FOURTEEN

15.6K 2K 4.6K
                                    

Vio membuka mata dan yang dia rasakan pertama kali adalah pusing. Penglihatan yang tadinya hitam sekarang mulai normal lagi dan dia baru menyadari bahwa sekarang dia berada di ruangan baru yang belum pernah Vio tempati sebelumnya.

Dan yang membuat Vio langsung terbangun duduk adalah saat dia melihat pria yang memunggunginya di ujung kasur saat ini. Saat cowok itu menoleh ke arahnya juga, dia adalah Bara. Barulah Vio bisa bernapas lega lagi.

Vio menatap sekitar, ke seluruh penjuru ruangan dan dia baru sadar keduanya sedang berada di kamar hotel.

Bara menghisap rokok terakhirnya, lalu membuangnya kelantai dan berdiri menginjaknya. "Nggak mungkin gue bawa orang pingsan pulang kerumahnya yang jaraknya 100 kilometer dari sini." Bara berjalan ke pinggir dekat Vio.

"Dimakan. Seenggaknya ada energi."

Vio menoleh ke arah yang di lihat Bara. Rupanya sudah ada makanan dan obat vitamin untuknya.

"Kamu udah makan?" Vio bertanya.

"Udah."

"Bohong."

Bara menunjuk kotak makanan kotor bekas makanannya. Ternyata benar, dia sudah selesai makan.

Vio menengok ke jam tangannya, ternyata sudah menunjukkan pukul 18.35 "Eh, lama aku pingsan."

"Gue pikir udah mati." Sambar Bara.

Vio melotot, "mulutnya!"

"Beban."

Vio tidak memedulikannya lagi. Dia mencari keberadaan HP nya dan rupanya mati. "Ada cas-an?" Bara menggeleng. Ya memang, mana mungkin seorang Bara membawa cas-an kemana-mana.

"Bunda lo udah nelfon berkali-kali ke gue. Gue bilang kita lagi ke rumah gue."

"Dan kenapa kita emang nggak ke rumah kamu aja? Kenapa harus hotel?"

Bara tidak menanggapi. Apalagi rumahnya, makin tidak mungkin dia membawa Vio kesana.

"Kamu lagi nggak ada niat aneh-aneh kan?" Tanya Vio lagi.

Bara langsung menatapnya membuat Vio membuang muka pura-pura sibuk menyalakan HP nya.

Kian beberapa detik menghening, Vio merasa tatapan Bara belum beralih dari dirinya membuat Vio kembali mendongak, Bara memang masih menatapnya.

"Di apain aja tadi sama Roy?" Bara akhirnya bersuara.

Vio mendengus jika harus mengingat kejadian tadi lagi. "Nggak ada kok. Makasih udah datang nolongin."

"Apa aja yang udah di sentuh dia?"

"Nggak ada. Dia cuman maksa aku buat nurutin nafsunya, tapi nggak sampe di apa-apain kok."

Bara menyentuh pergelangannya. Dia membalikkan tangan Vio mencari bekas kekerasan jika ada.

"Nggak ada Bar, emang di tarik-tarik cuman nggak sakit kok!"

Tangan Bara lalu naik ke rambutnya, menyibakkan rambut itu ke belakang untuk mengecek lehernya. Masih tidak menemukan tanda-tanda.

"Kamu nggak percaya sama aku?" Tanya Vio heran. Apa Vio selama ini pernah berbohong padanya memang?

"Nggak mungkin Roy nggak dapat apa-apa." Bara masih bersikeras.

"Aku bisa selamatin diri aku, Bar. Tadi dia emang mau apa-apain aku tapi sebisa mungkin aku menghindar."

"Bahkan bibir lo?"

Vio mengangguk. "Aku giniin bibir aku pas dia mau cium." Vio mengulum bibir atas bawahnya ke dalam. Memperagakannya pada Bara.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang