Bab 27: Memeluk.

42 26 92
                                    

__________________
Bab 27: Memeluk.
__________________

Jauh dari Ferdian dan Afron, Felix berguling di tanah yang curam. Kepalanya berdarah dan tubuhnya terluka dibeberapa bagian. Tapi, ia tetap bangkit dan berdiri dengan susah payah. Walaupun sedikit oleng, ia tetap berlari mengejar Fano. Hingga melupakan kelinci putih yang ikut tergeletak di tanah.

Felix berlari dengan menutup telinganya rapat-rapat dari gangguan cermin yang mengerikan. Cermin itu bisa mengeluarkan suara orang-orang yang pernah menyakitinya. Bayangan masa lalunya terlihat di dalam cermin.

"MULAI HARI INI, GUE ENGGAK MEMPUNYAI HUBUNGAN APAPUN DENGAN FELIX ALEXA!" Suara Fino terngiang-ngiang di otaknya.

"Gue suka sama Leana," Fino memeluk pinggang gadis itu dengan posesif.

Bayangan itu kembali hadir disetiap langkah kaki Felix. Ia melihat cermin dengan mata berkaca-kaca.

"Hay Felix, kenalin pacar gue!" Leana memeluk Fino dengan manja seolah tidak memiliki dosa, merebut pacar dari sahabatnya sendiri.

Felix marah dan kesal, ia mengambil batu lalu melemparkannya ke arah cermin besar yang menampilkan sosok Leana yang tersenyum bahagia.

Cermin lain mengeluarkan potongan-potongan gambar Ferdian yang tengah membentak ibunya.

"AKU PEDULI DENGANMU! KAMU YANG TIDAK PERNAH MEMPEDULIKANKU!" Bentakan Ferdian terdengar mengerikan ditelinga Felix.

"IBUMU BERSELINGKUH," suara Ferdian lagi-lagi muncul.

"AKU INGIN HIDUP BEBAS DENGAN PRIA LAIN, AKU LELAH DENGAN SIKAPMU, AKU INGIN BERCERAI!"

Air mata Felix jatuh hingga ke pipinya, tapi ia tetap berjalan walaupun dengan gangguan cermin-cermin besar yang berada di sisi kanan dan kiri.

"KENAPA TUHAN MERAMPAS SEMUA YANG GUE CINTAI!" Kini ia mendengar suaranya sendiri. Felix membantu di tempatnya dan melihat ke arah cermin yang berada disisi kiri.

"TUHAN GAK PERNAH ADIL!"
Suara Felix terdengar jelas mengeluh kepada Tuhannya.

"SAKIT BERDARAH, TIDAK SESAKIT HATIKU!" Felix menjerit dan melemparkan semua yang bisa ia raih.

Lalu muncul gambaran lain dari cermin itu.

"SEMUA ORANG JAHAT! MEREKA PEMBOHONG!" Felix melempar selimutnya ke arah pecahan kaca dan ia berbaring di atas selimut sembari menangis.

Secara tiba-tiba, gambaran itu berubah dengan cepat. Memperlihatkan seorang gadis berpakaian hitam dengan rambut panjangnya berjalan di lorong kampus ternama.

"Gue denger sih, ibunya itu pelakor," sahut gadis berkacamata bulat.

"Guys, kalian lupa yah. Dia itu mantannya Fino yang nangis di lapang basket," sosor laki-laki berjaket oren.

"Oh iya bener, nasibnya sial banget yah," ujar laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah penuh jerawat.

"Mungkin, itu karma dari anak seorang pelakor."

Felix berjalan mendekati cermin itu dengan tatapan sedih, hidupnya sudah hancur dan berantakan. Tidak ada lagi kehidupan yang membuatnya bahagia.

Di dalam cermin terlihat sosok Leana yang menarik tangan Felix, "Gue kira lo menangisi takdir!"

Mendengar ucapan Leana, Felix tersadar dan kembali ke dunianya. Ia langsung mendorong cermin itu hingga hancur. Ia sudah tidak peduli dengan masa lalunya, ia melihat ke arah Fano yang berjongkok ketakutan.

Felix berlari ke arah Fano dan berusaha menulikan pendengarannya, ia harus bisa menolong Fano. Apapun yang terjadi dengan Fano di masa lalu, ia tetap menyayanginya.

Felix And The FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang