36

1.8K 244 10
                                    

Pertarungan berikutnya atau pertarungan terakhir adalah bagian Akimichi Choji dan Kinuta Dosu yang tentu di menangkan oleh Kinuta.

Naruto hanya menguap bosan melihat pertarungan dan hal membosankan lain adalah Hiruzen memberikan ceramah.

"Hoaam~ membosankan!" Kata Naruto sambil nguap ringan.

Hiruzen, Ibiki, dan Hayate merasa ada perempatan di kepala mereka, hanya Naruto yang berani bicara blak-blakan saat seorang Hokage sedang berbicara di acara penting seperti ujian chuunin.

"Bocah ka–" Ibiki ingin marah namun Hiruzen memberinya tanda untuk berhenti membuatnya menghentikan tindakannya.

Naruto juga mengulurkan lidah untuk mengejek membuat orang lain merasa Naruto itu benar-benar bodoh, bahkan Hiruzen sendiri benar-benar ingin menghukum Naruto.

"Yah, aku ingin membubarkan kalian tapi sebelum itu ada hal penting yang harus kalian lakukan untuk 'Babak Utama'!" Kata Hiruzen dengan seringai di wajahnya.

"Apa lagi pak tua? Padahal aku mau menjenguk Hinata-chan!" Kata Naruto dengan cemberut.

Anko serta Ibiki benar-benar tidak tau harus berkata apa tapi mereka saat ini cukup kesal dengan sikap Naruto, mungkin mereka ingin menghajar Naruto setelah acara ini.

"Mungkin kalian ingin menghajarku setelah acara ini~" kata Naruto dengan santai seakan itu suara hati dari kedua jonin tersebut.

"Kuh!" Keduanya merasa seperti tertangkap basah saat sedang berselingkuh dengan pasangan orang .

"Pfft, ahaha itu lucu tapi ..." Kata Naruto sambil tertawa mengejek namun tiba-tiba suasana berubah dingin setelah mendengar lanjutan perkataan Naruto, "Apakah kalian mampu!?"

Naruto terlihat meremehkan keduanya namun dia tau sendiri bila bersaing di bidang keduanya maka dia kalah begitu pula keduanya, karena itu meski dia terlihat dan terdengar meremehkan orang lain namun aslinya dia lah orang yang hati-hati dalam menghadapi orang lain.

"Apa katamu, bocah!" Kata Anko dengan kesal.

"Anko hentikan, dia hanya mempermainkanmu!" Kata Hiruzen dengan tenang.

"Uwaa, pak tua, kamu tau banyak soalku ya, tehee~" kata Naruto dengan pose lucu.

"Haa, aku akan langsung saja, ada kertas didalam kotak yang di pegang Anko, aku ingin kalian ambil satu orang satu!" Kata Hiruzen langsung, dia mengabaikan iklan abal-abal yang tadi lewat.

"Hee, aku harus memasukkan tanganku ke 'itu' Anko-san? Ahh, maaf bukannya aku ingin menolak tapi aku sudah punya Hinata-chan ... Yaa, kalau di paksa sih aku tidak masalah sih, pasrah aja~" kata Naruto dengan senyum mesum di wajahnya.

"Apa yang kamu pikirkan bocah sialan!" Kata Anko sambil menendang Naruto jauh kebelakang.

"Ada yang salah dengan otak tuh anak..." Pikir semua orang dalam hati.

"Haa, merepotkan saja!" Pikir Shikamaru dan Hiruzen.

"Yosh, nomor satu, ahaha tau aja aku akan jadi juara makanya dapat nomor 1!" Kata Naruto yang tau-tau mengambil kertas di dalam kotak.

"A-apa!? Bagaimana bisa kamu ..." Kata para genin lain kecuali Shino, Gaara, dan Kinuta.

Para jonin dan Hiruzen pun hanya diam saja, mereka sudah mengetahui keberadaan Naruto jadi hanya diam saja, bagaimana pun kecepatan Naruto sangat sulit di lihat bagi genin biasa bahkan bila kecepatan itu adalah kecepatan murni Naruto tanpa jutsu.

Kemudian semua orang sudah dapat nomornya seperti yang di anime dimana Naruto akan bertarung dengan Neji seperti yang di harapkan oleh keduanya.

"Baik, kalian boleh mempersiapkan rencana atau istirahat, dengan ini aku akan membubarkan kalian, apakah ada pertanyaan terakhir?" Kata Hiruzen dengan tenang.

"Ada!" Naruto dan Shikamaru mengangkat tangan.

"Apa aku boleh pergi sekarang?" Tanya Naruto tanpa menunggu Hiruzen memilih siapa yanv duluan bertanya.

"Haa, bahkan bila aku melarangnya sekalipun kamu tetap akan pergi bukan, lagian kamu hanya lah bunshin saja!" Kaga Hiruzen sambil menghela nafas.
"!!!" Semua orang disana terkejut, banyak genin benar-benar tidak menyadarinya bahkan bagi Gaara dan Kinuta, namun Hiruzen dkk yang dekat dengan Naruto dapat menyadarinya dengan jelas.

"Fuahaha, memang pantas seorang jenius ninja menjadi hokage, jadi aku pergi dulu, bye-bye~" kata Naruto langsung cabut dari sana.

Meski hanya bunshin namun tetap aja membosankan mendengarkan ocehan yang sudah di ketahui apalagi dia juga tidak sabar ingin bersama Hinata.

"Hinata-chan bilang ahh!" Kata Naruto sambil menyodorkan sebuah apel yang sudah terpotomg dan di kupas dengan rapi.

"Na-Naruto-kun ... A-apa tidak masalah kamu menemaniku seperti ini?" Tanya Hinata yang duduk di ranjang perawatan.

"Tenang saja, aku sudah mengirim bunshinku, lagian bukankah sudah lama kita tidak berduaan seperti ini Hinata-chan~" kata Naruto dengan tenang dan santai.

"Ta-tapi mereka itu para jonin dan hokage, aku takut Naruto-kum dapat masalah karena aku!" Kata Hinata dengan khawatir serta cemas.

"Bodoh, bahkan bila dunia sedang berperang atau hancur sekalipun bila aku ingin bertemu denganmu maka itu dapat dilakukan jadi jangan khawatirkan hal lainnya!" Kata Naruto sambil menyentil dahi Hinata.

"Au ... Umm ..." Hinata mengangguk mengerti meski dahinya memerah karena sentilan Naruto yang cukup kuat.

"Kamu istirahat dulu, dalam dua sampai tiga hari ini usahakan jangan terlalu banyak gerak atau latihan, jangan stress dan berpikir berlebihan, ini untuk kesehatanmu!" Kaga Naruto menasehati.

"Ya, ya lagian badanku ini sudah sehat kok ... da-dan lagi apa yang kamu katakan seperti aku sedang ha-hamil saja, bodoh!" Kata Hinata sungguh-sungguh di kalimat pertama namun dikalimat akhir dia sedikit pelan dan menundukkan kepalanya dengan malu.

"Pfft, tenang saja, meski aku mesum dan ingin melakukan itu tapi hal yang paling aku inginkan saat ini hanya ingin berduaan, manja-manjaan, suap-suapan, mesra-mesraan, dan yang paling penting membuatmu bahagia!" Kata Naruto dengan santai namun dia serius, tidak tapi itu harusnya super duper serius.

Wajah Hinata memerah dengan cepat mendengar perkataan Naruto, Naruto juga memunculkan dua rona merah di kedua pipinya.

"Terima kasih!" Kata Hinata dengan tulus.

"Buat apa?" Tanya Naruto bingung.

"Semua, semua hal yang kamu berikan dan tunjukkan kepadaku, sungguh terima kasih!" Kata Hinata dengan tulus.

"Ahh, ti-tidak perlu seperti ..." Kata Naruto merasa tidak enak.

"Sebenarnya aku lah yang harusnya berterim kasih kepadamu ... hidupku dulu, kamu harusnya tau meski begitu kamu masih mau berbicara denganku, menjadi temanku, dan menjadi cahaya hidupku ... A-aku benar-benar mencintaimu Hinata-chan!" Kata Naruto dengan serius.

Keduanya saling bertatapan mesra satu sama lain, berkomunikasi tentang cinta di mata keduanya, wajah mereka berdua juga semakin dekat dan dekat.

Namun disaat seperti itu tiba-tiba Kakashi muncul menarik Naruto menjauh dari Hinata.

"Teme, kamu membuat masalah lagi kan selagi aku pergi!?" Kata Kakashi penuh kebencian.

"Kuso Ero-sensei, apa maksudmu membuat masalah lagi? Bukankah kau yang membuat masalah disini, huh!?" Kata Naruto sama kerasnya.

"Begitu kah caramu bicara sama gurumu, huh!?" Kata Kakashi dan wajahnya saat ini dekat dengan wajah Naruto.

"Mana ada guru yang selalu datang menghancurkan hal romantis muridnya, huh!?" Kata Naruto yang tidak ingin kalah.

Keduanya bertengkar lisan di rumah sakit membuat Hinata tertawa kecil karena adegan ini sudah lama dia tidak melihatnya, setelah itu Naruto meminta Hinata untuk istirahat sementara dia di seret Kakashi ke suatu tempat, mungkin setelah mereka keluae rumah sakit akan ada pembantaian.

Terlahir Sebagai Naruto Uzumaki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang