Bab 37: Jalan-jalan

7 2 0
                                    

Bab 37: Jalan-jalan.

Hari ini, group K-Pop NEO GROUP berangkat liburan ke Gunung Tangkuban Perahu. Mereka harus berjalan kaki dari Hutan Jaya Giri agar sampai di gerbang utama.

Walaupun sebenarnya mereka bisa langsung mengendarai mobil agar sampai lebih cepat. Tapi, demi kondi Channel YouTube NEO GROUP. Mereka harus berpetualang melewati jalan setapak yang sangat jauh.

“Hallo, nama saya Helion. Sekarang kami berada di hutan Jaya Giri. Kami akan berpetualang dan sampai di kawah Gunung Tangkuban Perahu.”

Helion berjalan paling depan, ia nampak antusias di merekam kegiatan mereka. Para staff NEO GROUP dan kru sudah berangkat duluan menuju setiap pos pendakian.

Group NEO GROUP 2020 yang berjumlah dua puluh tiga member itu dibagi menjadi enam team. Setiap anggota team dipilih secara acak sesuai kertas yang mereka dapat.

Team satu:
Teon, Liam, Sean dan Jacob.
Team dua:
Jay, Jidan, Kai, dan Jimbo.
Team tiga:
Miko, Yasa, Xelo dan Safior.
Team empat:
Jino, Jemy, Wonder dan Timi.
Team lima:
Hardea, Dio, Caky dan Yuril,
Team enam:
Toga, Rion, dan Helion.

Dari ke enam team, terpilih enam ketua yang bertanggung jawab atas anggotanya, yaitu Liam, Jidan, Yasa, Jemy, Dio, dan Toga.

Keenam ketua itu harus memanjat pohon albasiah untuk mengambil nomor urut yang tergantung di setiap dahan. Dahan paling atas adalah nomor urut pertama. Liam memanjat pohon duluan dan dia berhasil mengambil nomor urut satu.

Team Liam diperbolehkan jalan pertama. Teon, Sean dan Jacob pun berlari mengikuti ketua team mereka.

Setelah Liam yang mendapat nomor urut satu, Jidan berhasil mendapat nomor urut enam, karena dia tidak pandai memanjat pohon. Yasa berhasil mendapatkan nomor dua, Jemy nomor tiga, Toga nomor urut empat dan Dio nomor urut lima.

Di tengah perjalanan, Fano teringat dengan suasana asri di Ferzenia. Alam yang indah, pepohonan rindang dan burung-burung berkicau. Ia rindu bermain dengan sihir dan menjadi seorang elf.

Mungkin, selama ini Fano membenci hidupnya yang terlahir menjadi elf kutukan. Tapi, sekarang ia merindukan kekuatan sihir. Namun, ia hanya bisa menyesali perbuatannya yang terlambat. Ia terlambat mengakui bahwa ia sangat bersyukur memiliki apa yang dia miliki.

“Aku rindu Ferzenia,” Fano bergumam dengan suara kecil. Namu, Sean yang berjalan di sebelah kirinya dapat mendengar ucapan Fano.

“Ferzenia?” Sean bertanya dengan suara yang agak keras hingga Jacob dan Liam yang berjalan di depan mereka menoleh ke belakang secara bersamaan.

Liam bertanya kepada Sean, “Kenapa Sean?”

“Tadi, Teon berbicara sesuatu, cuman aku tidak mengerti.”

Fano pun tersadar jika sekarang ia adalah Teon, tidak aman baginya mengingat masa lalu saat bersama teman-temannya.

“Lupakan, aku tidak berbicara apa-apa,” Fano menjawab dengan canggung.

Jacob membuka suara, “Hyung, kemarin aku melihat kabut hitam di sekitarmu. Apa kamu merasakan sesuatu?”

Fano terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Lalu ia tertawa terbahak-bahak seolah menonton komedi lucu.

“Hyung?” Liam bertanya kepada Teon dengan bingung.

Fano pun menggelengkan kepalanya, “Mana mungkin aku mengeluarkan kabut hitam?”

Jacob pun tertawa hambar, ia memang melihat dengan jelas asap hitam dari tubuh Teon saat masuk ke Hotel Padma. Bukan hanya dia yang melihat, Jino pun melihat apa yang dilihat Jacob.

Tapi, dia tidak memiliki bukti apapun untuk ditunjukkan kepada teman-temannya yang lain.

Liam, Jacob, Sean dan Teon melanjutkan perjalanan mereka menuju POS 1. Di sana sudah ada tiga orang staff yang memberikan mereka tantangan.

“Tantangan pertama kalian adalah bermain balap karung. Siapa yang menang, mendapatkan tanda tangan para kru, yang kalah harus mendapatkan hukuman.”

Liam, Jacob, Sean dan Teon bersiap menggunakan karung goni. Setelah melihat video tutorial dari YouTube. Mereka akhirnya paham, cara permainan lompat karung.

Setelah siap semua, seorang kru wanita meniup peluit dengan kencang. Lalu, mereka berempat mulai melompat-lompat.

Liam paling cepat melompat hingga pertengahan jalan. Jacob melompat dengan kesusahan. Sean masih kesulitan melompat dan malah menyeret karung yang mulai terlepas. Sementara Fano, melompat-lompat dengan serius dan fokus.

Persaingan semakin ketat, dikala Jacob, Teon dan Sean berhasil mendekat ke arah Liam. Liam yang panik mempercepat lompatannya dengan kuat hingga karungnya bolong. Dia pun menatap kru dengan wajah tersenyum dan bingung. Apakah dia harus melanjutkan permainan dengan karung bolong?

Kru pun meminta Liam mengulang dari awal permainan. Liam berlari ke arah start dan mengambil karung goni yang baru. Sementara Jacob dan Teon terus bersaing dan karung goni yang di pakai Sean merosot ke tanah.

Sean di teriaki oleh para kru untuk mengulang dari awal. Sedangkan Jacob dan Teon tengah bersaing. Jacob dan Teon saling menyenggol lawan agar terjatuh. Tapi, Teon berhasil menyeimbangkan diri dan terus melompat. Jacob yang berniat jahil malah terjatuh dan memilih merayap seperti ulat bulu.

“JACOB! Dari awal lagi!” Kru berteriak kepada Jacob yang sudah kotor dengan debu.

Ia pun berlari ke arah start untuk mengejar Liam dan Sean yang berada di pertengahan jalan. Teon berhasil mencapai pita dan menjuarai lomba balap karung dengan keringat bercucuran.

Karena juara pertama sudah di dapat, Teon berhak mendapatkan tanda tangan pertama. Ia pun harus menunggu teamnya sambil istirahat makan dan minum.

Kru meminta Jacob, Sean dan Liam yang hampir sampai pita untuk kembali ke tempat awal mereka. Liam mengeluh karena ia hampir saja sampai.

Akhirnya Liam, Jacob dan Sean mulai dari awal. Mereka bersaing berkali-kali agar memenangkan kompetisi. Cara curang berulang kali dicoba, Liam mendorong Jacob. Jacob memegang erat pinggang Liam agar tidak terjatuh. Lalu Sean ikut terjatuh karena tersandung karung goni Jacob. Mereka jatuh bertiga dan hal itu membuat mereka kesusahan untuk mencapai pita merah.

Hingga akhirnya, mereka lolos secara bersamaan setelah berulang kali terjatuh dan saling dorong. Juara dua dimenangkan oleh Liam, Jacob, dan Sean. Mereka pun mendapatkan tanda tangan para kru dengan bahagia.

Mereka bertiga sangat kelelahan dan bersandar di pohon dengan kaki yang di luruskan ke depan.

“Air,” Jacob meminta minum kepada asistennya.

Sean dan Liam masih duduk dengan mengatur nafas yang masih terengah-engah.

Di tengah acara istirahat mereka, team tiga yang diketuai oleh Yasa berhasil mengejar dan sampai di perbatasan.

Liam yang panik langsung menarik Teon dan Sean yang berada di sisi kanan dan kirinya. Jacob yang tengah minum air pun lari mengejar Liam dan dua kawannya dengan panik hingga tersedak.

“Hey, tunggu!”

Jacob berlari dengan susah payah mengejar Liam yang menyeret Sean dan Teon. Hingga jarak mereka cukup jauh dari POS 1. Liam berhenti di semak belukar dan duduk dengan nafas memburu.

“Rasanya, aku akan mati,” Liam berbicara dengan susah payah.

“Seandainya aku bisa memakai sihir di dunia manusia.”

Ketiga pemuda yang mendengar ucapan Teon menoleh serentak ke arahnya.


Felix And The FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang