TWENTY NINE

19K 2K 8K
                                    

Vote & Ramein

-----

     Tok.. Tok..

     Akibat tak pernah mendapat respons sedikitpun dari dalam membuat emosi cowok itu makin di ujung tanduk. Dengan tangan yang mengepal keras dia kembali mengulang gebrakannya.

     Brak! Brak! BRAK!!

     Tak lama menunggu pintu akhirnya terbuka dengan lebar.

     "Apalagi sih, Mar! Lo udah dapet dua----kan?!"

      Seketika suasana menghening saat kedua subjek itu saling pandang. Yang satunya tampak ngelag, yang satunya sudah seperti mengibarkan bendera perang.

     "Eh..?" Seperti sempat bertemu tadi.. Di angkringan. Padahal sebelumnya ia mengira si pelaku adalah Ammar, yang sudah di puasi Dian dan Mulya di kamar sebelah mereka.

     "Reksi, kenapa?" Kemudian muncul lah biang masalah dari ini semua yang membuat cowok bengis itu makin mengepalkan tangan dengan emosi.

     "Adam." Vony bungkam. Cewek dengan tanktop putih itu sedang memeluk pinggang cowok yang telanjang dada bersamanya.

     Nafas Adam makin menggebu, terlagi saat melihat Vony tak merasa panik sama sekali dengan kehadirannya di sini.

     "Cowok kamu?" Tanya Reksi padanya. Walau dia dan Adam belum kenal tapi dia adalah teman Bara dan Gusta. Reksi tak mau jika merebut cewek yang sudah punya pacar.

     "Ini mantan aku, dia bahkan udah tunangan."

     Adam berhasil menga-nga dan kepalan tangannya perlahan mengendur. Dia tidak salah dengar?

     Hatinya makin teriris saat Vony hanya meliriknya sekilas kemudian menarik Reksi lagi untuk masuk kamar. Dia menutup pintu kamar mereka rapat-rapat.

     "Jadi kenapa dia kayak keberatan ngeliat kita di sini? Dia masih gamon sama kamu?" Tanya Reksi di balik pintu.

     Ternyata pertanyaan Reksi barusan cukup sensitif di hati Vony membuat gadis itu langsung murung. Reksi menyinggungnya?

     "Heii.." ia langsung menangkup wajah Vony dengan perasaan bersalah. "Ya udah, nggak usah inget dia lagi."

     "Dia ninggalin aku demi tunangan sama orang lain.." Mata Vony terlihat berkaca-kaca, Reksi makin tak sanggup melihat cewek secantik ini di khianati cowok lain.

     "Ssstt.. It's okay. Berarti dia nggak baik buat kamu."

      Vony mengangguk, dia menatap Reksi dalam-dalam lalu menjinjitkan kakinya. Dengan tangan yang mengalung ke leher cowok itu, Vony langsung meraup bibirnya dengan gusar.

     Dan dengan senang hati Reksi membalas itu. Suara lumatan antar liur mereka menggema di ruangan kedap ini.

     Adam pulang dengan tawa tak menyangkanya sepanjang lobby hotel. Yang namanya jalang akan terus menjadi jalang. Memang seharusnya tak usah berharap banyak pada jalang yang satu itu.

BARAWhere stories live. Discover now