Bab 18: Serangan Trolls.

60 34 86
                                    

🍃🌹🍃🌹🍃🌹🍃🌹🍃
_________________________
Bab 18: Serangan Trolls.
_________________________

Malam hari, Felix dan Fano beristirahat di pinggiran sungai. Felix tengah membuat sate ulat sagu dengan api unggun yang ia buat dengan menggesek dua batu kerikil berkali-kali, sementara Fano tengah bersandar di pohon dengan mata terpejam.

Sesekali Felix menoleh ke arah Fano yang tidak memakai baju, hanya menggunakan celana pendek yang terbuat dari kain sutra. Baju Fano masih basah dan di jemur dekat perapian.

"Apa dia gila, bertelanjang dada di malam gelap seperti ini?" Felix mengomel sendirian dengan kesal. Pasalnya, fokus pikirannya terbagi-bagi antara ulat sagu dengan dada bidang Fano yang tak kalah atletisnya dengan Fino—mantan Felix dahulu.

"Apa sudah matang ulatnya?" tanya Fano yang masih memejamkan mata.

"Cih, memang kamu pikir aku budak? sini, bantu aku menyalakan api unggun yang besar!" Felix menyeret Fano untuk membantunya.

Felix berharap Fano menyerah karena tidak bisa membuat api, tapi ternyata hal tak terduga terjadi. Fano mengeluarkan debu-debu keunguan dan di arahkan ke api unggun. Sekejap mata, api itu menjadi besar bak diberi tumpahan bensin.

Fano berhadapan dengan Felix yang tengah memegang ulat sagu yang di tusukan dengan batang pohon yang berukuran kecil dan panjang.

"Sudah, biar aku saja!" Fano merebut ulat sagu dari tangan Felix. Ia membakarnya ke dalam nyala api.

Felix pun mulai mengamati sosok Fano. Ia melihat pahatan wujud dewa dalam visual Fano. Mata biru dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis dan seksi. Lalu pandangan Felix jatuh kepada dada bidang Fano yang berbentuk bak roti sobek. Itu sangatlah meresahkan kaum hawa seperti Felix.

"Bisa tidak, jangan melihatku seperti itu?" Fano mengejutkan Felix yang tengah berfantasi liar.

"Siapa yang melihatmu? mataku tertuju kepada ulat sagu yang tidak kunjung matang," Felix memberikan alasan yang masuk akal, karena memang mereka tengah berhadapan dan api unggun berada ditengah-tengah mereka.

"Oh yah? Aku kira matamu menatap lapar tubuhku," ujar Fano sambil terkekeh.

Felix memutar bola matanya dengan kesal, "Kamu terlalu percaya diri."

Setelah adu mulut mereka usai, Felix dan Fano menyantap ulat sagu hingga habis. Kemudian, Fano dan Felix tidur di rerumputan dengan memandangi langit yang bertabur bintang.

"Selamat tidur," ucap Felix.

*****

Pagi hari, Felix terbangun saat mencium aroma lezat masakan. Saat ia membuka mata, ternyata Fano tengah memasak ikan bakar yang harumnya menggoda cacing di perut.

"Kamu sudah bangun?" Fano melihat Felix yang sangat seksi dengan rambut panjang berantakan dan mata mengantuk.

"Ya," Felix mengelap air liurnya yang keluar.

Fano menatap Felix jijik, "Cepat cuci mukamu!"

Felix berjalan dengan mengantuk hingga menabrak Fano yang tengah berjongkok di pinggir perapian.

Bug.

Felix terjatuh tepat di atas tubuh Fano yang ikut jatuh karena kehilangan keseimbangan.

"Fe-felix," Fano merasakan jantungnya bergetar tak karuan saat Felix menindih tubuhnya.

"Hm, aku lapar," Felix tidak kunjung berdiri, ia belum mengumpulkan seluruh nyawanya.

Felix And The Fairyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن