Bab 30: Pohon Harapan

71 23 59
                                    

________________________
Bab 30: Pohon Harapan
________________________

Fano terdiam mendengar ucapan Felix. Ia tahu, gadis itu ragu dengan kebaikan Fano. Tapi, faktanya memang Fano bukan makhluk yang baik. Ia pernah membunuh kaumnya sendiri dan mencelakai ayah dari sahabatnya.

Fano pun mencari Ferdian untuk mengajaknya berpetualang mencari Pohon Harapan di Ferzenia. Karena hanya kaum manusia yang bisa melihat daun-daun emas milik Pohon Harapan. Fano memang berniat memanfaatkan Ferdian. Fano mengingat hari dimana ia merasakan kehadiran kalung Ferdian.

Saat itu Fano duduk di atas Pohon Oak tua. Tiba-tiba ia merasakan kekuatan sihir yang cukup besar dari kalung persahabatannya dengan Ferdian. Ia memegang kalung berbentuk mawar itu dengan tangan kanannya.

"Ferdian mengaktifkan kekuatan sihir."

Fano tersenyum tipis saat menyadari sahabatnya mengeluarkan kekuatan sihir setelah bertahun-tahun lamanya.

"Apa yang terjadi dengannya?"

Fano melompat ke bawah tanah dan bertemu dengan Afron yang bersiap untuk kabur dari wilayah kaum Dryad. Fano yang melihat hal itu tidak tinggal diam. Ia berjalan mengendap-endap ke arah Afron.

"Auuuw."

Afron meringis kesakitan saat telinganya dijewer oleh seorang elf tampan berkulit putih pucat itu.

"Kamu ingin kabur lagi?" Fano bertanya dengan tatapan tajam dan sinis.

Afron menggelengkan kepala lalu menjawab dengan gugup, "Ti-tidak, aku hanya ingin menghirup udara segar."

Fano menyeret Afron agar menjauh dari pagar pembatas antara wilayah kaum Dryad dengan dunia luar.

"Jangan keluar, jika tidak ingin MA-TI."

Mendengar penuturan Fano, Afron terbang menuju Pohon Oaknya. Sementara Fano melanjutkan perjalanannya menuju dunia luar.

Tap. Tap. Tap.

Langkah kaki Fano terdengar di tanah Ferzenia yang indah dan sunyi. Ia pun memikirkan suatu rencana agar bisa bertemu dengan Ferdian.

"Selama ini, aku menunggunya membuka sihir. Tapi, hari ini aku merasakan kekuatan sihirnya. Aku harus memanfaatkannya agar menuntunku ke Pohon Harapan."

Fano tidak ingat kejadian beberapa tahun yang lalu, ia hanya tahu Pohon Harapan bisa dilihat oleh Kaum Manusia.

"Tuhan, aku lelah hidup sendirian. Aku benci kesepian dan berbeda. Aku ingin menjadi elf murni tanpa ada segel kutukan."

Fano berdoa kepada Tuhan agar dunianya berwarna. Ia iri melihat semua jenis berkumpul dengan kaumnya sendiri. Memiliki pasangan yang saling mencintai. Kekuatan sihir yang abadi dan tidak terlihat dengan kutukan.

Hari demi hari Fano merasakan kekuatan sihir Ferdian semakin besar dan mendekat ke arah rumah Julang Ngapak.

"Hampir sepuluh tahun ia tidak kembali, kemana dia yah?" Fano bertanya kepada dirinya sendiri.

Fano benar-benar kesepian, hidupnya terlalu lama dengan kehampaan abadi. Ia ingin mati. Tapi, ia urungkan niat itu karena Funo—ayahnya. Ia ingin terus melihat sang ayah.

Walaupun ia hanya bisa mengamati sang ayah dari jauh. Tanpa bisa mendekat ke arah wilayah kaum Elf. Ia selalu diusir dan dianggap elf kutukan yang memberikan banyak kesialan. Hingga akhirnya ia menetap di wilayah kaum Dryad yang bukan jenisnya.

Felix And The FairyWhere stories live. Discover now