Chapter 19

2.6K 163 0
                                    


Sang Yan kesulitan untuk bernapas karena lehernya dicengkeram oleh Sang Zhi. Dia tersedak dan batuk.

"Ah?" Chen Ming Xu tidak menanggapi dan melihat wajah Sang Yan, dia terlihat rumit. "Sang Zhi, kau mengatakan bahwa dia adalah Papamu?"

Sang Zhi sangat takut, dia membayangkan semua orang akan memarahinya. Dia ketakutan dan tidak berani mengatakan apa-apa, dia hanya mengangguk.

Duan Jia Xu menatap Sang Zhi, dia tiba-tiba menundukkan kepalanya dan tertawa.

Mata gadis kecil itu bulat dan besar. Ada banyak air mata di matanya. Dia memiliki debu di wajahnya, dia terlihat sedih dan menyedihkan.

Penampilannya membuat Chen Ming Xu tidak bisa berkata apa-apa.

Ketika dua pria yang disebut 'papa' dan 'Sang Zhi Ge Ge' oleh Sang Zhi ini berdiri bersama, jelas bagi orang-orang bahwa dua pria itu seumuran, mereka bahkan mengenakan seragam yang sama.

Tapi mendengar kata-kata Sang Zhi, memang pria ini, yang disebut Sang Zi 'Papa', terlihat mirip dengannya.

Chen Ming Xu sedang mempertimbangkan ini diam-diam.

Meskipun dia tidak tahu mengapa Sang Zhi berbohong, dia hanya membelai kepalanya yang botak : "Pergi dan obati lukanya dulu."

Ada dua tenda untuk bantuan medis yang dibangun untuk acara olahraga ini untuk merawat para siswa yang terluka.

Sang Yan telah menenangkan dirinya dan berkata tanpa ekspresi. "Baik."

Kemudian dia membawa Sang Zhi di punggungnya ke tenda.

Chen Ming Xu tetap di belakang dan menghentikan Duan Jia Xu untuk berbicara sebentar. Karena Sang Zhi memiliki kerabatnya di sini, dia sangat lega. Dia bisa pergi untuk mengamati siswa lain.

_____

Kakak dan adik itu semuanya diam.

Setelah beberapa detik, Duan Jia Xu mengikuti mereka.

Sang Zhi berbaring di punggung Sang Yan. Dia memandang Duan Jia Xu seolah dia adalah penyelamatnya.

Detik berikutnya, Sang Yan berkata dengan dingin : "Apa yang kau panggil aku sebelumnya?"

Sang Zhi tidak berani mengatakan apa-apa.

"Aku Papamu?"

"…….."

"Apakah kau menabrak kakimu atau kepalamu?"

Awalnya karena jatuh, seluruh tubuhnya kesakitan. Dia tidak ingin banyak bicara. Dia hanya merasa lega karena gurunya membiarkannya pergi. Sekarang Sang Yan menyalahkannya.

Tenggorokannya kering, dia merasa sangat dirugikan.

"Kenapa kau terus memarahiku, kau sudah memarahiku sepanjang hari." Saat ini dia merasa bahwa dia adalah orang yang paling menyedihkan di seluruh dunia ini. Dia mengerucutkan bibirnya dan ingin mengendalikan isak tangisnya tetapi dia tidak bisa. "Aku ingin memberitahu Papa….. menjauhlah. Aku tidak ingin kau menggendongku…."

"......" Sang Yan segera tutup mulut.

Dua detik kemudian, dia berkata lagi : "Kakimu terkilir, jika aku tidak menggendongmu, bagaimana kau akan berjalan?"

"Aku bisa berjalan sendiri." Sang Zhi menendang kakinya yang tidak terluka.
"Aku bisa berjalan sendiri. aku tidak membutuhkanmu…."

Sang Yan menoleh dan berkata dengan tidak sabar : "Tidak bisakah kau patuh padaku?"

"Aku tidak mau!" Air mata Sang Zhi jatuh, dia menatapnya. "Kenapa aku harus patuh, kau terus memarahiku, kau memarahiku sepanjang hari …."

Kemarahan Sang Yan hilang : "……. Ge Ge tidak bercanda denganmu."

Secretly, Secretly ; But Unable to Hide It | Can't Hide Secretly | Hidden LoveWhere stories live. Discover now