Bab 16 : Daun Emas

60 33 88
                                    

🍃🌹🍃🌹🍃🌹🍃🌹
____________________
Bab 16: Daun Emas.
____________________

Afrin—ratu kaum Dryad mengizinkan Felix dan Fano untuk pergi mencari Pohon Harapan di Ferzenia. Walaupun ia sangat cemas dengan gadis berambut panjang itu.

"Kaum manusia memang terlahir tidak memiliki sihir, tapi mereka punya akal dan pikiran. Jadi, walaupun kamu bukan dari kalangan peri setidaknya kamu harus punya perbekalan yang cukup untuk menjelajah dunia kami," Afrin adalah ratu yang memiliki rasa keibuan dalam menyayangi seluruh kaum.

Sedari dulu, Afrin tidak pernah membedakan kasih sayang kaum Dryad dengan kaum pendatang seperti Fano—dari kamu elf. Baginya wilayah Dryad adalah surga kasih sayang. Maka tak heran, jika wilayahnya selalu aman dari masalah antar kaum peri.

"Baik, Ratu Afrin," Felix menundukkan kepalanya memberi hormat dengan sopan dan santun.

"Jika kamu perlu bantuan, katakan saja," Afrin memang tidak mengenal Felix secara dekat, tetapi dari pancaran matanya ia dapat melihat sosok yang dulu menjadi cinta pertamanya.

Fano pun langsung angkat suara, "Kami perlu bantuan untuk mencari Pohon Harapan, apakah ratu benar-benar tidak tahu sedikit petunjuknya?"

"Aku tidak pernah keluar dari wilayah Dryad, tetapi aku punya sedikit informasi," wanita berambut hijau dengan sayap tipis terbang ke rak gulungan daun di atas Pohon Oak.

Ia mengambil satu gulungan yang sudah berdebu dan sedikit kotor, lalu terbang kembali ke meja bulat  yang terbuat dari tanah liat. Ia menunjukkan sesuatu kepada Fano dan Felix.

"Ini adalah petunjuk yang ditinggalkan seorang kaum manusia," Afrin memberikan jeda sesaat lalu melanjutkan ucapannya, "Kalian harus memperhatikan baik-baik,"

Felix dan Fano menganggukan kepala secara bersamaan. Afrin pun membuka gulungan itu di atas meja. Lalu menatap Felix dengan raut wajah serius.

"Kami tidak bisa membaca tulisan ini, hanya kaum manusia yang mengerti," ujar Afrin sembari menunjukkan gulungan daun kepada Felix.

Felix pun melihat isi dari gulungan itu, ia mulai membaca setiap tulisan yang ada di dalam gulungan. Bahasa yang digunakan dalam tulisan itu ialah Bahasa Indonesia.

"Pohon Harapan Ferzenia, memang nyata. Aku melihat dengan mata dan kepala. Pohon itu dijaga oleh kaum Pixy. Mereka berucap, pohon itu hanya bisa mengabulkan satu harapan yang tulus," Felix membaca dengan serius, ia tidak ingin melewatkan satu kata pun.

"Tidak semua mahluk bisa menemukan Pohon Harapan, hanya kaum manusia yang berhasil melihat jejak daun emas dan melewati setiap tantangan," lanjut Felix.

"Tantangan terberat adalah melawan mahluk terbesar di Ferzenia, mereka tidak ingin kaum manusia berhasil menemukan Pohon Harapan, mereka akan membunuh siapapun manusia yang datang di Ferzenia," Felix berhenti sesaat karena terkejut membaca kalimat terakhir.

"Jejak daun emas pertama berada di tempat gelap dan panjang. Jika berhasil menemukannya, kumpulkan daun emas itu untuk bertukar dengan satu harapan," Felix selesai membaca isi gulungan itu, lalu menatap Afrin dan Fano secara bergantian.

Fano mulai berbicara, "Jadi kaum peri tidak bisa melihat daun emas itu sama sekali?" tanya Fano.

"Tentu saja bisa, jika sudah masuk ke dalam kantung," ucap Afrin memberikan jawaban kepada Fano. Jika daun emas tidak bisa dilihat sama sekali, bagaimana Kaum Pixy melihatnya? mereka juga kalangan peri penjaga pohon.

Felix masih mencerna setiap kalimat yang ia baca sebelumnya, "Apa aku akan mati dibunuh oleh mahluk besar di Ferzenia?" tanya Felix.

"Tentu saja tidak akan, jika kamu menyamar seperti kaum peri," Afrin memberikan saran kepada Felix.

Felix And The FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang