Bab 21 : Ciuman.

54 27 66
                                    

________________
Bab 21: Ciuman.
________________

Fano terkejut luar biasa saat bibir lembut Felix menempel dan menyatu dengan bibirnya. Fano tidak menolak dan tidak pula membalas, ia tengah merasakan pengalaman pertamanya berciuman dengan gadis yang keracunan apel eksperimen kaum Dwarfs.

Rasanya ada asam, manis dan sedikit pahit. Itulah yang dirasakan Fano saat lidah Felix bergelut dengan lidahnya, mengabsen setiap gigi dan membuatnya ikut terbuai, hingga memperdalam ciuman. Fano menarik tengkuk leher Felix agar semakin dekat dan nikmat.

Fano tidak mempedulikan lima penonton yang duduk bersimpuh dengan mulut menganga lebar memperhatikan Felix dan Fano.

"Aku tidak melihat," ucap Dwarfs bertopi biru, dan berusaha menutup mata dengan kedua telapak tangan. Tetapi, ia mengintip lewat cela jari tengah dan jari manis.

Dwarfs bertopi hijau memukul kepala Dwarfs bertopi biru itu, "Matamu terbuka dan menontonnya."

Mendengar keributan itu, Fano tersadar dan melepaskan ciumannya.

"SUDAH PERGI SANA, AMBILKAN AIR MINUM UNTUK KAMI," Fano memerintah dengan pipi merona hingga ke telinga.

Jangan lupakan, jantungnya yang maraton tak terkendali sedari tadi. Sementara Felix melilitkan kedua tangannya di leher Fano dan bersandar di dada bidang yang atletis itu.

"Apa semua kaum manusia bisa menggoda seperti ini?" Fano mengelus rambut hitam panjang Felix. Tetapi, gadis itu malah tertidur pulas.

Felix pun tertidur beralaskan rerumputan hijau bersama Fano dan lima kaum Dwarfs yang ikut berjejer seperti ikan pindang. Karena rumah mereka beraroma muntahan Felix. Maka mereka semua tidur dengan berselimut kain tipis.

"Aku menyukaimu," ujar Fano sembari memeluk tubuh Felix dengan erat.

Pagi harinya, Felix bangun dari tidur. Ia duduk sambil mengucek mata dan meregangkan otot-otot tangan yang terasa pegal.

Saat ia menoleh ke kanan. Ia terkejut melihat lima kaum Dwarfs yang tengah tertidur pulas berjejer seperti ikan pindang. Sementara di sebelah kiri, Fano tengah mendengkur dengan posisi miring menghadap ke Felix.

"Apa yang terjadi? kenapa aku bisa tidur di rerumputan hijau seperti ini?" Felix melihat sekelilingnya dengan heran.

Lalu ia menggoyangkan bahu Fano agar terbangun dari tidur, "Fano, bangun!"

Tidak ada respon dari Fano, seolah ia mati dalam posisi tidur. Tidak hilang akal, Felix menjewer telinga runcing Fano.

"FANO BANGUN!" Felix berteriak dengan kencang.

Bukan hanya Fano yang terbangun mendengar suara mengerikan itu, lima kaum Dwarfs pun terduduk dari tidurnya dengan jantung yang hampir copot.

"Fel?" Fano menguap, hampir semalaman ia menjaga Felix dan pagi-pagi buta gadis itu membangunkannya dengan cara gila seperti ini.

Felix mencubit pipi Fano dengan gemas, "Ayo bangun, aku ingin bertanya kepadamu!"

Fano pun seratus persen tersadar dari mimpi indahnya, "Hm, tanya apa?" Fano hendak berbaring lagi di rerumputan hijau.

"Kenapa kita tidur di rerumputan? bukannya kemarin kita tengah menyantap makanan dari kaum Dwarfs?" tanya Felix yang masih terheran-heran.

"Kemarin, kamu muntah dan mengeluarkan semua makan yang ada dalam perutmu ke rumah kaum Dwarfs," Fano menunjukkan rumah kaum Dwarfs yang masih tercium bau muntahan Felix.

"Wah, sungguh?" Felix mengingat-ingat kejadian yang ia alami kemarin.

Felix pun teringat saat ia mengambil buat apel merah, ia menggigitnya dan mengunyah sedikit. Tapi, reaksinya membuat ia mual dan kepalanya pusing seperti orang mabuk atau keracunan.

Felix And The Fairyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن