK.

Felix terjatuh hingga lututnya berdarah, "Felix!" teriak Fano dengan terkejut.

"Auw, sakit sekali!" Felix meringis, sedangkan Fano nampak panik. Ia melihat ke belakang dan melihat troll itu masih mengejar dengan badan besarnya.

"Hahaha," Felix dan Fano mendengar suara tawa, mereka melihat sekelilingnya dan mencari sumber suara.

"Hahaha," suara tawa terbahak-bahak terdengar semakin jelas di indra pendengaran Felix dan Fano.

Tiba-tiba lima mahluk bak kurcaci di film Snow White muncul dan berdiri di atas batu besar yang berada di sisi jalan setapak.

Fano yang kesal hingga ubun-ubun langsung menarik pedang tajamnya yang seharusnya tidak ia gunakan untuk menyerang sesama mahluk Ferzenia.

"Wow, beraninya kamu mengeluarkan benda tajam ke arah kami?" ucap mahluk bertopi merah dengan janggut  panjang.

"Apa kamu tidak tahu, larangan di Ferzenia?" mahluk bertopi biru angkat suara dengan mata melotot.

"Kami kaum Dwarfs!" mahluk bertopi kuning mengeluarkan ketapel.

"Kamu sejenis kaum apa?" mahluk bertopi hijau bertanya dengan heran.

"AKU KAUM ELF, AKU BERHAK MEMBUNUH KALIAN!" mendengar jawaban Fano, kelima kaum Dwarfs itu tertawa terbahak-bahak.

"KALIAN MAHLUK JAIL YANG SUDAH MELUKAI GADIS INI!" Fano menunjuk Felix yang berdiri dengan susah payah karena lututnya berdarah dan berdenyut sakit.

"Sudah Fano, jangan bunuh mereka. Troll besar masih mengejar kita," Felix mengingatkan Fano agar melepaskan kaum Dwarfs yang menyebalkan itu.

Melihat Felix yang terluka dan masih bersikap baik pada kaum Dwarfs, mereka pun langsung berunding dihadapan Felix dan Fano.

"Apa kita harus menolong mereka?" tanya Dwarfs bertopi hitam.

"Sebaiknya kita tolong gadis itu saja," ucap Dwarfs bertopi biru.

Dwarfs bertopi merah berbicara, "Bagaimana dengan kaum Elf itu? kita harus menolongnya juga."

"Apa benar dia kaum Elf?" tanya Dwarfs bertopi hijau.

Dwarfs bertopi kuning memberikan pendapatnya, "Ayolah, kita bantu mereka."

"Baiklah."

Fano masih menghunuskan pedangnya ke arah lima kaum Dwarfs yang berdiri di atas batu.

"Ayo cepat, bersembunyi!" Dwarfs bertopi kuning menarik tangan kanan Felix agar bersembunyi di balik batu besar, lalu sisanya menyeret paksa badan Fano untuk ikut bersembunyi.

"Siap-siap yah," Dwarfs bertopi hijau menaburkan sihir ke atas kepala mereka. Seketika tubuh Felix dan Fano tidak terlihat.

"Bagaimana bisa ini terjadi?" Fano bertanya kepada kaum Dwarfs yang sama-sama tak terlihat.

Felix And The FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang