Bab 25: Lubang Cermin

54 30 115
                                    

________________________
Bab 25: Lubang Cermin.
________________________

Fano dan Felix melanjutkan perjalanan mereka mencari daun-daun emas bersama kelinci putih yang menggemaskan.

"Bisa tidak, kamu melempar jauh-jauh? bulunya berterbangan ke hidungku," Fano masih kesal dengan kelinci itu.

Kelinci itu kembali ketakutan dan bersembunyi di gendongan Felix. Sesekali ia mengeluarkan kepalanya dan menjulurkan lidah ke arah Fano. Seolah-olah mengejek elf tampan itu.

Fano bergumam dengan kesal, "Ish, menjijikan."

"Fano! berhenti mengganggu kelinci ini! cepat bantu aku memunguti daun-daun emas!" Felix kesal dengan tingkah Fano yang ke kanak-kanakan.

"Iyaaa," Fano memunguti daun-daun emas yang sudah bisa dilihat oleh matanya.

Daun-daun emas menuntut mereka menuju satu lubang di bawah tanah, "Apa kita berhenti sampai disini?" tanya Felix dengan heran, karena tidak menemukan petunjuk apapun.

"Kita harus mencari petunjuk disekitar sini," Fano berjalan menuju semak-semak, mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai petunjuk.

Felix pun ikut membantu Fano, ia meraba batu-batu besar yang berada di sisi lubang, berharap menemukan tulisan yang tertutup lumut.

"Apa kamu menemukan sesuatu?" tanya Felix kepada Fano yang sedari tadi sibuk mencari petunjuk di semak-semak.

"Tidak ada," kepala Fano muncul dari balik semak-semak dengan rambut yang dipenuhi daun dan semut.

Felix menurunkan kelinci putih dari gendongannya dan berjalan mendekati Fano, "Kamu seperti peri daun, hahaha."

Felix mencabut daun-daun di rambut Fano dengan gemas karena ekspresinya yang imut dan lucu saat cemberut. Sama seperti anak kecil yang kesal tidak dibelikan mainan.

"Fano, wajah kamu banyak semut," Felix membersihkan wajah Fano yang terdapat banyak semut.

Fano merasakan sensasi lembut dari belaian tangan Felix di pipi hingga ke rahang. Fano menggigit bibirnya, menahan setiap gejolak aneh yang tiba-tiba muncul tak terkendali.

Felix berniat membersihkan semut-semut yang berada dileher Fano. Namun, tangannya dicegah oleh mahluk berkulit putih pucat itu.

"Berhenti Felix," Fano berusaha menahan suara seraknya yang terdengar aneh dari biasanya.

Felix tetap bersikeras untuk mengusir semut-semut nakal yang jatuh di pipi Fano, "Ta-tapi, banyak semut."

Fano mengelus tangan Felix yang berada di pipinya, "Aku jantan, bukan betina."

Felix terdiam, "Apakah Fano terangsang?" batinnya bertanya.

"Emm, maaf," Felix berusaha melepaskan tangannya.

Tapi, Fano menahan pergelangan tangan Felix. Ia menarik tubuh Felix dengan kuat hingga terjatuh dan duduk di pangkuan Fano. Entah setan apa yang sedang merasuki elf tampan itu, tiba-tiba ia memeluk pinggang Felix dan mendekatkan wajahnya, sampai bibir mereka beradu dengan lembut.

Mata Felix melebar dengan sempurna. Ia terkejut mendapatkan ciuman dari Fano. Sementara laki-laki itu menahan tengkuknya agar memperdalam ciuman.

Fano tidak mengerti mengapa nafsunya dikendalikan dengan perasaan aneh yang ingin mendominasi. Ia melumat bibir manis Felix dengan lembut. Lambat laun ia menggigit bibir bawah Felix hingga gadis itu mengerang. Lidah Fano menjelajah setiap gigi Felix.

Felix awalnya terkejut dan berusaha untuk melepaskan ciuman Fano, tapi tenaganya tidak sebanding dengan elf itu. Sialnya lagi, tubuh Felix tidak ingin menolak perlakuan Fano. Tangannya melingkar di leher Fano dan badannya semakin rapat dengan dada bidang. Sesekali tangan nakal Felix meremas rambut seputih kapas milik makhluk bertelinga runcing itu.

Felix And The FairyWhere stories live. Discover now