FIVE

21K 3.2K 2.8K
                                    

⚠️ VOTE & COMMENT GENGS ⚠️

HAPPY READING

!! RAMAIKAN SELAMA MEMBACA!!

-----

     "Iya cantik? Ngapain nelfon? Kangen?"

     "Adammm, ada nomer Bara nggak? Pentingggg."

     Adam bergeming di buatnya. Shit. Dia pikir tadi Vio menelfonnya karena apa, karena kangen atau apalah, ternyata untuk meminta nomer Bara. Btw, apa dia enggak kangen Adam ya? "Buat apa, Yong? Nggak ada di gue."

     Vio otomatis memelankan volume bicaranya. "Keluarga dia lagi di rumah aku, Dam. Darurat pokoknya. Dan satupun dari keluarga Bara nggak ada yang punya nomer HP Bara sendiri."

     "Gue bisa mintain Gusta? Mau?"

     "Mau, mau dong!"

     "Oke, bentar ya Sayang."

     Panggilan pun di tutup. Vio terus menunggu kekasihnya itu untuk mencarikan nomor telepon Bara. Bara kemana lagi? Ini sudah jam 9 malam, tapi dia belum kunjung pulang ke rumah semenjak cabut dari sekolah pagi tadi.

     Ponselnya berdering sekali. Sebuah pesan masuk dari Adam, nomer Bara. "Nah, ini dia."

     Dia pun berkutik sebentar untuk menyimpan kontak cowok itu, dan tanpa basa-basi lagi dia segera menghubunginya. Bantu doa, semoga panggilannya di angkat!

     Adam:

     Nggak bilang makasih cantiknya ilang.

     Vio tersenyum, dia pun mengetikkan kata balasan sembari menunggu panggilan terhubung.

     "Hm?"

     Vio tersentak terkejut. Hm? Itu suara Bara? Panggilan sudah terhubung?

     "Ada yang bisa saya bantu?"

     "Bara! Ini Vio!"

     "Ohshit!"

     "Ehhhh Bar jangan di tutup dulu, pliss. Penting. Kamu dimana, Bar? Keluarga kamu di sini. Cepetan pulang ya. Kamu nggak lagi sibuk kan? Kalo nggak sibuk pulang sekarang bisa nggak Bar?"

     Hening. Viona langsung menengok ke layar, pasti sudah di matikan.

     Oh, ternyata belum. "B-Bar? Bisa kan ya?"

     Tetap tanpa sahutan. Ini seperti panggilan di mute oleh Bara. Ada apa ya?

     "Bara? Halo?"

     Akhirnya selesai. Sambungan terputus. Oke, tahan Vio. Ini sudah biasa.

-----

     "Rin, silakan di minum dulu ini teh nya. Pak, silakan minum." ujar Rena sopan pada kedua pasangan suami istri itu.

     Rinjani hanya tersenyum, sedangkan berbanding terbalik dengan hal itu, ekspresi suaminya tidak bersahabat sama sekali. Antara gelisah dan menahan emosi saat putranya tak kunjung pulang dan bahkan tidak pasti kapan pulangnya nanti.

     Mana nomernya tidak ada yang tahu lagi. Ya jelas juga, bertahun-tahun belakangan ini mereka tidak pernah berkomunikasi lewat telepon genggam sama sekali. Antara Bara tidak pernah mau memberi nomornya, dan keluarganya juga tidak membutuhkan itu. Apalagi Magma, dulu pernah sesewaktu Magma menghubungi nya karena urusan  penting, tapi setelah urusan itu selesai, Magma membiarkan nomor itu tanpa menyimpannya sama sekali. Ogah juga.

BARAWhere stories live. Discover now