ONE

39.5K 4.6K 4.3K
                                    

     Tatapan mata yang kosong lurus ke depan, bibir bawah yang di gigit-gigit, tangan menyilang depan dada sambil menyandar ke kursi dan entah ke berapa kalinya lelaki itu mendengus kasar di meja makan sekarang.

     "Halo, iya-iya, Gempa. Bara sudah sampai di sini."

     Fairuz datang dari luar dan menghampiri Bara di meja makan. "Pasti. Bara aman kalo sama Om di sini."

     "Oke, kalo itu nanti di kabari." panggilan pun berakhir. Fairuz datang dan mengambil kursi di seberang lelaki itu. Oke, dia Bara. Yang akan menjadi putranya ke depan ini.

     "Bara, saya Fairuz. Seterusnya, panggil saya Ayah seperti yang di lakukan putri saya juga sebelumnya."

     "Bromo dan saya sudah sepakat, dengan memberi hak kamu terhadap saya selama kamu tinggal di sini. Itu artinya, saya yang akan bertanggung jawab atas sekolah kamu, uang jajan, tempat tinggal, makan, kebutuhan hidup kamu, perlakukan saya seperti Ayah kamu sendiri maka saya akan memperlakukan kamu seperti putra saya sendiri."

     "Oke, saya tidak menolerir jika kamu masih baru dan bukan merupakan putra kandung saya, tapi selama kamu tinggal di sini, berarti kamu sudah siap menaati aturan rumah yang berlaku."

     "Urusan sekolah, saya yang akan mengatur. Kebetulan putri saya juga sebaya dengan kamu, dan kalian bisa satu sekolah di SMA Dharma nantinya. Perlu bantuan apa-apa, kamu bisa minta tolong sama dia. Dia yang akan bertanggung jawab atas sikap kamu selama kalian di sekolah."

     "Kamar kamu yang di dekat tangga sana, ini kuncinya." Fairuz meletakkan beberapa kunci di depan lelaki itu. "Saatnya ubah pola pikiran dan mulailah dewasa. Saya kepala rumah tangga, dan anggota-anggota saya wajib izin sebelum melakukan sesuatu. Termasuk kamu. Saya wajib tau apapun yang kamu lakukan setiap harinya."

     Fairuz berdiri, kemudian berjalan mendekati cowok itu. Kenapa putra Bromo yang satu ini seperti meremehkannya dari tadi? Apakah dia tidak setuju semua omongannya? Dan ia paling suka jika ada yang melawannya seperti ini.

     "Kamu denger saya Bara?" tanyanya dingin. Duduk di meja makan depan cowok itu.

     "Nggak."

     Fairuz menarik senyuman. Jawaban yang cepat dan lugas seperti ingin mengundang kemarahan Fairuz hari ini.

     Fairuz maklumi. Dia sudah tau sikap asli anak ini. Kalau dia orang baik, lantas kenapa Bromo harus menitipkan Bara padanya bukan?

     "Saya paham. Ya, saya maklumi. Pengonsumsi obat haram memang selalu ada kesalahan pada saraf otaknya sehingga tidak dapat mencerna omongan orangtua dengan baik."

     "Jadi?" Bara mengangkat alisnya.

     "Silakan cerna sendiri."

     Cowok itu kemudian mengumpulkan ludah dalam mulutnya dan.. Tuih.

     Dia menjatuhkan ludah itu di depan kaki Fairuz sendiri.

     "Perlakukan anda seperti Ayah saya, sekarang udah saya lakuin." Bara berdiri dari kursinya dan berlalu di depan Fairuz sendiri. Dia berjalan keluar dari rumah kemudian tak lama setelahnya dapat Fairuz dengar suara knalpot lantang dari motor besar lelaki itu sudah pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.

     "Assalamualaikum. Ayah?" Rena dan Vio datang bertepatan dengan kepergian Bara tadi. Segera Rena hampiri suaminya dan mereka berdua menyalami Fairuz saat datang. "Itu Bara? Dia kemana?"

     Fairuz mengangkat bahu, "nggak tau. Anak kurang ajar."

     "Iihhh Ayah!" Rena memukul nya. "Pasti kamu marah-marah kan tadi sama dia? Makanya dia langsung pergi? Ayah, ini hari pertama dia di rumah kita, dia harus betah dan dapet perlakuan baik di sini supaya dia nggak bakalan pergi lagi. Itu dia kemana coba? Dia kan belom tau daerah sini? Kalo dia nyasar atau di gebukin preman-preman pasar? Hadehh. Pokoknya kalo sampe dia kenapa-napa kamu harus tanggung jawab ya. Kalo sampe dia nggak pulang nanti malem kamu harus keluar nyari dia sampe ketemu!"

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang