Bab 33: Konser di Indonesia

11 4 0
                                    

Bab 33: Konser di Indonesia

NEO GROUP adalah group KPop yang cukup ternama di dunia. Projek terbesar mereka yang sekarang adalah tour konser ke beberapa negara di benua Asia. Sebelumnya mereka sudah pergi ke Jepang, China, Thailand, Singapura, Vietnam dan terakhir ini adalah Indonesia.

Fano sangat senang bisa konser secara langsung di Indonesia. Karena selama ini ia merindukan Ferzenia. Ia rindu dengan Felix. Fano penasaran, apakah gadis itu masih lupa ingatan atau sudah mengingat dirinya.

“Akhirnya kita sampai di Jakarta!” Jay senang bisa sampai di kota metropolitan.

“Wah!” Helion berdiri dengan takjub saat turun dari pesawat.

Tiba-tiba datang manager mereka dengan tampang serius, lalu berkata “Cepat jalan! Kita harus istirahat di hotel!”

Dua puluh tiga laki-laki bertubuh tinggi dengan pakaian branded keluaran terbaru dan harga yang mahal itu berjalan dengan gagah menuju minibus yang akan mengantarkan mereka ke hotel berbintang lima di Jakarta.

Para fans berdiri membawa kertas karton bertuliskan ucapan selamat datang dengan tertib berbaris. Mereka pun meneriaki nama-nama idol yang lewat.

“TEON!”

Nama itu berjalan pertama, membuka langkah dengan aura yang mencekam. Ia sangat berbeda dengan Teon yang biasanya. Para fans menatap laki-laki itu dengan bulu kuduk merinding, tatapan tajam Teon seakan menusuk ke dalam jiwa mereka.

Julukan bola mata yang seperti Boba Ice itu lenyap, ketika langkah kaki pemuda itu menapaki setiap jalan yang menuju minibus.

“A-apa itu benar-benar Teon?” tanya salah satu fans dengan bingung. Pasalnya ia sudah menjadi fans pemuda itu sejak awal debut. Karakteristiknya yang lembut, lucu, dan manis itu tidak terlihat sedikit pun.

Fans perempuan yang lain menganggukkan kepalanya dengan ragu, ia seperti melihat vampir yang keluar dari sarang dan memancarkan aura mengerikan.

Setelah semua member dan staffnya masuk ke dalam mobil. Mereka semua berangkat menuju hotel berbintang lima. Selama perjalanan mereka melihat ke macetan dari jendela. Setelah empat puluh lima menit dari Bandara Soekarno-Hatta mereka sampai di hotel.

Mereka mengikuti arahan dari staff agensi. Sesampainya di kamar VVIP yang memiliki lima ranjang berukuran besar. Manajer pun membagi dua puluh tiga pria tampan itu ke dalam lima kamar yang bersebelahan.

Kamar pertama dihuni Teon, Jay, Miko, Dio dan Helion. Mereka nampak antusias kecuali Teon. Ia masih mengeluarkan aura kehitaman yang mengerikan.

Miko berlari menuju salah satu ranjang dan melompat-lompat, “Waaaa, Jay ini empuk!”

Miko mengajak Jay untuk melompat-lompat sepertinya. Tanpa rasa gengsi, Jay ikut bermain bersama Miko.

“Ayo, naik Helion!” Jay memanggil member paling muda di NEO GROUP.

Helion menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku dan Dio akan berlatih Bahasa Indonesia!”

Dio pun merangkul Helion dan berjalan menuju ranjang paling dekat untuk bernyanyi Bahasa Indonesia bersama. Sementara Fano yang menyamar menjadi Teon itu hanya bisa mengamati aktivitas teman-temannya.

Ia memilih berjalan menuju jendela kaca yang besar. Ia ingin melihat keindahan kota Jakarta dari lantai empat puluh.

‘Jadi inilah Jakarta yang dulu dikisahkan oleh Felix. Ini tempat tinggalnya. Apa, begini rasanya menjadi manusia tanpa memiliki kekuatan sihir?’

Fano membantin dengan raut wajah muram. Ia rindu bermain sihir di Pohon Oak tua, memakan ulat sagu yang lezat. Tapi, sekarang ia harus memakan apa yang seharusnya dimakan oleh Teon.

“Teon sangat beruntung.”

Miko dan Jay berhenti melompat-lompat saat mendengar ucapan Teon. Dio dan Helion pun menatap heran ke arah Teon.

Fano berbalik badan dan melihat tatapan aneh dari empat teman-temannya. Fano lupa, jika ia tidak sendirian di ruangan ini. Sekarang semua mata itu tertuju padanya, meminta penjelasan dari apa yang ia ucapkan.

Fano memilih keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar teman-temannya yang lain. Setelah kepergian Teon, empat pria itu saling melempar pandangan.

“Dia selalu membuatku bingung.”

*****

Fano mengikuti arahan staff agensi yang memintanya berganti kostum dan merias wajah di ruangan khusus.  Namun, saat ia masuk seorang wanita paruh baya yang berprofesi sebagai desainer ternama Indonesia itu terkejut dan terpesona dengan visual pria yang sempurna bak pahatan dewa olympus.

“Lee Teon?” tanya wanita itu dengan tatapan takjub.

Fano membungkukkan badan seperti biasanya, mengikuti peran sebagai Teon. Ia tersenyum tipis dan duduk di depan meja rias.

“Teon, I’m so happy to meet you.” Ucap wanita itu, lalu menunjukkan desain baju yang ia buat spesial untuk Teon.

“Thank you,” Fano menjawab seadanya saja.

“Aku memiliki seorang putri, dia sangat mengidolakan kamu. Every day, he hears your song.”

Desainer ternama itu bernama Merlia—ibu kandung Felix Alexa. Ia sangat merindukan putrinya, hampir satu setengah tahun ia  tidak bertemu dengan Felix. Ia sedikit meneteskan air mata. Jika saja ia bisa menghubungi Felix, Merlia sudah mengabarinya tentang Teon.

“He really likes listening to your song with the title Blue, aku berharap dia ada di sini melihat ibunya merias idola yang ia kagumi.”

Fano melihat ke arah wanita itu, wajahnya sedikit tak asing dengan seseorang yang pernah ia lihat. Fano pun memutuskan untuk bertanya dengan suara angkuh.

“What is your daughter’s name?”

“Felix Alexa. Dia putri kandungku yang pernah aku sakiti.”

Seketika Fano terdiam, ia tidak lagi memperlihatkan ekspresi iba atau sedih. Ia marah kepada wanita yang berada di hadapannya. Tapi, ia tidak bisa menunjukkan kemarahannya lewat raga Teon.

“What’s your name?”

“Namaku Merlia, aku seorang desainer ternama di Jakarta dan aku sudah menikah dengan seorang duda beranak satu.”

Fano semakin naik pitam, nafasnya memburu dan tubuh Teon mengeluarkan aura hitam pekat. Ia hendak berdiri dari kursinya dan menatap geram ke arah Merlia.

‘Jadi dia wanita yang menghancurkan kebahagiaan Felix? Gadis itu benar makhluk Ferzenia bisa terlihat berbahaya atau tidak dari wujudnya. Tapi, di dunia manusia semua terlihat sama walaupun saling melukai,’ Fano membatin dengan kesal lalu tangannya mulai terulur untuk mencekik leher Merlia.

Tiba-tiba seorang wanita muda masuk ke dalam ruangan. Ia menarik Fano dengan kencang. Wanita itu mengajak Fano untuk berfoto.

“Leana! Kamu jangan bertindak seperti itu kepada Teon! Dia penyanyi ternama dan kamu masuk begitu saja? Itu melanggar privasi!” Merlia memarahi putri tirinya.

Leana menatap Merlia dengan pandangan merendahkan, “Bukannya dulu, kamu juga bertindak seperti ini saat mengejar ayahku?”

“Jangan sok suci dan berceramah kepadaku! Bercermin terlebih dulu sebelum bicara dan ingat apa yang kamu lakukan kepada Felix dan ayahnya? Ckck, memalukan,” Leana menantang Merlia.

Merlia melihat Leana dengan wajah merah padam, “Kamu sendiri lebih parah, mengambil pacar anak saya dan membuatnya hancur.”

Merlia dan Leana berbicara menggunakan bahasa Indonesia agar Teon tidak mengetahuinya. Tapi, Fano memahami apa yang mereka bicarakan dan ia benar-benar marah. Tambah lagi seorang pria bertubuh atletis muncul dari balik pintu.

“Ayo Teon, kita berfoto dulu.”

Fano membanting ponsel pintar gadis cantik itu ke lantai. Ia sudah tidak tahan mendengar adu mulut dua wanita yang berhati iblis dan tega melukai Felix.


Felix And The FairyWhere stories live. Discover now