Bab 38: Mall

8 0 0
                                    

Bab 38: Mall

Liam, Jacob dan Sean tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Teon yang aneh dan terkesan imajinasi.

“Ayo, kita lanjutkan perjalanan. Otak hyung, sudah tidak beres.”

Liam mengajak ketiga pemuda itu untuk melanjutkan perjalanan. Jika tadi Sean dan Teon yang di seret oleh Liam untuk berlari. Kini Jacob yang kena  imbasnya. Ia di tarik oleh Liam untuk menemaninya berjalan.

Sementara Teon dan Sean mengikuti dari belakang. Mereka mengikuti alur jalur setapak yang menanjak hingga sampai di POS 2. Para kru meminta mereka berempat untuk tiarap di lumpur dan mengambil voucher tanda tangan kru.

Teon, Liam, Jacob dan Sean kembali di adu tiarap. Mereka susah payah bergelut dengan kubangan lumpur agar sampai di ujung jalan. Setelah berhasil mereka mendapatkan tanda tangan para kru. Mereka sangat bahagia walaupun wajah dan tubuh dipenuhi lumpur.

Perjalanan mereka tinggal satu pos lagi agar sampai di gerbang Gunung Tangkuban perahu. Pos terakhir sangat jauh dari pos kedua. Mereka berjalan dengan kelelahan.

“Aku lelah, kapan kita sampai?” tanya Jacob dengan keringat bercucuran.

Sean mengambil botol minum yang ia bawa dari ransel kecilnya, “Sudah habis.”

Liam pun sudah terkapar di jalan setapak, ia berharap tanda panah yang sudah disiapkan itu menunjukkan ke jalan yang benar. Karena sudah dari tadi ia melewati pohon yang sama, terbukti dari permen karet yang ia buang di dekat pohon.

“Sepertinya kita tersesat,” ucap Liam dengan suara pelan.

 “Apa kita harus menghubungi kru?” Jacob bertanya kepada tiga kawannya.

“Dimana kameranya? Aku ingin menyerah,” Sean celingak-celinguk melihat ke arah pohon yang seharusnya terdapat beberapa kamera untuk merekam perjalanan mereka.

Fano yang berada di raga Teon, berusaha keras untuk membantu dengan kekuatan sihirnya yang dulu.

Tapi, tidak berhasil. Ia selalu gagal berulang kali. Hingga akhirnya ia memilih berbaring dan memejamkan mata di sebelah Liam. Fano bisa merasakan hembusan angin, aroma dedaunan, suara kicauan burung, dan ia mendengar detak jantungnya sendiri.

Lambat laun ia terjun ke dalam kolam hitam. Ia tenggelam dan kehabisan oksigen. Fano meronta-ronta berusaha mencari sesuatu untuk di raih. Namun, seseorang dari dasar kolam hitam itu menyeretnya ke dasar.

“Ini bukan kolam,” ujar Fano saat ia merasakan kedua kakinya ditarik menuju ke dasar yang dalam.

Kedua bola mata Fano mulai terpejam menuntunnya menuju alam bawah sadar. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, saat ia membuka mata. Ia melihat ketiga kawannya tertidur pulas di depan gerbang Gunung Tangkuban Perahu.

Tidak ada kru dan siapa pun ditempat itu, hanya ada mereka berempat yang tertidur pulas. Fano merasa heran, bagaimana bisa ia dan ketiga temannya berada disini?

“Apakah kami masuk ke dalam portal dimensi?” Fano bertanya dengan dirinya sendiri. Lalu ia membangunkan Jacob, Liam dan Sean.

Mereka pun terkejut dengan apa yang terjadi. Namun, mereka tidak ambil pusing dan memilih melanjutkan perjalanan menuju POS terakhir yang berada di kawah Gunung Tangkuban Perahu.

Di rumah panggung besar yang berada di sebelah kawah Gunung Tangkuban perahu, semua kru berkumpul dan menunggu para idol. Mereka sangat senang melihat team terakhir kembali dari hutan Jaya Giri.

Di situlah, Liam, Jacob, Sean dan Teon kebingungan. Mereka adalah team pertama yang berangkat dan ternyata mereka team terakhir yang sampai di tempat tujuan.

Mereka saling bertatapan dengan bingung. Lalu, Liam, Jacob dan Sean melihat aura hitam dari tubuh Teon. Saat laki-laki itu berjalan menuju Miko dan Dio.

“Apa kalian melihat itu?” Jacob bertanya kepada dua orang yang berada di kedua sisinya.

Sean menganggukkan kepala sementara Liam menganga lebar melihat hal aneh dengan leader NEO GROUP itu.

“Kita harus memperhatikan yang lain,” ujar Jacob dengan bersungguh-sungguh.

Di Gunung Tangkuban Perahu, mereka melakukan sesi foto, wawancara tentang perjalanan hingga menyantap makanan khas Sunda.

Teon melahap satu bolu susu khas Lembang yang rasanya luar biasa enak. Teon bercerita jika ia memiliki teman yang sering membicarakan bolu susu Lembang. Hal itu membuat para kru dan member semakin bingung. Pasalnya Teon belum pernah menginjakkan kaki ke Bandung, apa lagi memiliki teman yang menyukai bolu susu Lembang.

“Semakin hari, sikapnya berubah dan aneh,” Miko berbicara dengan Helion.

Setelah puas mendaki hutan Jaya Giri dan melihat pesona kawah Gunung Tangkuban Perahu. NEO GROUP kembali pulang ke hotel Padma untuk beristirahat. Keesokan harinya, Fano bersama member NEO GROUP lainnya jalan-jalan ke mall. Mereka mendatangi Ciwalk.

Fano melihat-lihat ke arah toko skincare. Di sana berderet masker wajah dari berbagai jenis bahan alami yang beragam warna.

“Ini yang namanya masker,” Fano teringat pertemuannya dengan Felix dahulu.

Ia sangat ketakutan melihat masker wajah berwarna hitam yang saat itu, ia pikir adalah topeng wajah.

“Hyung, kamu mau membeli ini?” tanya Miko dengan heran, pasalnya perihal masker seperti ini sudah disediakan oleh pihak agensi di hotel.

Fano menggelengkan kepala, “Tidak.”

Fano dan yang lainnya berkeliling melihat pakaian, jam tangan, sepatu dan lainnya. Tiba-tiba Fano dan member NEO GROUP di hadang oleh Leana—mantan sahabat Felix.

Leana bertanya langsung kepada Fano dengan suara lantang, “How did you know about me and Felix?”

Fano terdiam ia terkejut melihat gadis itu datang secara tiba-tiba dan berbicara dengan keras kepadanya.

“Bagaimana bisa kamu mengetahui percakapan aku dengan Merlia? Siapa sebenarnya kamu?” Leana bertanya dengan Bahasa Indonesia dan menjadi pusat perhatian para pengunjung mall.

“BERANINYA KAMU IKUT CAMPUR MASALAHKU!” Leana membentak Teon dengan keras.

“KATAKAN BAGAIMANA BISA KAMU MENGENAL FELIX!”

“CUKUP! JANGAN MENGGANGGUKU! KAMU MELANGGAR PRIVASI KAMI!” Fano berteriak ke arah Leana dengan Bahasa Indonesia di muka umum.

Leana terdiam, bagaimana bisa Teon bisa berbahasa Indonesia? Sebelumnya ia mencari tahu segala hal tentang Teon dan laki-laki itu tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia.

“MENYINGKIRKAN DARI JALAN KAMI!” Fano menatap tajam ke arah Leana.

Namun, gadis muda itu sudah kesal dan marah kepada Teon, ia pun menarik baju Fano dengan kesal dan berteriak, “BAGAIMANA BISA KAMU MENGERTI BAHASA INDONESIA!”

Fano lupa jika ia berperan sebagai Teon. Detik ini juga ia ingin melenyapkan gadis jahat itu, cuman statusnya yang terikat dengan kontrak membuatnya menahan diri. Tapi, gadis itu tidak menyerah. Ia memukuli Teon. Namun dengan sigap, laki-laki itu mendorong Leana hingga tersungkur ke lantai.

Ia pun pergi meninggalkan Leana dan melanjutkan perjalanannya bersama member NEO GROUP. Tanpa disadari Fano, semua member kebingungan melihat Teon yang bisa berbahasa Indonesia dengan fasih. Karena yang mereka tahu, hanya Dio dan Helion yang lumayan paham bahasa Indonesia. Sedangkan yang lainnya tidak mengerti.

“Hyung, sejak kapan kamu bisa berbahasa Indonesia?” Miko bertanya dengan raut wajah heran.
*****

Felix And The FairyWhere stories live. Discover now