Bab 29: Perjuangan

36 23 11
                                    

____________________
Bab 29: Perjuangan
____________________

Ferdian berlari mengikuti sihir Fano yang sangat kuat. Ia tidak mempedulikan Afron sama sekali. Di dalam pikirannya hanya Felix. Ia ingin segera menemui putri kandungnya dan membawa pulang ke rumah. Menutup semua kejadian di hari ini dan hidup bahagia di dunia manusia.

Ferdian berhenti berlari saat melihat sihir Fano mengarah ke lubang cermin yang berada dibawah. Tanpa pikir panjang lagi, Ferdian melompat ke dalam lubang cermin yang sudah setengah hancur.

Cermin-cermin itu mengeluarkan suara dan pantulan gambar masa lalu Ferdian. Ia nampak tidak terpengaruh sedikit pun, tapi lambat laun memori otaknya kembali aktif dan terjun ke kolam masa lalu.

Ferdian kecil bertanya kepada Fano tentang hal  apa yang membuat elf itu bahagia.

"Aku bahagia jika memiliki teman elf yang sama sepertiku," ucap Fano sembari memandang langit biru keunguan yang cerah dan indah.

"Sungguh? Aku berharap bisa menjadi elf seperti kamu. Memiliki sihir menakjubkan dan hidup lebih lama dari manusia," Ferdian tertawa membayangkan jika dirinya menjadi bagian kaum Elf di Ferzenia.

Fano menggelengkan kepalanya, lalu berucap pelan, "Duniaku ini sangat berbahaya. Troll mengintai setiap saat. Hidup kamu tidak akan tenang disini."

Ferdian kecil tidak mempedulikan hal semacam itu, baginya Ferzenia ini indah dan menakjubkan. Ferdian ingin menjadi Elf, tapi Fano tidak bisa merubahnya dengan kekuatan sihir.

Semakin hari, keinginan dan ambisi Ferdian tidaklah luntur. Ia bertekad ingin menjadi seorang Elf. Tanpa sepengetahuan Fano, Ferdian menjelajah dunia peri seorang diri. Mengikuti nalurinya dan daun-daun emas di jalannan yang ia lalui untuk mencari sihir yang mampu membuatnya menjadi bagian dari Elf.

Ferdian ingin Fano bahagia dan tidak kesepian lagi. Tapi, caranya yang nekat membuatnya salah langkah. Ia memang berhasil menemukan Pohon Harapan yang awalnya hanya misteri di dunia Ferzenia.

Semakin jauh Ferdian melangkah, Fano terus mengikuti dan mencari Ferdian dengan kalung persahabatan mereka. Ia tidak akan membiarkan sahabatnya terluka di dunia Ferzenia yang penuh dengan makhluk peri yang licik dan jahat.

Namun, Ferdian berhasil melewati semua tantangan dengan dibantu kelinci putih penjaga Pohon Harapan. Ferdian pun meminta kepada Pohon Harapan untuk menjadikannya seorang elf terkutuk.

Pohon harapan tidak mengabulkan semua keinginan Ferdian. Badannya masih sama dan tidak ada perubahan sedikit pun. Tapi, ia tubuhnya mulai kejang-kejang tidak menerima kekuatan sihir yang terlalu besar bagi kaum manusia.

Saat itu Fano berhasil menemukan Ferdian yang terkapar lemas, Fano pun membawa Ferdian berlari keluar dari hutan emas. Semakin jauh Fano berlari meninggalkan Pohon Harapan, semua ingatannya tentang perjalanan menuju Pohon Harapan itu lenyap begitupun Ferdian.

Fano berhasil membawa Ferdian kecil yang lemah menuju rumah Julang Ngapak. Di perjalanan pulang itu, Fano dikejar oleh beberapa kaum troll ganas yang ingin melahap Ferdian.

Fano ketakutan dan berusaha menyerang dengan kekuatan sihir keunguannya. Tapi sihirnya masih tersegel dan ia tidak mampu melawan setiap troll yang siap menggigit tubuh kecil Ferdian.

"Bertahanlah, kita segera sampai!"

Fano memanjat tembok pembatas besar yang terhubung dengan dunia manusia. Kakinya hampir terseret oleh kaum troll yang menariknya dengan kuat.

Fano menendang kaum troll itu hingga terjatuh, ia pun naik lagi hingga berhasil masuk ke kolong ranjang milik Ferdian.

Disaat yang bersamaan ayah Ferdian masuk ke dalam kamar dengan terkejut. Ia melihat anak kandungnya kejang-kejang bersama seorang makhluk aneh berkulit putih pucat.

Felix And The FairyWhere stories live. Discover now