THIRTY FOUR

10.1K 1.4K 5.5K
                                    

Vote & Ramein paragrafnya ya

—————

     Cup.

      Vony mengeratkan tangannya di leher Bara dan kembali mendekatkan bibirnya ke bibir Bara, tatapannyapun sudah di kelabuhi oleh nafsu.

      Bara membelalakkan mata dengan tangan yang refleks mendorong kasar tubuh cewek itu. Alisnya bertaut sangar, "Najis, jalang."

      Bukannya tersinggung dengan penolakan cowok itu Vony tetap tersenyum oleh bius obat yang di konsumsinya, persis seperti orang yang kesadarannya sudah di awang-awang.

     Bara mengusap bibirnya bekas dari cewek itu. Lalu meludah muak. "Lo puasin cowok-cowok di sana, don't bothering me!" [jangan ganggu saya]

      Vony menarik ujung jaketnya agar lebih rapat membuat Bara refleks mendorong tubuh itu hingga membentur dinding cukup keras.

     Tanpa sesal dan rasa bersalah Bara langsung pergi meninggalkannya tidak peduli.

"BARAAA!!" Vony memekik sekaligus tertawa memanggilnya.

—————

Vio berdiri di balkon rumahnya sendirian hingga pukul 12 malam ini. Dia menunggu kepulangan Bara yang katanya sudah bergegas pulang dari 45 menit yang lalu.

Perasaannya menyejuk saat melihat lampu motor Bara tiba ke rumah ini namun hanya sampai depan gerbang, sesuai perintah Vio sendiri.

Bara mengangkat kaca helm melihat gadis yang ada di balkoni itu. Vio cepat-cepat turun untuk mendatanginya.

Seperti sangat tergesa, ada apa dengan gadis itu?

Dengan hati-hati dan amat waspada Vio keluar rumah namun dengan mata yang tidak tenang memperhatikan keadaan, takut Ayah Bundanya belum tidur dan mengetahui aksi mereka berdua malam ini. Akan makin panjang urusannya jika tahu Vio dan Bara diam-diam akan keluar jam segini.

Vio tiba di hadapannya dengan nafas yang dia kontrol agar tidak terlihat cemas lagi.

"Hei. What's going on, Vio? Ada masalah kecil?" Tanya nya. Bara yang sempat emosi ulah di usik Vony tadi jadi lega lagi melihat Vio di hadapannya. Energinya terisi full dalam beberapa saat.

"Nggak bisa omonginnya di rumah. Bawa aku pergi,"

"Naik." Bara langsung menyalakan motornya.

Vio lantas naik ke atas motor cowok itu, dia memegangi jaket yang Bara kenakkan lalu keduanya pergi meninggalkan tempat itu.

"Kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Vio dengan suara yang keras melawan angin.

"Lo mau kemana?"

"Aku nggak tau, yang penting nggak ada orang."

      "Danau?"

      Vio mengangguk setuju. "Boleh, Bar. Situ aja,"

      Bara menambah kecepatan motornya agar lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Middle night yang terang karena bulan sedang penuh. Sampai ke danaupun airnya bercahaya akibat pantulan dari rembulan di atasnya. Mereka tiba di tempat sesepi ini jauh dari kompleks perumahan kanan kirinya.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: May 09 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

BARADove le storie prendono vita. Scoprilo ora