THREE

27.4K 3.5K 3.9K
                                    

     "FAIRUZ! FAIRUZ!" brak! Brak! Brak!

     Vio yang sedang memasang dasinya di kaget kan dengan suara wanita tua di luar rumahnya itu sedang menggebrak pintu tidak sabaran. "Fairuz!!" ulangnya lagi. Gebrakan itu pun makin menjadi.

     Penasaran dengan keributan tersebut, Vio akhirnya keluar kamar, menuruni tangga dan lagi-lagi ia terkejut ketika seorang lelaki asing juga keluar dari kamarnya sendiri, tepat berlalu di depan Vio sendiri. Astaga, itu Bara! Kenapa Vio bisa lupa bahwa ada lelaki baru di rumahnya ini?

     "Yah? Siapa?" tanya Rena pada suaminya. Begitu dia melihat Bara datang, kembali dia sibuk mengurusi sarapan pagi untuk putra barunya itu. "Bar, makan ayo."

     "Aku cek dulu ke depan." kata Fairuz.

     Rena menarik kursi untuk tempat Bara sarapan pagi ini, begitu Bara duduk, dia juga langsung mengambilkan nya nasi beserta lauk sekalian. "Mau makan apa, Bar?" tanya nya.

     "Bun, di depan ada siapa?" tanya Vio. Dia ikut duduk di kursi sebelah Bara.

     "Nggak tau, Ayah kamu udah keluar kok itu." beralih lagi Rena mengambilkan piring untuk putrinya ini. "Kalo Vio mau makan apa pagi ini?" wah, Rena bahagia sekali sarapan pagi dengan sepasang putra-putrinya. Ini adalah impian Rena dari dulu!

     "Aku makan di sekolah aja nanti Bun. Sekarang makan buah aja. Adam udah di jalan, mau jemput."

     "Ya ampun, ngerepotin Adam lagi. Sekarang udah ada Bara, ngapain Adam jauh-jauh jemput kamu Vio? Besok-besok bilang nggak usah jemput lagi ke dia."

     "Rena!!" Fairuz tiba-tiba memanggilnya. "Ren, kesini dulu!"

     "Loh?" Rena ikut bingung. "Kenapa, Yah?" tanya nya sembari menghampiri suaminya ke depan. Ada apa ini? Kenapa membawa-bawa namanya?

     Belum sempat Rena sampai, Fairuz lebih dulu datang menghampiri meja makan. "Bara! Ikut saya!" murkanya.

     "Ehh, ehh, bentar. Ayah, Ayah. Ini kenapa?" Rena cemas, dia langsung menghalangi suaminya yang terlihat akan marah pada Bara.

     "Saya nggak mau tau, Fairuz! Saya minta uang 100 juta buat biaya berobat anak saya!" seorang Nenek-nenek tua ikut menyusul. Dia juga sudah membawa pisau ke dalam rumah mereka.

     "Eh, Bu Maryam. Kenapa, Bu? Kok marah-marah ke sini?" tanya Rena.

     "Bara, jawab saya sekarang! Apa yang udah kamu lakuin sama anak Bu Maryam semalem hah?" tangan Fairuz terkepal kuat di atas meja makan. Rahangnya mengeras melihat ketenangan putra Bromo ini.

     "Siapa nama anaknya?" Tanya Bara.

     "JEPRI!!" bentak Maryam lantang. "Kamu nusuk anak saya kan semalem?!"

     "Tusuk???!! Hah? Jangan sembarangan ya Bu kalo ngomong!" balas Rena tak terima Bara di fitnah demikian.

     "Apanya yang kamu tusuk Bara?" erang Fairuz.

     "Kaki." Bara lalu menyuap nasinya.

     Vio melotot melihat ke lelaki itu. Sesaat setelahnya Bara mengeluarkan ponselnya dan tampak sibuk membalas chat teman-temannya. Kaki dia bilang? Apa dia sedang bercanda?

     "Mana 100 juta? Atau nggak saya bawa dia ke pengadilan?!" tuntut Bu Maryam.

     "Biaya berobat kaki doang nggak bakal nyampe 100 juta kali!" Cemooh Rena.

     "Kaki doang katamu? Ya udah sini saya bales ke kaki kamu, Rena!" Bu Maryam mengarahkan ujung pisau nya ke kaki Rena.

     "Kamu gila, Bar?" bisik Vio ke telinga cowok itu. Ketahuilah, tentu Vio tidak akan di gubris. Cowok itu menyandang tas nya seperti ada keperluan mendadak dari HP nya tadi. Dia pun berdiri.

BARAWhere stories live. Discover now