FOUR

24.3K 3.7K 4K
                                    



⚠️ VOTE & COMMENT GENGS ⚠️
HAPPY READING

-----

     Derap langkah keduanya berjalan menuju ruangan kepala sekolah. Lengang. Tentu, karena bel pelajaran pertama sudah di bunyikan semenjak 5 menit yang lalu.

     Hampa dan canggung tentunya Vio rasakan sekarang. Bara, lelaki itu berjalan di belakangnya tanpa suara. Jejaknya saja bahkan tidak terdeteksi membuat Vio seringkali menengok ke belakang, memastikan cowok itu masih mengikutinya atau tidak, dan ternyata masih. Ya iya sih, kenapa pula Bara harus lari dari nya kan? Toh, tanpa menuju ruang kepala sekolah ia tidak akan bisa mulai belajar di SMA Dharma. Tapi, yang Vio rasakan sekarang justru seperti di ikuti setan di belakangnya. Setan yang bisa saja diam-diam mengeluarkan senjatanya dan menusuk Vio dari belakang. Menyeramkan. Vio jadi merinding sendiri.

     Memang ya, cowok psikopat dari langkahnya saja tidak bisa di dengar. Benar-benar mahir mengelabui lawan. Vio jadi teringat Nenek-nenek yang datang kerumahnya tadi menuntut Bara. Bagaimana ya Jika sampai Vio menyinggung cowok ini nanti? Kan mereka akan serumah dalam waktu yang tidak di tentukan.

     Sampai. Keduanya berhenti. Oh sial! Kelompok Vio akan presentasi Biologi hari ini, dan dia sebagai ketua kelompoknya. Percuma dong Vio menghapal poin-poinnya dari semalam jika sekarang kelompoknya tampil tanpa dirinya?

     "Bar, aku mau ke kelas. Kelompok aku presentasi Biologi hari ini. Kamu masuk aja dulu ya."

     Lelaki itu hanya diam.

     Vio kembali canggung. Diam artinya di bolehkan atau tidak ya? Ia belum paham bahasa psikopat. Nanti takutnya begitu Vio melangkah meninggalkannya, tau-tau dia sudah di tusuk dari belakang. Sial. Otak Vio sudah di penuhi hal-hal tidak melogika seperti itu. Ia paling takut di tusuk lelaki ini meskipun hanya di bagian-bagian yang tidak akan merenggut nyawanya nanti.

     "Boleh, Bar?" tanya nya ulang.

     Bara menggeleng.

     Tuh, untung Vio tidak langsung pergi tadi. Bisa-bisa hanya karena masalah sepele ini, Bara jadi ada dendam padanya.

     "Tunggu di sini." ucap Bara.

     "Kelas 12 ada empat, Bar. 3 MIPA, 1 IPS. Kamu kan dari awal pindah emang udah MIPA. Pasti nanti kamu antara kelas MIPA A sama MIPA B sama C. Lokasinya di lantai atas ya, dempetan kok ketiganya." Vio menunjuk ke lantai atas, yang tidak di ikuti oleh mata Bara sama sekali. Ya sudahlah.

     "Nanti kalo kamu dapet kelas A, B, C cari ke sana. Soalnya aku mau buru-buru, Bar. Kelompok aku bakalan mulai presentasi Bio hari ini."

     "Lo MIPA berapa?"

     "12 MIPA A, Bar."

     Baru saja Vio hendak melanjutkan bertanya 'mengapa', namun cowok itu sudah berjalan masuk ke dalam ruangan itu.

     "B-bara!" Langkah Bara terhenti. Vio ingin mengerang mengumpati cowok itu. Ini mendesak. Vio harus segera pergi. "Bara, aku ke kelas dulu ya!"

     Bimbang. Kaki nya terasa lemas untuk melangkah pergi atau tetap di sini? Nanti jika dia pergi hanya akan mencari amarah lelaki itu. Kan belum di izinkan? Tapi jika dia tidak segera pergi..

     "Bara!" panggilnya sekali lagi. Bahkan jika Bara menyinis dengan kata 'masuk kelas aja sih, emang gue peduli?' saja Vio sangat mengharapkan itu. Tak apa jleb, asal dia bisa ke kelasnya.

     "Kalo gue nggak nemuin siapapun di depan pintu ini pas keluar nanti, lo juga nggak bakal nemuin gue di kelas manapun nantinya."

     "O-ohh, tapi ini bukannya agak egois gitu nggak sih Bar?"

BARAWhere stories live. Discover now