THIRTY TWO

16.1K 1.7K 1.1K
                                    

     Sorot mata yang tak terartikan dari Bara membuat nyali Vio seketika melemah habis. Wajah Bara yang makin mendekat padanya membuat Vio langsung mendorongnya dan mundur lagi lari. "Aaa Bar!" refleks Vio setengah berteriak saat Bara tampak mengejarnya sampai ke tangga.

     Dan Bara masih terus mengikut di belakangnya.

     "Vio, kenapa?"

     Suatu hal yang mengagetkan terjadi saat Rena langsung keluar kamar dari kamarnya juga dan melihat Vio yang sudah di kepung Bara di pembatas tangga. Keduanya sama-sama hening tak menduga hal ini akan terjadi, apa ini detik-detik Bundanya akan mengetahui hubungan yang terjadi antara mereka selama ini? Vio harap  tidak.

     "Bar," kaget Rena. Dia segera menghampiri kedua anaknya itu. "Bar, kamu kenapa? Jangan apain Vio!"

      Langsung Vio menjauh dari Bara dan panik takut akan terjadi kesalahpahaman dari Bundanya. "B-bun, Bara tadi lagi minum aja. Makanya dia gini. Biasanya Bara nggak akan berani gini Bun." panik Vio segera mengklarifikasi semua hal yang terlihat oleh mata Bundanya.

     Rena masih tercengang menatap Bara. "Bar, jangan libatin Vio dalam mabuk kamu, Bunda mohon. Kalo gini ini bahaya untuk kalian. Bunda nggak akan biarin kalian terlalu dekat lagi."

     "Bun, kenapa?" kali ini Fairuz ikut keluar kamar juga dengan wajah lelahnya bangun tidur.

     "Yah, aku nggak di apa-apain Bara, Bara lagi nggak sadar aja. Mungkin lagi halusinasi aku ini mantannya. Makanya dia dia kayak mau apa-apain aku." Vio masih memutar otaknya untuk mencari segala alasan agar Ayah Bundanya tidak hilang respect pada Bara. Karena Vio sendiripun tahu Bara tidak akan begini tanpa sebab.

     "Udahlah," Bara tampak muak dengan kebisingan Vio disela-sela kepala beratnya. Ditambah dengan dia yang memang sudah muak juga padanya dari tadi.

     "Saya suka anak kalian."

     Tidak hanya Fairuz Rena yang cengang mendengarnya, Vio lebih tak habis fikir. Apa-apaan Bara ini?

     "Nggak, Yah. Bara ngawur sumpah! Ayah sama Bunda nggak usah heran sama orang yang lagi mabok." jelas Vio dengan lugas.

     Bara mendelik sayu padanya, masih diam beberapa detik melihat paniknya gadis itu.

     "Bisa kamu jelaskan maksudnya, Bara? Apa yang kamu bilang tadi?" tanya Fairuz masih belum bisa mencerna perkataan Bara tadi dengan baik. Ini masalah yang cukup serius jika sampai ucapan cowok itu adalah fakta.

     "Bara harus istirahat, Yah! Dia udah hampir kayak orang gila sekarang."

      "Ada yang kalian sembunyikan selama ini Vio?" tanya Fairuz melemparkan pertanyaan baru pada puterinya. Bahkan walau Bara mabuk sekalipun tetap saja pasti ada sebabnya dia mengungkapkan hal seperti tadi.

     Sleepy eyes Bara masih memperhatikan wajah yang kian memucat itu. Kasihan sekali Vio. Tapi apa Vio pernah memikirkan perasaan Bara saat menemui mantannya tadi?

      Cowok itu menyunggingkan senyuman puasnya, dia berhasil menghukum Vio agar tidak main-main lagi padanya. "Boleh saya menjaga Vio lebih baik dari mantannya dulu? Tapi tolong jangan pernah satuin Vio sama Adam lagi,"

     "Saya mau milikin Vio, Bun, Yah."

     Vio tak bisa berbuat apa-apa lagi selain meringis ingin menghilang sebagai pecundang. Siap tak siap, mau bagaimana lagi kan? Bara sudah bertindak.

      "Jadi bener ada yang kalian sembunyikan selama ini dari kami, Bara?" tanya Fairuz lagi dengan responsnya yang masih sulit untuk dibaca. Entah dia sedang marah, kecewa, jauh dari kata bahagia.

BARAWhere stories live. Discover now